PERAN IBU DIBALIK KESUKSESAN RISMAHARINI
“Tak kenal maka tak sayang” inilah ungkapan pada sosok Rismaharini Wali Kota perempuan pertama di kota industri Surabaya, saya tidak banyak mengenal sosok beliau, sampai nama beliau ramai diperbincangkan tidak hanya di televisi tapi juga di media-media sosmed, tentang usaha-usaha yang beliau lakukan untuk perbaikan kota Surabaya sampai ngambeknya beliaupun diangkat oleh media, dan inilah resiko menjadi orang terkenal, apalagi dengan penuh sensasi.
Wanita kelahiran Kediri 20 Oktober 1961 ini akan selalu saya ingat, karena kebetulan tanggal lahir beliau sama dengan suami saya, tapi saya tidak akan membahas hal ini lebih dalam, melainkan usaha gigih yang dilakukan beliau untuk membenahi Surabaya kota Pahlawan dan siapa yang berperan dibalik kesuksesan beliau, dari menjabat sebagai Kepala Seksi Tata Ruang dan Tata Guna Tanah Bappeko Surabaya (1997-2000), Kepala Seksi Pendataan dan Penyuluhan Disbang (2001), Kepala Cabang Dinas Pertamanan (2001), Kepala Bagian Bina Bangunan (2002), Kepala Bagian Penelitian dan Pengembangan (2005), Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (2010), sampai akhirnya menjabat sebagai seorang Wali Kota Surabaya (2010-2015), tidak ada keberhasilan tanpa adanya usaha yang gigih, 17 tahun adalah waktu yang tidak singkat untuk berproses menjadi orang hebat, begitu juga seorang guru saya teh Indari Mastuti, beliau mulai mengirimkan tulisannya sejak SMA mungkin sekitar tahun 1997 atau 1998, dan sekarang woooow begitu banyak tulisan-tulisan beliau yang sudah dibuku kan, dan prosesnya juga tidak singkat, hampir sama dengan bu Risma.
Keberhasilan seseorang dalam hal apapun tentulah tidak semudah membalikkan telapak tangan, namun butuh perjuangan dan pengorbanan, wanita yang menyelesaikan sarjananya pada jurusan arsitektur Universitas Sepuluh November dan study masternya pada jurusan Manajemen Pembangunan Kota di Universitas yang sama ini pernah bertututr bahwa keberhasilan beliau saat ini tidak lepas dari jasa almarhumah ibunda nya, beliau mengaku karakter ibunya menurun kepada dirinya, semasa hidupnya beliau selalu diajarkan tentang kepedulian terhadap sesama, kejujuran dan kerja keras, serta memperhatikan rakyat kecil, di akhir beliau mengatakan 70% karakter yang dimiliki oleh seseorang didominasi oleh ibunya.
Saya menggaris bawahi kata-kata terakhir beliau “70% karakter yang dimiliki seseorang di dominasi ibunya”. Dalam Islam sungguh peran seorang ibu sangatlah mulia, ibu selain mengandung, melahirkan dan menyusui sangat berperan besar pada pada pembentukan kepribadian anak-anaknya, seorang ibu yang suka dengan hedonisme pasti akan membentuk karakter anaknya suka dengan hedonisme, sebaliknya seorang ibu yang aktif berdakwah pun akan membentuk kepribadian anaknya menjadi seorang da’i, apa yang dilakukan oleh seseorang tidak bisa terlepas dari pemahaman yang di dalam benaknya, tidak bisa lepas dari apa yang ada di dalam pikirannya, contoh seseorang yang berhijab, mau berhijab karena menyadari bahwa menutup aurat itu adalah kewajiban yang apabila ditinggalkan akan berdosa, pertanyaannya akan kita bawa kemana anak-anak kita kelak, surga ataukah nerakanya Allah? semua pasti tidak ingin dengan pilihan kedua, karena itu mulailah sejak hari ini untuk mengulas kembali visi misi kita untuk keluarga, jadilah ibu pertama dan utama sehingga mampu menghasilkan generasi-generasi cerdas yang tangguh dan sholeh, caranya:
1.Jadilah ibu dengan memiliki kemampuan yang mumpuni dalam menjalankan tugas dan fungsinya, perempuan yang sudah menikah tidaklah berperan sebagai ibu saja namun sekaligus sebagai pengatur rumah tangga. Tanamkan pendidikan aqidah pada anak sejak mereka dalam kandungan kita, penuhi hak-hak anak sehingga anak tidak merasa di singkirkan. Sebagai pengatur rumah tangga seorang ibu juga harus memperhatikan berbagai kebutuhan keluarga, tidak cukup dengan peran asisten rumah tangga, kendali semua ada pada seorang ibu, ART hanya menjalankan amanat pengatur rumah tangga.
2.Menjadi ibu yang memiliki ketakwaan tinggi, hal ini berpengaruh besar pada jalan hidup yang akan dipilih oleh anak-anak kita kelak, ketika sedari kecil mereka kita kenalkan pada Allah maka mereka kelak akan taat pada syariatNya.
3.Pengetahuan yang luaspun harus dimiliki oleh seorang ibu, bagaimana anak akan berwawasan luas jika seorang ibu tidak mengenalkan dunia pada anaknya, membaca adalah jendela dunia, karena itu ibu yang menginginkan anaknya luas wawasan harus rajin membaca, one day one page.
4.Memiliki kesadaran bahwa anak adalah aset masa depan ummat. Amanah yang dititipkan Allah kepada kita ini kelak akan diminta pertanggung jawaban oleh Nya, sudahkah kita mendidik mereka untuk menjadi anak sholeh yang akan menjadi generasi hebat kelak ketika kita sudah berusia lanjut bahkan ketika kita sudah menutup mata, ataukah menjadi generasi terbelakang karena usia anak-anaknya tidak kita isi dengan ilmu dan amal?
5.Menjadi teladan bagi anak-anak tidak boleh tidak, ketika menginginkan anak menjadi anak yang selalu sholat awal waktu, maka berilah contoh, kita sebagai ibu selalu sholat di awal waktu, juga dengan mengajak mereka sholat berjamaah bersama kita, ketika menginginkan anak berakhlak yang baik, seorang ibu juga harus memiliki akhlak yang baik, ketika menginginkan anak-anak yang bertutur kata sopan ibunya pun harus memberi teladan dengan berkata-kata yang baik, ingat! anak bertindak sesuai dengan apa yang di lihat dan di dengarkan, maka beramal lah yang baik, dan bertuturlah dengan kata-kata terpuji.
Inilah tip-tip yang bisa saya simpulkan dari seorang ibu peduli generasi agar melahirkan anak-anak kuat iman, tangguh mental dan berkepribadian Islam, mari kita berlomba-lomba menjadi ibu hebat yang melahirkan generasi-generasi yang akan hidup pada zamannya kelak, sebagaimana hebatnya seorang Risma sang Wali kota Surabaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H