Ada satu pemandangan yang selalu membuatku tersenyum setiap pagi di RA. Ulumul Qur'an Al Madani. Di sudut kelas, seorang guru muda duduk bersimpuh, menatap mata anak-anak dengan penuh kelembutan. Tangan kecil-kecil itu menggenggam jari-jarinya, bertanya dengan penuh rasa ingin tahu, sementara ia menjawab dengan suara penuh kehangatan.
Itulah Kamelia, guru yang tidak hanya mengajar, tetapi juga menghidupkan pembelajaran. Aku, sebagai kepala sekolah, merasa bangga dan beruntung memiliki sosok seperti dirinya di lembaga ini. Kamelia bukan sekadar pendidik, ia adalah pembentuk masa depan yang bekerja dengan sepenuh hati.
Ketika Pembelajaran Menjadi Petualangan Bermakna
Bagi Kamelia, kelas bukanlah sekadar ruangan dengan meja dan kursi. Ia menjadikannya sebuah dunia kecil yang penuh petualangan, di mana anak-anak tidak hanya belajar, tetapi juga menemukan makna dari setiap hal yang mereka lakukan.
Suatu hari, aku melihatnya mengajarkan angka dengan cara yang berbeda. Ia tidak hanya menuliskan angka di papan, tetapi membawa anak-anak ke taman sekolah. "Mari kita hitung jumlah bunga yang mekar hari ini!" katanya dengan semangat.
Anak-anak berlarian, menghitung satu per satu, dan dengan antusias mereka menemukan bahwa belajar angka ternyata bisa dilakukan di mana saja. Dengan pendekatan ini, Kamelia tidak hanya mengajarkan konsep matematika, tetapi juga menghubungkannya dengan pengalaman nyata anak-anak.
Namun, tentu saja, perjalanan ini tidak selalu mudah.
Tantangan di Balik Setiap Senyum
Di balik kelas yang ceria, ada tantangan yang harus dihadapi setiap hari. Tidak semua anak memiliki perkembangan yang sama, tidak semua anak memahami dengan cara yang sama.
Ada anak yang senang belajar dengan lagu, ada yang lebih suka menyentuh benda konkret, dan ada pula yang hanya ingin duduk diam mengamati. "Aku ingin semua anak merasa bahwa belajar adalah pengalaman menyenangkan," kata Kamelia padaku suatu hari.
Namun, ia menyadari bahwa beberapa anak lebih tertarik pada aktivitasnya daripada memahami tujuan pembelajaran. Bagi mereka, bermain lebih menarik dibanding memahami konsep di baliknya.
Bukannya menyerah, Kamelia mencari cara. Ia mulai menggunakan metode bermain sambil belajar berbasis eksplorasi, di mana anak-anak tidak hanya diberi materi, tetapi juga diajak menemukan jawabannya sendiri.
Hasilnya? Anak-anak lebih terlibat. Mereka bertanya lebih banyak, berbagi cerita, bahkan tanpa sadar mereka sudah memahami konsep yang diajarkan.