Mohon tunggu...
Mister Hussein
Mister Hussein Mohon Tunggu... -

Akademisi dan peneliti di bidang bisnis dan manajemen. Mengabdi di salah satu perguruan tinggi negeri di Kota Malang.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Nenek Moyangku Seorang Pelaut

14 April 2011   11:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:48 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Lagu nenek moyang ku seorang pelaut pasti sudah banyak dihapal dan dinyanyikan dengan bangga oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia. Lagu tersebut benar-benar patriotis dimana lagu tersebut menggambarkan bagaimana gagah nya armada laut Indonesia yang ditakuti dan disegani baik oleh kawan maupun lawan. Tetapi ternyata kebesaran dan kegagahan nenek moyang ku hanya menjadi sejarah masa lalu. Hanya menjadi catatan sejarah bagaimana armada laut Sriwijaya menguasai selat malaka atau bagaimana armada laut Majapahit menaklukkan nusantara.

Saat ini kebanggaan kita sebagai negara maritim sedang diuji. Ujian tersebut datang dari segelintir bajak laut yang dengan beringas membajak kapal barang Indonesia yang sedianya membawa biji nikel ke Eropa. Ujian semacam itu bukanlah hal yang serius. Sebagai bangsa besar dengan tradisi laut yang kuat seharus nya Indonesia tidak membutuhkan waktu yang lama untuk membebaskan pelaut-pelaut tersebut.

Miris hati ketika jiran kita tercinta yang baik di dunia nyata maupun dunia maya kita hujat malah menawarkan bantuan meyelamatkan pelaut-pelaut tersebut. Miris ketika membaca bahwa negara mini singapura digadang-gadang menjadi agen yang bisa membantu melepaskan saudara-saudara kita tersebut. Mungkin jika Mahisa Anabrang komandan ekspedisi Pamalayu masih hidup, dia akan sedih dan miris seperti saya melihat bagaimana lemah nya armada laut kita saat ini.

Oleh sebab itu marilah kita renungkan bersama bahwa kita dulu pernah menjadi bangsa yang besar. Yang disegani oleh dunia. Walau nenek moyang ku gagah dilaut, tetapi mereka pun terampil membangun candi. Sehingga sebagai generasi muda, kita harus selalu mewarisi semangat, daya juang dan kecintaan terhadap tanah air seperti halnya nenek moyang kita. Janganlah menjadi generasi facebook yang bisa nya hanya berdebat dan mencaci di dunia maya tanpa berani langsung berhadapan. Selamat Malam kawan selamat berisitirahat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun