Mohon tunggu...
I Ketut Suar Adnyana
I Ketut Suar Adnyana Mohon Tunggu... Dosen - Dosen pada Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah, FKIP Universitas Dwijendra Denpasar

Lahir pda tanggal 15 Mei 1967 Menamatkan S1 Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia, Tahun 1992 pada FKIP Universitas Udayana Menyelesaikan S2 bidang Linguistik di Universitas Udayana pada tahun 2008 Menyelesaikan S3 bidang Linguistik di Universitas Udayana tahun 2012

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Membangun Budaya Positif pada Siswa di Tengah Covid-19

30 Desember 2020   22:35 Diperbarui: 31 Desember 2020   02:18 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membangun Budaya Positif pada Siswa di Tengah Pandemi Covid 19

Oleh Dr. I Ketut Suar Adnyana, M.Hum.

Dosen FKIP Universitas Dwijendra Denpasar

 

                Proses pembelajaran dilakukan tidak hanya menstranfer pengetahuan tetapi juga mentransfer nilai-nilai kehidupan. Transfer pengetahuan dilakukan secara langsung dalam pembelajaran dengan merumuskan kompetensi dasar dan diterjemahkan dengan indikator sedangkan transfer nilai-nilai kehidupan dilakukan secara tidak langsung dan dapat diobservasi ketika pembelajaran berlangsung. Transfer nilai-nilai kehidupan tidak diterjemahkan dalam indikator-indikator. Pendidikan karakter penting ditanamkan sehingga anak/siswa akan memiliki akhlak mulia, sikap tenggang rasa, dan mempunyai karakter kehumanitasan.

            Penekanan terhadap pendidikan karakter pada saat ini menjadi perhatian kementerian pendidikan dan kebudayaan. Hal ini terjadi karena ditengarai ada degradasi moral pada remaja. Remaja sebagai generasi penerus bangsa akan menjadi peminpin masa depan bangsa yang mengarahkan bangsa Indonesia  sehingga menjadi bangsa yang adil makmur yang berlandaskan pada Pancasila. Antisipasi gejala degradasi moral generasi muda dilakukan pemerinah dengan menerbitkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2018 tentang penguatan pendidikan karakter (PPK).

            PPK pada Satuan Pendidikan Formal diselenggarakan dengan mengoptimalkan fungsi kemitraan tripusat pendidikan yang meliputi:  sekolah, keluarga, dan masyarakat.

Anak didik merupakan generasi yang akan menentukan nasib bangsa Indonesia di kemudian hari. Karakter anak didik yang terbentuk sejak sekarang akan sangat menentukan karakter bangsa . Karakter anak didik akan terbentuk dengan baik, jika dalam proses tumbuh kembangnya mendapatkan cukup ruang untuk mengekspresikan diri secara leluasa.

 Orang tua senantiasa mendampingi dan meluruskan agar anak tidak salah arah. Lingkungan tempat tumbuh kembang seorang anak juga sangat mempengaruhi pembentukan karakter seorang anak. Untuk membentengi pengaruh- pengaruh yang kurang baik dari lingkungan tersebut maka penanaman karakter dari keluarga harus kuat. Ketuarga merupakan ujung tombak terbentuknya karekter seorang anak. Bagaimanapun kuatnya arus negatif  dari luar kalua bekal dari keluarga sudah kuat niscaya anak mampu terhindar dari pengaruh negatif  dari lingkungan luar.

            Pendidikan karakter penting untuk diinternalisasikan di berbagai jenjang pendidikan. Pendidikan karakter sebagai salah satu alternatif yang dianggap mampu mengatasi atau paling tidak mengurangi masalah-masalah sosial yang terjadi karena adanya krisis karakter di Indonesia. Sebagai alternatif yang bersifat preventif, pendidikan karakter diharapkan dapat mengembangkan kualitas generasi muda bangsa ini dalam berbagai aspek, serta dapat memperbaiki dan meminimalkan terjadinya berbagai masalah yang disebabkan oleh krisis karakter. Pendidikan karakter merupakan sebuah proses pembiasaan, yaitu pembiasaan untuk berbuat baik, pembiasaan untuk berkata jujur, permbiasaan untuk malu berbuat curang, pembiasaan untuk malu bersikap malas dan sebagainya. Budaya malu yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia, kini telah pudar. Pejabat yang sudah nyata-nyata tangannya terborgor karena korupsi masih bisa menebar senyum di depan kamera wartawan. Keadaan ini sangat disayangkan. Kalangan pejabat yang intelektual harusnya menjadi suritauladan bagi rakyatnya.

 Pendidikan karakter tidak akan terbentuk secara instan, tetapi harus dikembangkan secara serius dan sedini mungkin agar tercapai secara maksimal. Untuk itu, pendidikan karakter perlu diberikan sejak usia dini karena pada periode ini merupakan usia yang kritis dimana pertumbuhan dan perkembangan mereka sangat pesat dan merupakan dasar untuk pembentukan karakter selanjutnya. (Chasanah, 2016:1)

            Subianto (2013:331) menyatakan pendidikan karakter merupakan langkah sangat penting dan strategis dalam membangun kembali jati diri bangsa dan menggalang pembentukan masyarakat Indonesia baru. Hal tersebut memerlukan upaya terus menerus dan refleksi mendalam untuk membuat rentetan keputusan moral yang harus ditindaklanjuti dengan aksi nyata, sehingga menjadi hal yang praktis dan reflektif.  Ada  tiga pendekatan dalam pengembangan karakter disiplin pada siswa. Pendekatan tersebut adalah pendekatan berbasis kelas, budaya sekolah, dan berbasis masyarakat. Pendekatan berbasis kelas dilakukan dengan: a) mengintegrasikan nilai-nilai karakter dalam proses pembelajaran secara tematik atau terintegrasi dalam mata pelajaran sesuai dengan isi kurikulum; b) merencanakan pengelolaan kelas dan metode pembelajaran/pembimbingan sesuai dengan karakter siswa; c) menanamkan sikap tenggang rasa antar siswa dalam pembelajaran, dan d) memupuk rasa kebersamaan dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah.

            Pendekatan berbasis budaya sekolah dilakukan dengan: a) menekankan pada pembiasaan nilai-nilai utama dalam keseharian sekolah; b) memberikan keteladanan antar warga sekolah; c) membangun dan mematuhi norma, peraturan,sekolah; d) mengembangkan keunikan, keunggulan, dan daya saing sekolah sebagai ciri khas sekolah; e) memberi ruang yang luas kepada siswa untuk mengembangkan potensi melalui kegiatan literasi; dan f) khusus bagi siswa pada satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar atau satuan pendidikan jenjang pendidikan menengah diberikan ruang yang luas untuk mengembangkan potensi melalui kegiatan ekstrakurikuler.

             Pendekatan berbasis keluarga atau masyarakat. Keluarga dan masyarakat merupakan lingkungan yang turut membentuk karakter anak. Sebagian waktu anak digunakan untuk berinteraksi dengan keluarga dan masyarakat. Nilai-nilai sosial dan kepercayaan yang ada dalam masyarakat akan memengaruhi  karakter anak. Orang tua berkewajiban  mengawasi perkembangan karakter anak sehingga perilaku anak tidak menyimpang dari nilai-nilai sosial masyarakat. Orang tua menjadi contoh dalam mengimplementasikan nilai-nilai sosial masyarakat  sehingga secara tidak langsung cara tersebut dapat membentuk karakter anak. 

             

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun