Mohon tunggu...
I Gede Sutarya
I Gede Sutarya Mohon Tunggu... Dosen - Penulis dan akademisi pada Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar

Lahir di Bangli, 8 November 1972 dari keluarga guru. Pendidikan SD sampai SMA di tempat kelahirannya Bangli. Menempuh Diploma 4 Pariwisata di Universitas Udayana selesai tahun 1997, S2 pada Teologi Hindu di IHDN Denpasar selesai tahun 2007, dan S3 (Doktor Pariwisata) di Universitas Udayana selesai tahun 2016.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Valentine, Tumpek Krulut, dan Pasar Pariwisata

12 Februari 2022   20:38 Diperbarui: 13 Februari 2022   17:45 1496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi alat musik gamelan. (Dok. Shutterstock/ridzkysetiaji via kompas.com)

Gubernur Bali, I Wayan Koster menyatakan valentine adalah bukan budaya Bali. Gubernur kemudian mengatakan Tumpek Krulut merupakan hari kasih sayang dalam budaya Bali (Detik News, 8/2). 

Media sosial di Bali pun diwarnai pro dan kotra tentang seruan Gubernur Bali ini. Valentine adalah bukan budaya Bali tentu merupakan pernyataan yang tidak bisa dibantah, tetapi menyatakan Tumpek Krulut sebagai hari kasih sayang dalam budaya Bali menjadi pernyataan yang banyak dipertanyakan. 

Sebab, selama ini, Bali tidak mengenal hari kasih sayang pada Tumpek Krulut. Benarkah hari kasih sayang Bali pada Tumpek Krulut? Mengapa harus diperkenalkan hari kasih sayang dalam budaya Bali? Adakah relasinya dengan industri pariwisata yang berkembang di Bali?

Tumpek Krulut merupakan hari suci bagi umat Hindu di Bali. Hari suci ini lahir berdasarkan teks-teks lokal di Bali. 

Teks-teks yang mendasarinya adalah Lontar Medangkumulan, Lontar Sundarigama dan Wariga Gemet. Lontar Medangkumulan menceritakan tentang mitologi wuku dalam kisah Watugunung yang merupakan manusia terkuat. 

Watugunung menaklukkan banyak kerajaaan sampai menaklukkan kerajaan ibunya. Salah satu kerajaan yang ditaklukan adalah Kerajaan Krulut. Kerajaan Krulut ini entah berada di mana? 

Tetapi ada kerajaan yang masih ada sampai sekarang seperti yang disebutkan dalam mitologi wuku ini yaitu Kerajaan Pahang, yang kini ada merupakan salah satu negara bagian di Malaysia.

Secara tradisi di Bali, Tumpek Krulut disebutkan sebagai hari untuk iber-iber yaitu bunyi-bunyian, sehingga merupakan hari untuk mengupacarai gong dan unggas peliharaan. 

Dewa yang dihadirkan pada Tumpek Krulut adalah Dewa Iswara, yang merupakan manesfestasi dari Shiva. Iswara menempati arah timur dalam kosmologi agama di Bali, dengan memiliki senjata bajra. 

Bajra adalah musik spiritual untuk mengantarkan puja mantra kepada Shiva. Dalam Lontar Barongswari juga disebutkan Iswara turun ke dunia menjadi topeng putih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun