Mohon tunggu...
I Gede Sutarya
I Gede Sutarya Mohon Tunggu... Dosen - Penulis dan akademisi pada Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar

Lahir di Bangli, 8 November 1972 dari keluarga guru. Pendidikan SD sampai SMA di tempat kelahirannya Bangli. Menempuh Diploma 4 Pariwisata di Universitas Udayana selesai tahun 1997, S2 pada Teologi Hindu di IHDN Denpasar selesai tahun 2007, dan S3 (Doktor Pariwisata) di Universitas Udayana selesai tahun 2016.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Jalur Rempah Kuno, Destinasi Ziarah Indonesia

17 Juni 2023   11:24 Diperbarui: 17 Juni 2023   11:36 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Jalur perdagangan rempah kuno dari India, Indonesia dan China merupakan destinasi wisata ziarah Indonesia. Jalur ini melewati wilayah-wilayah yang memiliki peninggalan besar dengan peninggalan candi-candi Hindu dan Buddha, seperti Sumatra, Jawa dan Bali. Peninggalan Buddha di Muara Jambi, Prambanan (Yogyakarta), Borobudur (Jawa Tengah), dan Bali merupakan destinasi ziarah yang menarik. Pengembangan ini didukung data peningkatan kunjungan wisatawan awal India dan China ke Indonesia. Pada tahun 2019, kunjungan wisman India ke Indonesia  657.300 orang, tahun 2020 berjumlah 111.724, tahun 2021 berjumlah 6.670 dan tahun 2022 berjumlah 281.814 (BPS, 2023). Kunjungan wisman asal India ini termasuk lima besar ke Indonesia (CNN Indonesia, 2023). Kunjungan wisman asal China juga mencapai dua juta sebelum covid 19. China merupakan penyumbang kedua wisman ke Indonesia sebelum covid 19 (Republika, 2023). Kedua negara ini merupakan target pasar Pariwisata Indonesia dengan jumlah penduduk berjumlah satu miliar lebih.

Indonesia memiliki destinasi heritage jalur rempah tersebut, yaitu kota-kota Kuno dengan candi-candi kunonya. Atraksi ini merupakan atraksi menarik. Pemerintah tinggal menyediakan akses, fasilitas wisata, dan kesiapan masyarakat untuk menerima mereka. Akses tersebut memang sedang dibangun, dan fasilitas juga sedang dibangun. Tetapi kesiapan masyarakat perlu dibangun sejak awal sehingga tidak terkejut menerima wisatawan. Kasus Thudong, yaitu perjalanan bhiksu dari Thailand ke Borobudur (Jawa Tengah) merupakan contoh bagaimana masyarakat mulai bisa menerima perbedaan. Kasus ini harus terus dipromosikan ke dalam dan ke luar negeri sebagai bentuk kesiapan masyarakat Indonesia menerima wisatawan. Dengan promosi ini, wisatawan tak akan rag lagi untuk berkunjung ke Indonesia.

Pekerjaan berikutnya yang harus dilakukan adalah membangun narasi jalur rempah kuno tersebut. Karena itu, penelitian-penelitian sejarah terhadap kota-kota kuno dengan peninggalan sejarah harus terus dilakukan. Setelah membangun narasi, pemerintah juga harus memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal untuk memberikan makna terhadap peninggalan-peninggalan purbakala tersebut. Caranya yaitu dengan memberikan kesempatan kepada penganut Hindu, Buddha, dan agama-agama China untuk menggunakan peninggalan-peninggalan tersebut sebagai tempat sembahyang atau melakukan ritual pada hari-hari tertentu. Kasus perayaan Vaisakh di Borobudur dan Tawur Agung di Prambanan merupakan kasus yang baik, untuk memberikan makna kepada kedua peninggalan besar tersebut. Narasi dan pemaknaan masyarakat lokal ini menjadi kunci dari wisata ziarah di seluruh dunia.

Narasi memberikan informasi penting dari keberadaan peninggalan-peninggalan tersebut. Misalnya tahun dibangunnya, siapa yang membangun, latarbelakang, dan bagaimana pembangunannya. Pemaknaan diperlukan untuk menghidupkan kembali mitos-mitos yang berkembang saputar peninggalan tersebut. Seperti mitos mendapatkan keberuntungan bila berkunjung ke peninggalan-peninggalan tersebut dan mitos-mitos lainnya. Setiap patung-patung dalam candi biasanya mengandung mitos yang lahir dari simbol-simbol yang ada dalam patung tersebut. Mitos ini akan hidup jika mendapatkan pemaknaan dengan melakukan persembahyangan atau ritual tertentu. Karena itu, keputusan empat menteri dan dua gubernur pada 11 Pebruari 2022 yang moneta plan Candi Prambanan dan Borobudur sebagai tempat ibadah umat Hindu dan Buddha merupakan keputusan yang tepat untuk membangun pemaknaan terhadap kedua peninggalan besar tersebut (Sindonews, 2022).

Pada ziarah jalur rempah ini, Bali termasuk paling siap. Bali memiliki peninggalan-peninggalan China di Pura Besakih, Pura Batur, Pura Karen, dan Pura Balingkang. Peninggalan-peninggalan tersebut masih bisa digunakan untuk persembahyangan orang-orang China dengan mengikuti ketentuan masuk pura. Peninggalan Pura Basukihan di Besakih yang merupakan peninggalan Rsi Markendya yang merupakan peziarah pertama dari India ke Bali yang kemudian menetap di Bali, masih bisa digunakan untuk persembahyangan, dengan ketentuan mengikuti aturan setempat untuk memasuki pura. Masyarakat lokal Bali juga masih memaknai tempat-tempat peninggalan tersebut sebagai tempat suci, sehingga Bali memiliki narasi dan pembinaan untuk mengembangkan wisata ziarah jalur rempah ini. Tetapi destinasi-destinasi yang lainnya perlu ditingkatkan kapasitasnya untuk menerima kunjungan wisatawan.

Pada masa-masa mendatang, kementerian kebudayaan perlu memikirkan untuk mengalahkan festival kebudayaan jalur rempah di kota-kota tersebut, dengan mengundang kebudayaan-kebudayaan dari berbagai tempat di dunia. Festival-festival ini akan menjadi daya tarik tersendiri. Festival ini juga akan menjadi tempat interaksi kebudayaan nasional dengan kebudayaan dunia seperti yang terjadi di masa lalu. Festival ini bisa dikembangkan menjadi festival dunia untuk memperingati kedatangan orang-orang barat ke Indonesia pada abad pertengahan. Pada konteks ini, gereja-gereja tua bisa menjadi destinasi menarik. Kedatangan orang-orang Arab ke Indonesia juga merupakan peringatan yang menarik. Pada konteks Bali, ditandai dengan tempat-tempat suci yang disebut palinggih Mekah. Tempat-tempat ini masih dimaknai sampai sekarang, sehingga masih bisa dikunjungi dengan mematuhi ketentuan memasuki pura sesuai aturan setempat.

Peninggalan-peninggalan ini tinggal dibangun narasinya dan memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal untuk memaknainya. Jika hal ini didukung akses, fasilitas dan kesiapan masyarakat maka peninggalan-peninggalan tersebut akan menjadi destinasi ziarah yang ramai. Passar India dan China merupakan pasar yang besar. Ekonomi kedua negara ini juga sedang bang kit, sehingga kayak menjadi pasar wisata Indonesia. Pasar-pasar lainnya di Timur Tengah, Eropa dan Amerika juga merupakan pasar yang tempat untuk ziarah jalur rempah pada abad pertengahan. Indonesia memiliki potenti besar dalam membangun wisata ziarah jalur rempah ini sehingga layak untuk dimanfaatkan untuk membangun ekonomi nasional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun