Penerapan teknologi dalam pendidikan adalah proses panjang yang perlu didukung dari berbagai sektor. Menurut artikel “The 4 Stages of Edtech Disruption” yang ditulis oleh Terry Heick di www.teachtought.com , ada 4 fase penanda dalam proses integrasi teknologi di dunia pendidikan.
Fase 1 : Directed
Pada fase ini, pembelajar (learner)—atau dengan kata yang lebih familiar: siswa—diarahkan untuk menggunakan teknologi. Siswa berperan pasif dalam fase ini dimana teknologi hanya digunakan sesuai dengan arahan saja. Biasanya, pekerjaan yang dilakukan pada fase ini adalah pekerjaan yang bisa berlangsung tanpa teknologi. UN CBT adalah contoh dari fase ini dimana (sebagian) siswa menggunakan komputer untuk mengerjakan ujian, walaupun siswa lain (yang secara infrastruktur belum siap) tetap melakukan secara tertulis.
Fase 2 : Access
Perbedaan mendasar fase 2 dari fase 1 adalah ranah akses yang lebih luas bagi siswa. Dengan fasilitas yang tersedia, siswa sebagai pengguna bebas menjelajah informasi, mengakses halaman dan berinteraksi dengan kelompok-kelompok khusus. Namun, akses masih terbatas sesuai dengan yang ditentukan. Metode blended learning dapat dijadikan contoh dimana siswa dapat mengakses informasi di situs daring tapi tetap dalam lingkup akademik yang ditentukan tutor (guru).
Fase 3 : Mobile
Lingkup perangkat keras yang digunakan mulai berubah menjadi seluler yang artinya siswa dapat mengakses atau melakukan pembelajaran dimanapun, dalam keadaan tidak diam di satu tempat (mobile). Fase mobile ini melibatkan kemauan dari siswa untuk menggunakan gawai sebagai media belajar sehingga terjadi arus informasi terus-menerus. Heick menggambarkan fase ini mulai menggantikan proses belajar tatap muka tradisional.
Fase 4: Self-directed
Pada fase ini, siswa leluasa mengakses dan terlibat pembelajaran secara aktif. Siswa mandiri mengarahkan pembelajarannya dengan didukung oleh perangkat teknologi yang secara daring saling terhubung. Dari segi pembelajaran, fase ini menandakan adanya motivasi intrinsik yang tinggi untuk belajar sehingga siswa sendiri yang menentukan kecepatan dan konten pembelajaran.
Keempat proses penggunaan teknologi di atas sebetulnya dapat kita temukan sehari-hari. Namun, konteksnya masih sangat umum, bukan pada pendidikan. Contohnya fase mobile bisa kita temukan dari riuhnya aplikasi chatting atau sosial media dimana penggunanya saling bertukar informasi secara aktif. Kalaupun ada penggunaannya dalam konteks pendidikan, sifatnya bukan nasional di seluruh Indonesia, melainkan aplikasi tertentu saja yang dimanfaatkan oleh sebagian orang. Situs seperti www.zenius.net , misalnya, telah menyediakan konten pembelajaran (SD sampai SMA) yang dapat diakses secara mandiri oleh siswa.
Pandangan saya, penerapaan teknologi dalam pendidikan di Indonesia ada dalam beberapa fase secara tersebar. Sebagian sudah ada di fase 4, sebagian lagi baru menerapkan fase 2. Hal ini juga disebabkan belum meratanya infrastruktur teknologi sehingga secara kolektif integrasinya dalam dunia pendidikan masih terbilang rendah. Namun, seiring dengan kebutuhan dan kecerdasan dalam mengadaptasi teknologi, kemajuan bersama yang ditandai oleh fase-fase di atas perlahan akan muncul dan diaplikasikan di dunia pendidikan kita tidak lama lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H