Setelah itu, entah dari mana datangnya, beberapa hari kemudian temanku yang tinggal di Sulawesi, dia seorang dosen di sebuah universitas, mengundang aku menjadi pembicara dalam sebuah Webinar Nasional, ini tentu tak terlepas dari kompetensi sebagai aset tak kasat mata yang kumiliki.
Singkat cerita, uang hasil sebagai narasumber persis aku terima keesokan harinya. Aku menerima 50% dari uang SPP yang aku butuhkan. Hasil ini aku simpan. Setelah webinar ini, aku mendapatkan penawaran sebagai narasumber dari tempat lain lagi, salah satunya ada di Jakarta dan Yogya (karena saat pandemi tentu semua serba daring/online).
Terakhir, akhirnya aku bisa membayar tepat di hari terakhir penulasan dengan jumlah yang justru masih ada kelebihan. Cerita lain masih banyak, di mana saat aku mau beli beras, tiba-tiba mertua mengirim satu karung beras, di saat anak-anakku pingin cemilan/makanan, tiba-tiba sampai tempat kerja ada honor kegiatan yang aku terima sehingga bisa belanja.
Ini hanya satu dua cerita yang aku sampaikan, karena banyak sekali cerita spiritual tentang uang dan rezeki di masa pandemi yang membuatku selalu bersyukur atas kemurahan-Nya. Karena sesungguhnya semesta ini penuh keberlimpahan, kita hanya perlu sedikit keyakinan dan percaya saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H