Mohon tunggu...
Husnul Khatimah
Husnul Khatimah Mohon Tunggu... Guru - inclusive enthusiast

pegiat dan praktisi pendidikan inklusif dan penanganan anak spesial

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Suara yang Hilang

27 November 2024   09:36 Diperbarui: 27 November 2024   09:52 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ini suara bergema,bukan dari bilik suara,melainkan dari hati yang bertanya,
di mana letak pilihan sejati?

Lembar kertas putih terhampar,
hanya satu nama pasangan, satu wajah pasangan,
bukan harapan,
hanya sebuah formalitas.

Di mana kebebasan itu?
Yang dijanjikan dalam gemilang demokrasi,
ketika tangan-tangan lemah
tak mampu menggenggam apa-apa.

Ini bukan tentang menang atau kalah,
ini tentang menjadi ada,
tentang suara yang seharusnya merdeka,
bukan sekadar angka di atas meja.

Pilihan telah dicabut,
seperti daun yang gugur di musim salah,
tinggal ranting yang rapuh,
menahan beban makna yang hilang.

Namun absurditas ini berbicara,
mengajarkan kita untuk bertanya,
apakah kita hanya penonton,
atau pemberontak dalam sunyi?

Di balik ritual kosong ini,
tersimpan nyala kecil,
sebuah harapan yang menunggu,
untuk kembali diberi ruang hidup.

Maka, biarlah hari ini menjadi pelajaran,
tentang demokrasi yang perlu kita perjuangkan,
bukan sekadar sistem,
tapi nilai yang membuat kita tetap manusia.

Banjarbaru, Tanah Banyuku 25 November 2025

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun