Mohon tunggu...
Iksan Mahar
Iksan Mahar Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Pecinta musik dan bola | Pelancong | Pemimpi | iksanmahar@live.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

“Le Bleus” Mencari Penawar Trauma

8 Juli 2016   18:51 Diperbarui: 8 Juli 2016   19:21 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Benzema adalah pemain luar biasa. Ben Arfa juga luar biasa. Tetapi Deschamps, dia memiliki nama Perancis. Mungkin dia satu-satunya orang di Perancis yang memiliki nama benar-benar Perancis,” kata Cantona pada akhir Mei.

Sekali lagi, Deschamps menjawabnya dengan prestasi. Perancis melaju ke partai pamungkas dan akan menghadapi Portugal. Aura positif dan optimisme menyelimuti kubu “Les Bleus”. Olivier Giroud pun berkata, “Kami ingin menuliskan sebuah bagian dalam sejarah kami. Kami ingin menciptakan akhir yang luar biasa di turnamen ini. Sekarang, kami tidak bisa dihentikan”.

Namun, Deschamps tidak ingin terlalu sesumbar. “Kami di final. Kami memiliki kesempatan begitu pun Portugal. Status tuan rumah dan kemenangan atas Jerman tidak serta merta memberikan kekuatan tambahan. Portugal percaya pada diri mereka, kami juga. Kesempatan (juara) masih sangat terbuka,” katanya.

Sepakbola negatif

Sikap merendah Deschamps itu beralasan sebab Portugal bukanlah tim biasa. Permainan Portugal memang tidak seatraktif Perancis, sekokoh Italia, atau memiliki kekayaan taktik seperti Jerman. Mayoritas pihak justru menilai Selecao das Quinas” hanya beruntung dapat melaju ke final Perancis 2016 karena permainan yang membosankan.

Memang, di bawah kepemimpinan Fernando Santos, Cristiano Ronaldo dan kawan-kawan disulap menjadi tim yang mengutamakan hasil akhir dan sama sekali melupakan permainan indah. Padahal, Portugal memiliki jaminan wahid untuk memainkan sepak bola indah. Mereka memiliki pemain dengan kualitas skill bintang lima dalam diri Andre Gomes, Joao Mario, Renato Sanches, Nani, Ricardo Queresma, dan, tentunya,Ronaldo.

Modal sepak bola negatif jelas dimiliki Santos. Ia menghabiskan satu dekade karir kepelatihannya di Yunani. Dan, ketika Yunani mengangkat trofi Henri Delaunay di Lisbon pada 2004 setelah mengalahkan tuan rumah Portugal dengan cap permainan yang super negatif. Santos, yang merupakan putra Portugal, justru meraih gelar “Manajer Musim Ini” di Liga Utama Yunani kampanye 2003/2004.

Buat apa menampikan sepak bola indah, tetapi harus angkat koper lebih dulu?” kata Santos sebelum laga semifinal melawan Wales.

Tidak hanya taktik Santos yang jadi sasaran kritik, permainan CR7 juga selalu mengundang cemoohan dari pendukung lawan. Ronaldo baru mencetak tiga gol di Perancis 2016 atau satu gol membutuhkan 18 tendangan ke gawang. Semua pihak juga masih ingat kegagalan eksekusi penalti Ronaldo ketika melawan Austria.

Tetapi, Ronaldo nampaknya menikmati komentar negatif yang ditujukan kepadanya. Buktinya, Ronaldo masih melayani permintaan selfie dari sejumlah fan, mulai dari seorang fan yang nekat masuk ke lapangan usai laga melawan Austria dan seorang ballboy sebelum pertandingan melawan Wales.

Jiwa kepemimpinan Ronaldo juga semakin kental di tubuh tim Portugal. Dua gol dan satu asisnya ke gawang Hungaria menjadi penyala api semangat ketika Portugal berada di ujung tanduk pada fase grup. Lalu, Ronaldo menyemangati Joao Moutinho untuk berani mengeksekusi penalti dalam drama tendangan 12 pas melawan Polandia. Tak ketinggalan, lompatan Ronaldo sekitar 2,9 meter menerbangkan Portugal ke final setelah menumbangkan Wales.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun