Mohon tunggu...
Misba Hyuga
Misba Hyuga Mohon Tunggu... -

I have a dream...may my dream will comes true...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Makna Kemerdekaan dalam Kontek Berbangsa dan Beragama

3 Agustus 2011   09:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:08 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Menyembut Datangnya Bulan Suci Ramadhan dan Dirgahayu Indonesia”

Bangsa ini lahir dari “gelora darah” dan “air mata” putra-putri bangsa. Gelora darah merupakan hikayat semangat juang yang diteriakkan secara lantang pada dunia bahwa bangsa ini bisa melepaskan belenggu dari penjajah dan menjadi bangsa yang merdeka, kata terakhir dari juang ini adalah darah penghabisan. Lain halnya dengan “air mata” yang kita kenal sebagai bahasa yang paling rumit dimaknakan secara telanjang sebagai pengakuan kenyatan yang absurd. Kehadirannya lebih ditopang oleh pensuasanaan rasa yang menyentuh aspek nurani kemanusiaan, baik rasa lara ataupun rasa bahagia seringkali menggenang air mata. Perjalanan bangsa inipun dalam menggapai kemerdekaan tidak terlepas dari balutan semangat juang dan bingkaian darah yang bermuara dilautan air mata. Darah dan airmata bangsa ini menetaskan rekomendasi sejarah kemerdekaan 17 Agustus 1945, dimana tangal ini merahimi lahirnya ikrar kemerdekaan yang selama 3-1/2 abad bangsa ini dijajah oleh Belanda, Portugis, Inggris, dan Jepang yang hingga detik ini masih basah dalam memori sejarah.

Bulan “Agustus” bagi bangsa Indonesia merupakan kesan pertama sejarah kedaulatan yang menebarkan aroma keberanian dan kesatuan pada dunia. Dengan kuda iktiar penjajahan yang telah mendera dimensi ruang dan waktu, membatasi secara paksa gerak jasmani dan rohani harus kita ganyang bersama. Waktu itu Jangankan menikmati sepotong roti, keinginan untuk menikmatinya saja merupakan kesalahan, tersenyum adalah suatu penghianatan dari sebuah komitmen perjuangan dalam merebutkan hak, harkat dan martabat bangsa Indonesia. Komitmen perjuangan untuk bangsa Indonesia dan semangat persatuan terbingkis dalam kain suci yang kita namakan proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia, kemerdekaan ini meniscayakan lahirnya misi suci kebhinekaan menjadi ketunggalikaan. Kemajmukan, keanikaragaman tetap ada dalam satu muara bendera merah-putih. Dirgahayu seperti yang telah dikumandangkan pada 17 Agustus 1945 merupakan peletakan cita dasar pembangunan setelah sekian lama hanya terpajang sebagai lukisan ide bersama. Deklarasi suci ibarat busur panah yang lepas dari anak panahnya dan melesat tepat di jantung hati rakyat Indonesia, merupakan penegasan bahwa bangsa Indonesia punya semangat juang untuk melepaskan tali pengikat yang sudah menjadi benalu bagi bangsa indonesia tercinta ini.

“Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia” sebagai jalur awal dari semangat juang berupa darah dan air mata, untuk mempertahankan kedaulatan bangsa, sampai detik ini pun, ghiroh perjuangan kemerdekan bangsa ini masih terus berkelindang seolah menjadi irama gemuruh anak negri dalam memburu sebuah cita ideal yakni “Indonesia menjadi Negri yang Robbani” (Sabda orang Sufi) kemerdekaan dalam nauangan merah – putih, menuju sebuah tatanan kehidupan yang tentaram adil dan makmur serta diridhoi oleh Allah SWT merupakan peniscayaan sebagai mana cita pendiri bangasa.

Mengurai cita ideal “ indonesia menjadi Negri Yang Robbani” hingga menjadi refleksi nyata maka peleburan dalam wadah penyucian diri merupakan sebuah peniscayaan. Hal ini di amini oleh para ulama’ mistik agama samawi. Salah satu Prosesi penyucian diri bagi umat islam ialah dilakukan pada bulan suci ramadhan, dimana bulan rahamdhan ini penuh dengan bingkaian nilai-nilai berkah dan magfirah. Hingga merupakan sebuah kewajaran jika menanti bulan ini peduh dengan lupan rindu, karna kehadirannya tidak terasa sudah satu tahun kita menanti, namun kedatangannya menjadi sumber gemuruh ombak rasa yang membahagiakan.
Bagi bangsa ini bulan ramadhan kali ini merupakan bulan yang penuh dengan nilai-nilai kemerdekaan serta memori indah perjuangan menuju momentum kemerdekaan, dimana proses bangasa ini diproklamirkan pada 65 tahun yang lalu bertepatan pada bulan suci ramadhan, momentum kemerdekaan bangsa pada bulan ramadhan masih merayap dalam memori sejarah dalam otak kanan maupun otak kiri kita.

Namuan bercermen pada 65 tahun yang lalu, jika kita lihat dari sudut pandang apapun tentang makna kemerdekaan hari ini harus diorentasikan pada penyucian diri, yang nantinya akan menjadi serpihan-serpihan kita semua untuk menyucikan bangsa ini dari ketertingalan, menjujung tinggi keadilan, kejujuran serta menyucikan bangsa ini dari label bangsa yang korup dengan menjunjung harkat matrtabat secara bersama demi persatuan tahah air tercinta, hingga persatuan itu menjadi wujud kesempurnaan bagi bangsa Indonisia dimata dunia. Tugas kita sebagai Rakyat Indonesia yaitu menjaga persatuan dan memajukan bangsa Indonesia merupakan penghormatan yang paling tinggi kepada bangsa, yang mampu memancarkan sinar terang pada bendera mirah putih, hingga dimata dunia kemuliaan menyertai anak bangsa. Amin ya robbal alamin.

Ahir kata semuga bulan suci kali ini menjadi perenungan agar bangsa kita bangkit dari keterpurukan, (Baca: Politik dagang sapi, penguasa Yang Dzalim, pengacara dan polisi yang bisa dibeli) serta keluar dari jurang kemiskinan dan kebodohan. Selamat menunaikan ibadah puasa dan Salam merdeka.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun