Mohon tunggu...
Nicholas
Nicholas Mohon Tunggu... Lainnya - Siswa

Matematika

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kurikulum Merdeka atau Kurikulum Mengekang

26 Mei 2024   21:25 Diperbarui: 26 Mei 2024   22:11 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pada tahun 2022, sekolah-sekolah di Indonesia mulai menerapkan Kurikulum Merdeka. Kurikulum ini dirancang oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) di bawah kepemimpinan Menteri Nadiem Makarim, dengan tujuan meningkatkan kualitas pendidikan dengan memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dalam menentukan proses belajar mengajar bagi guru dan siswa. 

Dengan pendekatan fleksibel dan berpusat pada siswa, Kurikulum Merdeka menekankan pengembangan keterampilan berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, dan komunikasi yang esensial di era globalisasi dan digitalisasi. Namun, dalam penerapan kurikulum yang lebih fleksibel, ringkas, dan sederhana ini, muncul beberapa dampak negatif terhadap siswa-siswi pada tingkat pendidikan SMA.

Hal pertama yang menjadi keprihatinan dari penerapan Kurikulum Merdeka adalah fondasi ilmu yang lebih lemah dibanding kurikulum sebelumnya. Pada Kurikulum Merdeka, siswa-siswi diwajibkan untuk memilih mata pelajaran. Jika dibandingkan dengan Kurikulum 2013, jumlah pelajaran yang wajib dipelajari dari menjadi lebih sedikit. 

Misalkan seorang siswa memilih jurusan IPA, dari lima mata Pelajaran IPA (matematika, fisika, kimia, biologi, dan teknik informatika) yang harusnya ia pelajari apabila masih dalam masa kurikulum 2013, sekarang terbatas menjadi tiga mata pelajaran IPA pilihan. Mata pelajaran yang lain tidak akan dipelajari oleh siswa-siswi apabila mereka tidak memilihnya. Maka dari itu, siswa-siswi dirugikan karena tidak mendapatkan pengetahuan umum yang dibutuhkan di sekolah.

Masalah kedua yang muncul yaitu pelajaran peminatan yang tidak bisa diubah sepanjang pembelajaran di SMA. Jenjang SMA adalah waktu ketika seorang siswa mulai memikirkan cita-cita dan jurusan perguruan tinggi yang diinginkannya. Dengan hanya tiga mata pelajaran dari satu jurusan yang dipilih, serta satu pelajaran lintas minat, para siswa terpaksa untuk menentukan cita-cita dan jurusan perguruan tinggi yang diinginkan sejak kelas sepuluh. Namun, jurusan yang diminati bisa saja berubah dan bahkan bisa terjadi dekat masa pendaftaran kuliah. 

Sebagai contoh, seorang siswa yang memilih mata pelajaran kimia, fisika dan biologi pada kelas sepuluh dapat tertarik pada pendalaman matematika atau teknik informatika ketika ia masuk ke kelas 12. Namun, karena kebijakan yang membatasi mata pelajaran siswa yang dapat diambil, siswa tidak dapat mengeksplorasi ketertarikannya pada bidang lain. Hal ini lebih merugikan dibandingkan dengan Kurikulum 2013, saat  siswa-siswi mendapatkan kesempatan yang lebih besar untuk mengeksplorasi minat mereka karena siswa-siswi diwajibkan untuk mempelajari lima mata pelajaran jurusannya dan satu pelajaran peminatan lintas jurusan.

Secara keseluruhan, penerapan Kurikulum Merdeka membawa beberapa dampak negatif yang pada akhirnya mempersulit siswa-siswi SMA. Dengan kebijakan yang mewajibkan seorang siswa untuk memilih peminatannya yang terbatas pada usia lebih awal dari yang seharusnya, para siswa tidak mendapatkan ilmu dasar yang merupakan pengetahuan fondasi untuk jenjang pendidikan berikutnya, tidak dapat mengeksplorasi minat mereka, dan terpaksa untuk menentukan jurusan perguruan tinggi, serta cita-cita dalam waktu yang cukup singkat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun