Mohon tunggu...
Hayati Martha
Hayati Martha Mohon Tunggu... -

pemimpi, petualang dan penikmat pagi\r\n\r\nwww.hayatimartha.blogspot.com\r\nwww.falysha.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Backpacker Manula

25 November 2014   18:40 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:53 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Negeri sendiri moso gak tau!!” ucapan itu terlontar dari Sudarminah 65 tahun. Ucapan yang bagi saya tidak hanya menyentuh, namun juga menampar saya dan juga kita semua yang mengaku anak bangsa. Saya mengenalnya ketika kami sama-sama menaiki kapal dari pelabuhan Muara Angke munuju Pulau Tidung beberapa bulan lalu. Sambil melihat lautan lepas lewat jendela kapal yang tidak terlalu besar itu ia bercerita sudah sebulan lebih meninggalkan kampung halamannya di Jember, Jawa Timur. Berdua dengan sang suami Haryono (75 tahun), tujuan mereka pertama kali adalah menuju Kota Batam dengan menumpangi kapal laut.

“Saya sangat suka naik Kapal Laut” menurutnya saat itu. Bila biasanya orang seusianya bepergian ke daerah untuk mengunjungi saudara ataupun anak yang sedang merantau di suatu daerah tertentu, berbeda dengan kakek dan nenek ini. Seperti backpacker kebanyakan yang haus akan penjelajahan namun dana terbatas, mungkin seperti itulah kedua pasangan ini. Diusianya yang tidak lagi muda, mereka menikmati pensiunnya dengan menjelajahi satu persatu wilayah yang ada di negeri ini.

Sesampainya di Batam mereka tidak menginap di penginapan apalagi hotel.

“gak cukup uangnya kalau mesti nginep di hotel..mahal!” ujar Sudarminah. Agar uang mereka cukup selama di Batam, mereka mencari kostan atau kontrakan. Buat mereka dengan menyewa kostan sudah sangat menghemat biaya untuk tinggal di kota itu selama dua minggu.

Setelah puas menjelajah kota Batam, mereka kemudian menuju Palembang. Kali ini mereka menggunakan pesawat.

“Di Palembang kami ada saudara..jadi sekalian nengokin,” jelas Sudarminah. Sudah tentu ke kota empek-empek ini bukan buat pertama kalinya bagi mereka. Selama seminggu di Palembang, perjalanan mereka lanjutkan menuju Jakarta lewat darat.  Tujuan pertama sebelum ke Jakarta adalah ke Rangkas Bitung,  untuk beberapa hari. Ada sanak saudaranya juga yang tinggal disana. “Silaturrahmi..” katanya singkat.

Setelah dari rangkas Bitung, barulah mereka ke Jakarta dan langsung menuju Pulau Tidung di Kepulauan Seribu. Selama tiga hari kedepan dua kakek nenek ini berencana menginap di rumah anak sepupunya yang di Palembang yang saat itu ikut serta.

“Nanti dari jakarta mau kemana lagi bu?” tanyaku penasaran.

“Balik ke Jember..tapi mau mampir-mampir dulu ke indramayu dan beberapa kota lagi. Belum tau kota apalagi...gimana nanti aja,” jelasnya dengan senyum yang selalu mengembang ketika bercerita.

Hanya dalam kondisi kepepet saja biasanya mereka meminta bantuan anaknya untuk dikirimi uang.

"ya kalau kehabisan duit dijalan saya suka minta dikirimin uang sama anak saya yang bungsu," kata Sudarminah.

Bila Sudarminah sang istri asyik bercerita, sang suami Haryono lebih banyak diam dan ikutan menyimak. Sesekali ia menambahkan cerita sang istri, sambil tak henti memegang erat tangan sitrinya dengan mesra. Dua buah tas besar  terlihat ditumpuk deket mereka berdiri yang sepertinya berisi pakaian untuk perjalanan mereka selama sebulan ini.

Sudarminah juga cerita bahwa setahun sebelumnya mereka berdua pergi ke Kalimantan tepatnya Kalimantan Selatan  selama empat bulan.  Bedanya dengan para backpaker dengan kedua kakek nenek ini, mereka berdua bila ke suatu daerah tidak mempunyai tujuan tempat wisata tertentu.

"Paling saya ke terminal bus..terus tanya kondektur busnya itu arah kemana? wis naik aja...pokoknya bus itu kemana saya ikut. Yang penting saya tau dan pernah kesana," jelas Sudarminah.

Biasanya mereka akan mempunyai kenalan baru di daerah yang mereka kunjungi dan akan mereka anggap sebagai saudara ataupun anak angkat.

“makanya aku dimana-mana banyak saudara,” ujar Sudarminah.

Buat saya kedua nenek dan kakek ini adalah manusia yang luar biasa. Diusianya yang tidak lagi muda, namun mempunyai keinginan besar untuk mengenal negerinya lebih jauh. Negeri dimana mereka tinggal dan hidup sampai diusia mereka sekarang ini.

“Kalau ngaku cinta Indonesia...ya harus kenal Negaranya itu seperti apa,” jelasnya yang lagi-lagi terdengar begitu menampar mukaku yang ada didepannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun