Mohon tunggu...
SF Maratul Ulya
SF Maratul Ulya Mohon Tunggu... Konsultan - Analis Sosial Budaya Masyarakat

Penulis adalah Alumnus Universitas Islam Negeri Walisongo dan menamatkan jenjang studi Magister di Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Keuntungan Dibalik Krisis Iklim Indonesia

12 Januari 2023   11:35 Diperbarui: 12 Januari 2023   11:45 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Selepas Perjanjian Paris 2015 dan Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (COP) Glasgow 2021, sejumlah negara, korporasi, dan lembaga filantropi mengucurkan anggaran dana untuk membangun infrastruktur dan sektor bisnis yang mampu mengerem emisi karbon. Indonesia menjadi salah satu penerima dana berkelanjutan (green financing) yang masuk ke berbagai sektor, dari transisi pembangkit listrik energi terbarukan hingga proyek bangunan rendah karbon.

Sebagai negara pengguna batu bara terbesar di dunia, Indonesia menerima investasi berupa hibah, investasi usaha, utang lunak, sampai pinjaman bunga rendah dari negara-negara maju di dunia. Diketahui saat Konferensi G20 di Bali, Just Energy Transition Partnership mengumumkan alokasi anggaran untuk transisi energi Indonesia diketahui sebesar US 20 miliar dolar atau berkisar 300 triliun rupiah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun