Mohon tunggu...
I Dw Ayu Eka Purba Dharma Tari
I Dw Ayu Eka Purba Dharma Tari Mohon Tunggu... Dosen - Mahasiswa Program Doktoral Universitas Pendidikan Ganesha

Dosen Prodi Bimbingan&Konseling Universitas PGRI Mahadewa Indonesia Psikolog

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Gotong Royong Virtual : Memaknai Pancasila di Dunia Digital

22 Desember 2024   14:58 Diperbarui: 22 Desember 2024   14:58 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Representasi Simbolik Gotong Royong Digital.Sumber : Kompas

Pancasila sebagai dasar negara Indonesia telah menjadi pedoman kehidupan bangsa sejak kelahirannya. Di tengah perkembangan zaman, nilai-nilai Pancasila terus diuji relevansinya, terutama dalam menghadapi transformasi menuju era digital. Salah satu nilai yang perlu mendapatkan perhatian khusus adalah gotong royong. Tradisi luhur yang telah menjadi identitas bangsa ini kini memasuki ruang baru, yaitu dunia digital, di mana interaksi sosial tidak lagi hanya terjadi secara langsung, tetapi meluas ke ruang-ruang maya yang tidak berbatas.

Gotong royong, yang selama ini dikenal sebagai kerja sama kolektif dalam kehidupan bermasyarakat, kini mengalami transformasi makna. Di era digital, gotong royong tidak hanya berarti turun langsung untuk membantu tetangga, tetapi juga dapat diwujudkan melalui berbagai inisiatif online. Kolaborasi di platform digital, dari penggalangan dana daring hingga penyelesaian masalah berbasis komunitas, mencerminkan bagaimana nilai gotong royong beradaptasi dengan perubahan zaman tanpa kehilangan esensinya.

Teknologi telah menjadi jembatan yang menghubungkan individu-individu dengan berbagai latar belakang untuk bekerja bersama. Kampanye sosial yang dilakukan di media sosial, platform crowdfunding, dan kolaborasi dalam proyek-proyek daring adalah bukti nyata bahwa gotong royong tetap relevan. Teknologi tidak hanya mempercepat penyebaran informasi, tetapi juga memperkuat solidaritas masyarakat dalam menghadapi tantangan bersama.

Namun, adaptasi gotong royong ke dunia digital juga menghadapi berbagai tantangan. Salah satunya adalah rendahnya rasa keterlibatan emosional karena interaksi yang lebih bersifat virtual. Solidaritas digital sering kali bersifat sementara, tergantung pada isu yang sedang viral. Selain itu, penyebaran hoaks dan ujaran kebencian di ruang maya sering kali justru merusak harmoni dan kepercayaan yang menjadi dasar gotong royong.

Di bidang pendidikan, gotong royong virtual telah menunjukkan potensi besar untuk menciptakan ekosistem pembelajaran yang inklusif. Kolaborasi antara guru, siswa, dan orang tua melalui platform digital menunjukkan bagaimana nilai-nilai kebersamaan dapat dihidupkan di ruang maya. Selain itu, inisiatif berbagi modul atau sumber belajar secara gratis menunjukkan bahwa semangat saling membantu masih dapat dijaga di tengah perkembangan teknologi.

Nilai-nilai Pancasila menjadi panduan etis yang sangat relevan dalam kehidupan digital. Dalam gotong royong virtual, Sila Keempat Pancasila yang menekankan musyawarah untuk mufakat menjadi prinsip yang dapat diterapkan dalam kolaborasi daring. Platform digital harus digunakan untuk membangun interaksi yang inklusif, saling mendukung, dan bertanggung jawab, bukan untuk memecah belah atau menyebarkan informasi yang tidak benar.


Praktik gotong royong virtual sudah banyak ditemukan di masyarakat Indonesia. Ketika pandemi melanda, berbagai gerakan sosial seperti penggalangan dana daring untuk mendukung tenaga kesehatan menjadi contoh bagaimana nilai kebersamaan tetap hidup di ruang digital. Solidaritas ini tidak hanya mencerminkan kebaikan hati masyarakat, tetapi juga membuktikan bahwa gotong royong dapat bertransformasi tanpa kehilangan substansinya.

Generasi muda yang tumbuh di tengah arus digital memiliki potensi besar untuk menjaga nilai-nilai gotong royong. Kebiasaan mereka dalam berkolaborasi di game online, memulai kampanye sosial, atau berpartisipasi dalam proyek kreatif di media sosial menunjukkan bahwa semangat kerja sama masih dapat diwariskan. Tantangannya adalah bagaimana mendampingi mereka agar nilai-nilai ini tetap terarah pada kebaikan bersama dan tidak sekadar menjadi tren sesaat.

Melihat ke depan, teknologi seperti kecerdasan buatan dan blockchain dapat menjadi alat untuk memperkuat gotong royong virtual. Teknologi ini memungkinkan pengelolaan sumber daya yang lebih transparan dan inklusif, sehingga semakin banyak orang dapat terlibat dalam kerja sama digital. Namun, pemanfaatan teknologi ini harus selalu dilandasi oleh kesadaran akan nilai-nilai Pancasila agar tidak menyimpang dari tujuan mulia gotong royong.

Di tengah derasnya arus digitalisasi, gotong royong tetap menjadi nilai yang menjiwai kehidupan bangsa Indonesia. Dunia digital bukanlah ancaman bagi nilai ini, melainkan ruang baru untuk meneguhkan kembali identitas bangsa. Dengan memaknai ulang gotong royong dalam konteks digital, kita tidak hanya menjaga warisan leluhur, tetapi juga menjadikannya lebih relevan bagi generasi masa depan. Pancasila akan selalu menjadi bintang penuntun, bahkan di dunia yang terus berubah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun