Mohon tunggu...
Iksan Mahar
Iksan Mahar Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Pecinta musik dan bola | Pelancong | Pemimpi | iksanmahar@live.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Cologne, Aroma yang Melegenda

14 Juni 2013   15:37 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:01 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_260097" align="aligncenter" width="336" caption="Sang penemu cologne, Giovanni Maria Farina. (olfattomatto.it)"][/caption] Siapa yang tidak mengenal cologne? Sejak berabad-abad silam jenis wewangian yang satu ini telah menjadi perlengkapan wajib harian, terutama bagi pria, di seantero Bumi. Namun, tahukah kalian bahwa sebenarnya cologne merupakan penghormatan sang penemu terhadap kota barunya?

Pada tahun 1709, Giovanni Maria Farina, seorang pembuat parfum, berimigrasi ke kota Koln (Inggris: Cologne), Jerman dari negeri leluhurnya Italia. Di kota barunya itu, Farina bersama Pamannya, Gian Paolo Feminis, dan kakaknya, Giovanni Battista Farina, mendirikan sebuah pabrik parfum yang diberi nama Farina gegenÜber. Sebagai bentuk persembahannya terhadap kota Koln, Farina meramu sebuah ramuan cairan wewangian baru yang memiliki aroma lebih lembut dengan kadar alkohol yang jauh lebih rendah, hanya 5% dibandingkan parfum lebih dari 25%.

Ketika menyadari telah menghasilkan ramuan wewangian baru yang berbeda dengan parfum yang telah ada, Farina menyurati sang kakak dengan menulis, “aku telah menemukan sebuah aroma yang mengingatkanku pada pagi musim semi di Italia, bunga bakung pegunungan, dan bunga limau di kala hujan”. Lalu, ramuan wewangian baru itu dinamakan “Eau de Cologne” (air dari Cologne), yang selanjutnya lebih dikenal dengan sebutan cologne.

Keberadaan kota Koln yang selalu silih berganti diduduki oleh bangsa-bangsa di Eropa, dimulai bangsa Romawi, Prancis lalu Inggris, membuat “Eau de Cologne”cepat menjadi primadona di daratan Eropa pada abad 18. Di awal keberadaannya, cologne tidak hanya digunakan sebagai cairan untuk menyedapkan aroma tubuh, namun juga digunakan sebagai obat mewah yang diperuntukkan bagi armada peperangan. Bahkan di Uni Soviet, cologne yang memiliki kadar alkohol rendah dikomsumsi sebagai minuman pengganti vodka, yang harganya jauh lebih mahal.

Kemasyuran karya masterpiece Farina, “Eau de Cologne”, juga membawa dampak besar bagi perkembangan pabrik parfum rintisannya yang menjadi pabrik parfum pertama di dunia, Farina gegenÜber. Sejak awal berdirinya di tahun 1709, pabrik ini telah menyediakan cairan wewangian bagi para pesohor dunia dan keluarga kerajaan-kerajaan di benua biru, sebut saja Napoleon Bonaparte, Wolfgang Amadeus Mozart, Ratu Victoria, Mark Twain, Putri Diana, dan masih banyak lagi. Hingga kini, lebih dari 300 tahun sejak pertama kali dibuka, pabrik parfum tertua ini masih terus beroperasi.

Saat ini cologne lebih populer bagi kaum Adam, padahal Farina membuat “Eau de Cologne” untuk pria dan wanita, atau tidak membatasi penggunaannya bagi jenis kelamin tertentu. Dengan ribuan merk cologne yang hadir di seluruh dunia dewasa ini, tak ada satu pun yang mengingat jasa Giovanni Maria Farina sebagai penemu dan peracik cologne.

[caption id="attachment_260099" align="aligncenter" width="320" caption="Museum parfum di Koln, Jerman. (kazza.id.au)"]

13711989361967558892
13711989361967558892
[/caption] Dengan tujuan untuk mengenang jasa-jasa Farina, maka diresmikanlah Museum Parfum di Koln, tepatnya di lokasi Farina gegenÜber berdiri. Di dalam museum ini terdapat sejarah cologne yang dicatat dalam ratusan dokumen ramuan dan botol-botol yang digunakan oleh Farina dan pewarisnya untuk meracik cairan wewangian yang melenggenda. Pada 2006, memeringati 240 tahun wafatnya sang imigran Italia pemerintah Jerman meresmikan gedung pabrik dan museum tersebut sebagai lokasi cagar budaya dan sejarah di kota keempat terbesar di daratan Bavaria, Koln.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun