Mohon tunggu...
Mister Hussein
Mister Hussein Mohon Tunggu... -

Akademisi dan peneliti di bidang bisnis dan manajemen. Mengabdi di salah satu perguruan tinggi negeri di Kota Malang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bule pun Doyan Barang Loakan

10 Oktober 2010   02:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:34 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Jika beberapa waktu yang lalu saya bercerita kalau orang bule suka diskon seperti halnya kita orang Indonesia, maka kali ini saya coba bercerita jika bule pun suka barang loak/bekas. Jika anda sering menonton tivi, menonton film-film "barat" yang sering kali dihiasi dengan kemewahan dan hal-hal modern, maka anda akan berpikir bahwa taraf hidup para orang kulit putih atau yang sering kita sebut bule tersebut pasti makmur. Mereka hanya akan membeli barang berkualitas dan yang pasti baru. Sedikit banyak stigma tersebut tertanam dalam kepala kita semua. Akan tetapi pada kenyataannya bule-bule tersebut ternyata lebih "merakyat" dan lebih rasional. [caption id="attachment_284636" align="alignleft" width="300" caption="Garage Sale (ilustrasi : websaints.com)"][/caption] Bukti bahwa bule suka dengan barang bekas adalah selalu ramainya ketika ada "Garage Sale" . Kalo ada yang belum tahu apa itu garage sale, maka simaklah definisi yang saya kutip wikipedia “garage sales is an informal, irregularly scheduled event for the sale of used goods by private individuals, in which “block sales” are allowed, so that sellers are not required to obtain business licenses or collect sales tax“. Dari definisi tersebut secara singkat bisa di simpulkan bahwa garage sale merupakan suatu kegiatan jual beli barang secara informa dan tidak terjadwal. Dimana barang-barang yang dijual merupakan barang-barang yang sudah tidak dipakai. Garage sale biasanya diadakan pada hari Sabtu. Dimulai lebih kurang pukul 8 pagi dan diakhiri sore hari. Garage sale biasanya di adakan individual atau kadang-kadang kolektiv. Lokasinya pun sering kali di garasi atau di carport yang sedang mengadakan garage sale. Tetapi jika diadakan kolektiv maka sering kali diadakan di lapangan terbuka atau di gereja-gereja. Barang yang dijual beraneka ragam. Seperti halnya pakaian, furnitur, sepeda, buku, peralatan dapur hingga elektronik. Tergantung dari apa barang yang ingin dijual oleh pemiliknya. Mengenai harga pun tentu jauh sangat murah dibanding barang baru. Contoh nya saya pernah membeli sebuah juicer seharga $10 padahal jika beli baru sekitar $60-$70. Atau sepeda yang dijual rata-rata di bawah $25. Jaket dan baju juga sering kali hanya di jual $5-$10 dolar. Untuk pakaian dan bedding set sering kali kita bisa mendapatkan yang masih bagus. Karena biasanya si pemilik hanya memakai 2-3 kali kemudian beli yang baru. Kalau berkunjung ke garage sale, buku adalah barang yang saya cari pertama kali. Karena jika beli baru paling tidak sebuah buku menghabiskan $25-$50 tetapi di garage sale sering kalo hanya di jual 50cents per buah nya. Suatu waktu, saya pernah ngobrol dengan seorang teman bule warga asli New Zealand. Saya tanya kenapa kok mau menjual barang yang sering kali masih bagus dengan harga murah. Jawabannya singkat, bahwa garage sale itu sebenarnya saling menguntungkan. Bagi yang membutuhkan maka akan mendapatkan keuntungan berupa barang murah, sedangkan bagi yang menjual, mereka ternyata tidak mencari untuk tapi dalam rangka membersihkan rumah. Karena beda dengan di Indonesia. Jika kita ingin membuang barang-barang bekas, maka kita tinggal memanggil "pak rombeng" maka dia akan datang bahkan akan membayar kita. Tetapi di New Zealand dan beberapa negara barat, jika ingin membuang barang maka kita harus membawanya ke refuse station. Dan malah kita yang harus membayar. Jadi dari pada kita membuang dan membayar lebih baik dijual dengan harga murah. Saling menguntungkan. Selama setahun di New Zealand ini saya sudah beberapa kali mengunjungi garage sale. kadang tidak ada barang yang dibeli. Kadang hanya datang hanya untuk melihat-lihat bagaimana antusiasnya pembeli beburu barang yang dibutuhkan. Akhirnya saya cuma membatin ternyata bule tidak gengsi membeli barang loakan/bekas. Bagi mereka yang penting murah dan layak untuk digunakan maka transaksi pun terjadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun