Mohon tunggu...
I KomangSucahya
I KomangSucahya Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - mahasiswa

saya seorang mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Universitas Pendidikan Ganesha

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tari Sakral Yang Hanya Ada Di Desa Bunutin, Kintamani: Tari Mongah

21 Desember 2024   10:56 Diperbarui: 21 Desember 2024   10:56 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Di Desa Bunutin, yang terletak di tepi kaldera Batur, Kintamani, ada sebuah tradisi unik yang masih hidup hingga kini: Tari Mongah. Lebih dari sekadar tarian sakral, Mongah adalah cerminan kebijaksanaan leluhur yang sarat nilai multikultural, menggambarkan harmoni antara manusia, alam, dan spiritualitas. 

Tari Mongah bukan hanya tentang gerakan indah yang meniru alam, tetapi juga sebuah pesan mendalam tentang keseimbangan hidup. Tarian ini merupakan bagian dari Upacara Pangwangan, ritual untuk menetralisir energi negatif yang diwujudkan dalam bentuk hama dan penyakit yang mengancam pertanian. Sebagai komunitas agraris, masyarakat Bunutin mengandalkan hasil bumi mereka, sehingga Tari Mongah memiliki makna penting dalam menjaga keberlangsungan hidup.  

Namun, Tari Mongah bukan sekadar ritual lokal. Di balik gerak gemulai penarinya yang terkadang memasuki kondisi trance, tersimpan filosofi yang melampaui batas budaya. Sebagai manifestasi Tri Murti (Brahma, Wisnu, iwa), tarian ini menggambarkan kekuatan alam yang saling melengkapi---kreasi, pelestarian, dan penghancuran. Tiga elemen ini mengajarkan kita bahwa kehidupan adalah tentang menjaga harmoni dalam keberagaman.  

Keindahan multikultural dalam Tari Mongah juga terlihat dari proses pembuatannya. Kostum dan tata riasnya memanfaatkan kekayaan alam sekitar, seperti daun pakis, rumput ilalang, dan pewarna alami dari buah gendolo. Elemen ini menghubungkan tradisi Bunutin dengan nilai-nilai universal yang menghormati alam. Meski berasal dari periode pra-Hindu, tarian ini mampu beradaptasi dengan perubahan zaman tanpa kehilangan esensinya.  

Di tengah perayaan modernitas yang sering mengabaikan tradisi lokal, Tari Mongah mengingatkan kita akan pentingnya menjaga warisan budaya sebagai bagian dari identitas global. Tradisi ini mengajarkan bahwa nilai-nilai lokal tidak bertentangan dengan konsep multikulturalisme, tetapi justru memperkuatnya. Tarian ini bukan hanya milik masyarakat Bunutin, melainkan pesan untuk dunia tentang pentingnya hidup selaras dalam keberagaman.

Desa Bunutin adalah bukti bahwa tradisi lokal dapat menjadi inspirasi global. Dalam Tari Mongah, kita melihat bagaimana manusia, alam, dan spiritualitas berpadu untuk menciptakan kehidupan yang harmonis. Di dunia yang semakin terfragmentasi, pesan Mongah tetap relevan: merayakan keberagaman adalah kunci untuk mencapai kedamaian.  

Mari kita lestarikan warisan budaya seperti Mongah, tidak hanya sebagai aset lokal, tetapi sebagai jembatan menuju kehidupan yang lebih harmonis, inklusif, dan multikultural.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun