Mohon tunggu...
Hyashinta Pratiwi
Hyashinta Pratiwi Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta 2011

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ubah Gaya Hidup : Kunci Menyelamatkan Lingkungan

29 April 2013   08:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:26 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Di seluruh dunia, EE (pendidikan lingkungan) dan pembuat kebijakan ESD (pembangunan lingkungan berjangka panjang), atau praktisinya, mencari cara untuk menggunakan pendidikan dan stategi komunikasi untuk menciptakan dunia yang lebih berkelanjutan, terutama dalam sector lingkungan. Mereka sering menggunakan instrument atau focus pada perilaku dan emansipatoris(pembangunan manusia). Sebuah program pemeritnah di Belanda dalam melakukan pembangunan yang ebrkelanutan mengalami pergeseran dari instrumentalism, yaitu menggunakan pendidikan sebagai alat untuk mengubah perilaku masyarakat kea rah yang diinginkan) kea rah keterlibatan yang dilakukan dengan menciptakan ruang dan mendukung warga dalam mengambil tanggung jawab yang lebih dalam upaya mencari gaya hidup yang lebih berkelanjutan.

Keterlibatan masyarakat lebih menekankan pada pendekatan pendidikan tentang lingkungan yang bersifat emancipator. Pada saat yang sama, pemeritnah melalui kebijakan lainnya terus bekerja dan mendukung pendektan yang baru-baru ini lebih integrative terhadap pendekatan perubahan gaya hidup. Penelitian di Belanda ini menunjukkan bahwa sebuah solusi akan berbeda tergantung pendekatan yang dipilih.

Oleh karena itu, EE dan pembuat kebijakan perlu melakukan konsultasi dengan pihak lain. Minimal sangat penting untuk merenungkan dua pertanyaan kunci:

“Apa yang kita inginkan untuk berubah?” (menilai tantangan dalam perubahan)

“Bagaimana kita memaknai suatu perubahan yang baik, dan bagaimanabentuk perubahan yang bai tersebut? (menilai jumlah kepastian dan tingkat kesepakatan dalam ilmu dan masyarakat berkaitan dengan perubahan yang diinginkan).

Jawaban atas dua pertanyaan mendasar tersebut akan memiliki implikasi terhadap tingkat partisipasi dari stakeholder dalam melakukan intervensi, desain, pemantauan (monitoring), dan evaluasi. Refleksi atas pertanyaan-pertanyaan ini akan membantu menentukan jenis pendidikan, partisipasi, komunikasi, atau perbaduan yang tepat untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Sumber:

Wals, A. E. J., Geerling-Eiff, F., Hubeek, F., Kroon, S. van der & Vader, J. (2008). “All mixed up? Instrumental and emancipatory learning toward a more sustainable world. Considerations for EE policymakers.” Applied Environmental Education and Communication, 7: 55-65.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun