Mohon tunggu...
HUZAIRI
HUZAIRI Mohon Tunggu... Guru - Guru Honorer di Madrasah Tsanawiyah Swasta di Kabupaten Pandeglang

Talk less do more

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Merawat Eksistensi Pesantren

21 Oktober 2022   15:17 Diperbarui: 21 Oktober 2022   15:30 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

HARI SANTRI NASIONAL TAHUN 2022

"BERDAYA MENJAGA MARTABAT MANUSIA"

MERAWAT EKSISTENSI PESANTREN 

Perkembangan ilmu pengetahuan yang ada di dunia saat ini, sungguh begitu dahsyatnya. Banyaknya nalar rasionalitas dan semangat berfikir dari para ilmuan untuk menggali pengetahuan baru semakin sangat tinggi.  Salah satu produk yang dihasilkan adalah berkembangnya penemuan dibidang teknologi yang sulit dibendung sekalipun oleh tembok besar Pesantren.

Kementerian Agama melaporkan bahwa Jumlah Pesantren di Indonesia Per Januari 2022 berjumlah 26.975 yang tersebar di seluruh peloksok nusantara. Jumlah ini bukan sedikit sekaligus membuktikan bahwa eksistensi Pesantren sangat kental dan sulit dipisahkan dengan bangsa ini.

Amin Haedari dalam bukunya yang berjudul "Transformasi Pesantren" menjelaskan bahwa Pesantren merupakan Lembaga Pendidikan Islam tertua hasil dari produk budaya asli Indonesia. Keberadaan Pesantren lahir bersamaan dengan hadirnya Islam di bumi pertiwi ini. Sebagai sebuah isntitusi Pendidikan yang telah lama berurat akar, maka pesantren sudah pasti memeiliki andil yang sangat besar terhadap perjalanan sejarah bangsa. Pesantren tidak hanya melahirkan tokoh-tokoh Nasional yang berpengaruh di negeri ini, tetapi juga mampu membentuk watak tersendiri, dimana bangsa kita yang mayoritas beragama Islam dikenal oleh dunia dengan bangsa yang akomodatif dan tenggang rasa.

Dinamika kehidupan masyarakat yang terus dinamis, baik dari sudut pandang sosial, budaya dan politik, harusnya membuat pesantren mampu membuka diri, berbenah dan siap berdampingan dan tidak alergi terhadap perkembangan zaman saat ini.  Ada tiga obat sederhana yang ditawarkan oleh Muhamad Tolhah Hasan, supaya Lembaga Pendidikan Pesantren tetap langgeng.

  • Reorientasi Kurikulum Pesantren
  • Kurikulum secara mikro bisa dipahami sebagai suatu komponen-komponen yang mendukung berlangsungnya kegiatan Pendidikan.  Sebagai sebuah Lembaga Pendidikan yang dipercaya betul oleh masyarakat untuk mencetak generasi Islam yang mumpuni, maka sesuai dengan tuntunan zaman, kurikulum pesantren segera mendapat perbaikan sesuai dengan ciri khas keilmuan yang ditawarkan tanpa mengesampingkan kondisi masyarakat dan letak geografisnya.

  • Pemberdayaan Potensi Pesantren
  • Setiap pesantren pastinya memiliki kekuatan baik secara fisik dan non fisik, yang mendukung berlangsungnya kegiatan pembelajaran di dalamnya. Ungkapan menarik bahwa karakteristik
    Pesantren ditentukan oleh karakteristik Kiyainya, artinya peran seorang pimpinan dalam mengelola potensi pesantren harusnya bukan sesuatu yang sulit, sehingga dalam kesempatan ini pesantren bisa menjadi rahmat bagi semua masyarakat.

  • Pendidikan Life Skill
  • Menurut Abdul Rahman As-segaf, beliau mengatakan bahwa Ilmu itu adalah pengetahuan yang sudah diklasifikasi, diorganisasi, disistemasi, dan diinterpretasi, yang menghasilkan kebenaran subjektif dan sudah diuji juga kebeneranya. Fakta yang ada saat ini bahwa dunia modern semakin lebar dan arena pertarungan semakin digelar. Dalam hal ini mestinya pesantren harus segera sadar, bahwa lulusan pesantren nantinya tidak hanya cukup menggantungkan perekeonomian hidupnya kepada pemberian masyarakat sekitar. Pesantren yang baik adalah pesantren yang memikirkan masa depan santrinya, konsep Sa'idun fi ad-dunya wa al-akhirat  harus dipahami secara luas dan bebas. Dengan konsep Balancing ini, santri adiharapkan mampu bersaing dengan masyarakat luas sesuai dengan minat dan bakat masing-masing.


  • Sumber : Skripsi Pribadi "eksistensi Pondok Pesantren dalam Menghadapi Tantangan globalisasi"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun