Mohon tunggu...
Desak Triana Agustini
Desak Triana Agustini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hari Raya Kuningan Ditemani Hujan

20 November 2021   15:29 Diperbarui: 20 November 2021   16:50 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

Om Swastiastu Semeton Bali Sareng Sami🙏🏻


Pada hari ini, tepatnya Sabtu 20 November 2021 para umat Hindu di Bali telah melaksanakan persembahyangan dalam rangka menyambut hari raya Kuningan. Kuningan merupakan rentetan dari hari raya Galungan. Kuningan berlangsung  10 hari setelah dilaksanakannya hari raya Galungan.


Pada Kuningan kali ini suasananya di wilayah desa saya sebenarnya kurang mendukung, dikarenakan dari pagi hari hujan sudah turun membasahi wilayah tempat saya tinggal. Namun hujan ini tidak dapat menghentikan tradisi yang telah berlangsung sejak dulu ini, kami tetap melaksanakan persembahyangan walaupun harus melewati hujan.

Kami tetap melaksanakan persembahyangan yang dimana persembahyangan diawali dengan maturan ke Kemulan Pekomelan di rumah terlebih dahulu, setelah itu baru dilanjutkan ke Sanggah atau Merajam masing-masing. Persembahyangan yang dilakukan pada saat Kuningan sama halnya dengan persembahyangan yang dilaksanakan pada saat Galungan.


Persembahyangan Kuningan ini dilaksanakan untuk memohon perlindungan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Dikatakan oleh Bhagawan Dwija bahwa persembahyangan yang dilakukan baiknya dilaksanakan mulai pukul 00.00 sampai pukul 12.00, dijelaskan bahwa pada waktu tersebutlah energi alam semesta ini sedang bangkit.


Pelaksanaan hari raya Kuningan di setiap daerah biasanya memiliki beberapa perbedaan sesuai dengan adatnya masing-masing. Di desa saya Banten yang digunakan adalah Banten sodan yang berisi nasi putih kuning. Dilengkapi pula dengan Gantung-gantungan yang bernama Tamiang.


Tamiang akan digantungkan ke Pelinggih-Pelinggih yang ada di lingkungan rumah kita serta di pintu rumah dan juga di kendaraan. Tamiang ini disimboliskan sebagai tameng atau perisai untuk perlindungan diri kita dari kekuatan jahat yang ingin mencelakai kita.


Selain Tamiang ada juga Endongan. Endongam biasanya ditempatkan di pura yang berlokasi di pagar rumah kita atau disebut Laapan di daerah saya. Endongam ini memiliki makna sebagai perbekalan. Endongan ini bebentuk seperti tas selempang dengan didalamnya berisi berbagai macam ubi, rempah-rempah serta jaje Bali atau biasanya dikatakan berisi isin Gumi.

Setelah membahas Banten Kuningan kita beranjak ke tradisi membuat Nasi Kuning. Di desa saya yaitu Desa Pelapuan, pada saat hari raya Kuningan seperti ini kami akan membuat nasi kuning. Nasi Kuning ini juga merupakan salah satu isi dari Banten yang digunakan untuk Kuningan dan juga nasi kuning ini juga kami santap disaat hari raya Kuningan.


Sekian cerita singkat saya
Terimakasih

Nama : I Desak Nyoman Triana Agustini
Nim : 2113101023
Prodi : S1 Matematika
Jurusan : Matematika

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun