Mohon tunggu...
I KadekDwi
I KadekDwi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Lembongan Island

Always be grateful

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tradisi yang Dilaksanakan Setiap Hari Raya Kuningan di Nusa Lembongan

21 November 2021   20:03 Diperbarui: 21 November 2021   20:15 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sepuluh hari setelah Hari Raya Galungan, pada hari Saniscara (Sabtu), Kliwon, wuku Kuningan merupakan Hari raya Kuningan yang dilaksanakan setiap 210 hari, dengan menggunakan perhitungan kalender Bali (1 bulan dalam kalender Bali = 35 hari).

Kata Kuningan memiliki makna "kauningan" yang artinya mencapai peningkatan spiritual dengan cara introspeksi diri agar terhindar dari mara bahaya.

Selain itu Hari Raya Kuningan bermakna hari resepsi sebagai kemenangan dharma melawan adharma yang pemujaannya ditujukan kepada para Dewa dan Pitara agar turun melaksanakan pensucian serta mukti, atau menikmati sesaji yang dipersembahkan.

di Nusa Lembongan terdapat tradisi yang dimana tradisi tersebut dilaksanakan setiap Hari Raya Kuningan, Tradisi tersebut adalah Sesolahan Aci Desa Pakraman Lembongan, Sesolahan ini dilaksanakan setiap Hari Raya Kuningan karena bertepatan dengan hari kajeng kliwon, selain sesolahan aci yang dlaksanakan setiap kuningan, sesolahan juga dilaksanakan satu bulan sekali atau setiap hari kajeng kliwon, tetapi hanya Telek dan Ida Ratu Gede saja yang mesolah (dipertunjukan)

Sesolahan aci merupakan suatu pementasan tarian dan penokohan atau terdapat cerita didalamnya, Terdiri dari Telek (perwujudan Ida Batara Iswara), Ratu Gede (barong yang merupakan perwujudan Banaspati Raja),Rarung (berwarna merah sebagai wujud Ida Batara Brahma), Ratu Ayu ( rangsa sebagai wujud dari Batari Uma),Baka (babi hutan sebagai wujud dari ida batara gana.

Sesolahan dilaksanakan di Catus Pata Desa Pakraman Lembongan sekitar pukul 18.00 Wita Sampai selesai, sebelum sesolahan dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan Mendak (menjeput)  Ratu Gede, Rarung,Ratu ayu, dan Baka (ancangan Ida Batara Siwa) di Pura Dalem, yang diiringi dengan gamelan baleganjur setelah sampai dipura dalem semua warga melakukan persembahyangan bersama, setelah persembahyangan selesai dilanjutkan dengan prosesi nedunan (menurunkan) ancangan Ida Batara Siwa Menuju Catus Pata.

Sampai di Catus Pata sesolahan pertama dilakukan, yaitu Tari Telek dengan pementasannya yang dibawakan oleh 4 remaja pria bertopeng berwarna putih(perwujudann Batara Iswara  dan 2 penari dengan topeng berwarna merah .Tarian ini merupakan sebagai simbolik bahwa proses nyomia Ida Batara Siwa akan segera mulai.

Setelah itu ancangan Ida Batara Siwa yang berwujud Ratu Gede (barong) Rarung, Ratu Ayu, dan Baka untuk melakukan proses nyomia. Ritual nyomia Ida Betara Siwa ini di laksanakan Krama Desa Lembongan setiap 6 bulan sekali ( 210 hari sistem penanggalan Bali ) setiap Kajeng Kliwon Kuningan. Saat itu, semua ancangan Ida Batara Siwa Medak (keluar) untuk nyomia sasap merana

Rahina ini diyakini sebagai puncak untuk melakukan nyomia sasih, karena saat itulah banyak unsur bhutanya. Ketika awal nyomia, Dewa Iswara (berwujud Telek) yang pertama-tama tampil, Alur cerita pementasan Tari Telek tertulis dalam Lontar Anda Bhuana. Dalam Lontar Anda Bhuana tersebut dikisahkan tentang mitologi nyomia tersebut. Berawal ketika wabah penyakit menerjang gumi saat Kajeng Kliwon Kuningan. Maka dari itu Ida Betara Siwa mengutus ancangnya, Ida batara Brahma dalam wujud Rarung untuk melakukan tapa brata di Catus Pata dengan tujuan mencari tahu apa penyebab terjadinya merana tersebut.untuk menguji tapa brata yang dilakukan Rarung,Ida Batara Siwa mengutus Baka,yakni Ida Batara Gana dawal wujud sebagai babi hutan.Baka di utus untuk menggoda rarung yang tengah bersemadi (bertapa)

Upaya mengggoda Rarung tidak berhasil,karena gagal menggoda Rarung, Baka kemudian minta bantuan kepada Banaspati Raja yakni Ratu Gede  dalam wujud barong untuk melakukan hal yang sama,alhasil Banaspati Raja bershasil mengganggu tapa brata Rarung.karena tapa brathanya di ganggu oleh Banaspati Raja,Rarung yang merupakan perwujudan Ida Batara Brahma melapor kepada Dewi Uma dalam kekuatan Durga atau Rangda.Bahkan Dewi Uma befikir untuk ikut menghadapi godaan Banaspati Raja.Sebelum memutuskan turun menghadapi Banaspati Raja ,Dewi uma meminta bantuan kepada anaknya,Ida Batara Gana yang sebelumnya dalam wujud baka menggoda Rarung. 

I Kadek Dwi Pradarta 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun