Mohon tunggu...
Yuu
Yuu Mohon Tunggu... -

just an ordinary man

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Imbuhan Me- yang Membuat Bingung?

9 Maret 2017   18:21 Diperbarui: 11 Maret 2017   04:00 6943
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Banyak sekali (mungkin) orang-orang yang tinggal lama di Indonesia, menggunakan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari, tapi ternyata masih banyak di antara kita yang belum mengetahui bahasa Indonesia yang benar sesuai kebakuan dan aturan (grammar). Ini saya temui saat melihat skripsi mahasiswa, yang ternyata banyak sekali kesalahan penulisan di dalamnya (misalnya didalam seharusnya di dalam, di analisis seharusnya dianalisis). Adanya kesalahan yang dibiarkan ini akhirnya kesalahan menjadi membudaya. Sesuatu yang salah kita anggap benar (karena banyak yang salah tapi tetap dicontoh), yang benar malah dianggap salah (karena yang benar hanya sedikit). Hal ini mungkin karena kurangnya kita membaca, mengetahui, memahami. Mungkin kita hanya mendapat ilmu secara sepotong-potong dan mungkin faktor-faktor lainnya.

Salah satu contoh yang jelas adalah berapa banyak di antara kita yang menggunakan kata "silahkan"padahal yang baku adalah silakan, "merubah" padahal yang baku adalah "mengubah" (kata dasarnya ubah bukan rubah). Penulisan tanda baca juga paling banyak yang salah, misalnya tanda baca ":" seharusnya tidak boleh ada spasi di awal ":" kecuali pemerian, misalnya "sebagai berikut :" adalah salah, yang benar adalah "sebagai berikut:". Bagi yang menggunakan Microsoft Word, kita sebenarnya dibenarkan oleh si Word. Bila kita tuliskan "sebagai berikut :" (ada spasi di depan ":"), oleh si Word akan digarisbawahi karena yang benar adalah "sebagai berikut:", tapi berapa banyak dari kita yang mengikut pembenaran itu?

Tergelitik karena tulisan Mempengaruhi, Memengaruhi, Memeng aruh-aruh Hi... saya ingin memberikan sedikit informasi. Saya bukan ahli di bidang linguistik, tetapi sedang dan akan terus mempelajari bahasa Indonesia dan fenomena-fenomena yang terjadi karena saya bekerja di bidang linguistik komputasi, Natural Language Processing (NLP), salah satu topiknya stemming dan lemmatization.

Salah satu contoh yang bisa membuat kita bingung sesuai tulisan Kompasiana di atas adalah tentang morfologi kata. Bagaimana pembentukan kata setelah pemberian awalan me- dan p itu, kapan huruf p luluh dan kapan tidak.

Nah, untuk memberikan sedikit pencerahan untuk awalan me- pada kata berawalan huruf p adalah sebagai berikut.

me+(kata dasar awalan p) --> huruf p luluh

  • me+pesona = memesona (kata dasar pesona)
  • me+pukul = memukul (kata dasar pukul)
  • me+percaya = mempercaya (kata dasar percaya)

me+bukan kata dasar awal p (kata berimbuhan per-kata dasar) --> huruf p tidak luluh

  • me+perdaya (kata dasar daya dapat awalan per-) = memperdaya
  • me+peralat (kata dasar alat dapat awalan per-) = memperalat
  • me+pe+ajar+i (kata dasar ajar, bukan pelajar) = mempelajarian

Jadi, dari contoh di atas, sebenarnya ada dua imbuhan yang diberikan pada kata dasar yaitu me- dan per-, sehingga huruf p tidak boleh luluh

me+(kata dasar awalan pK(onsonan)) --> huruf p tidak luluh

  • - me+praktik+kan = mempraktikkan
  • - me+protes+kan = memprotes

Dengan ini semoga kita tercerahkan, selalu terus belajar dan belajar, mencari ilmu supaya bisa melestarikan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Kita juga harus selalu menyebarkan ilmu yang benar, memberitahukan mana yang benar dan mana yang salah. Jangan sampai nanti orang asing malah lebih mengerti bahasa Indonesia daripada orang Indonesia sendiri.

Semakin banyak belajar maka kita akan semakin tahu, mana yang benar mana yang salah, supaya tidak selalu menyalahkan orang yang benar karena ketidaktahuan kita.

Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun