Mohon tunggu...
Husnul Khatimah
Husnul Khatimah Mohon Tunggu... Guru - inclusive enthusiast

pegiat dan praktisi pendidikan inklusif dan penanganan anak spesial

Selanjutnya

Tutup

Horor

Rahasia Sumur Tua di Belakang Sekolah

13 September 2024   18:54 Diperbarui: 13 September 2024   18:56 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
wajahnya seakan dilukis oleh tangan yang kesal- (Desain Pribadi)

Pagi itu, seperti pagi-pagi biasanya di sekolah, aku mengikuti pelajaran dengan sedikit gelisah. Jarum jam sudah hampir mendekati waktu istirahat pertama, dan aku merasa harus segera ke toilet. Tapi, toilet sekolah sering kali jadi tempat nongkrong anak-anak cowok yang suka usil, dan aku enggan berurusan dengan mereka. Jadi, aku memutuskan meminta izin pada Bu Guru untuk ke toilet, tetapi bukannya berhenti di toilet sekolah, aku terus berjalan menuju toilet di belakang sekolah, yang dikelola oleh ibu kantin. Toilet itu selalu lebih bersih dan tenang, menjadi favorit para siswi yang tak ingin diganggu.

Setelah merasa lega, aku berjalan kembali ke kelas. Di tengah perjalanan, mataku tertumbuk pada sesuatu yang ganjil. Seorang perempuan berkerudung kuning duduk di bibir sumur tua di belakang sekolah. Sumur itu sudah lama tak digunakan, kini menjadi tempat pembuangan sampah yang jarang diperhatikan. "Aneh," pikirku, "siapa perempuan ini, duduk di tempat sepi begini?"

Dengan sedikit ragu, aku mencoba menyapanya, "Bu, cari siapa ya? Pos piket ada di depan, Bu," kataku sambil menunjuk arah pos piket.

Namun, perempuan itu tidak menggubris. Dia hanya duduk diam, wajahnya tertunduk. Aku memperlambat langkah, mencoba memastikan apakah dia mendengarku atau tidak. Saat itulah dia menoleh perlahan. Ketika wajahnya tampak sepenuhnya, darahku langsung berdesir, dan jantungku seakan berhenti berdetak.

Tidak ada bola mata di wajahnya. Tidak ada hidung. Hanya ada bibir yang sangat besar dan wajah putih pucat, seakan dilukis oleh tangan yang kesal. Aku merasakan lututku melemas, seakan-akan setiap langkah menjadi sangat berat. Suasana di sekitar terasa semakin sunyi, dan seakan waktu berhenti berputar.

Aku ingin berlari, tetapi tubuhku tidak bergerak. Dia seperti pusat gravitasi yang menarikku semakin dalam. Aku berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan diri dari bayangannya yang mengerikan, dan dengan susah payah, aku berlari menuju kelas. Saat aku tiba, kelas sudah kosong. Bu Guru sudah meninggalkan ruangan. Aku terduduk di kursiku, terengah-engah, dengan detak jantung yang belum stabil dan bulu kuduk yang belum turun.

Teman-temanku memanggilku, tapi aku tak mampu menjawab. Tak lama, aku melihat Adis, sahabatku dari kelas sebelah, berdiri di depan pintu kelasku. Matanya penuh ketakutan, menunjuk-nunjuk ke arahku dan berteriak, "Itu... itu di belakang kamu!"

Sebelum aku sempat mencerna perkataannya, Adis tiba-tiba jatuh pingsan. Teman-temanku bergegas membawanya ke UKS, dan aku, yang masih bingung dan gemetar, mengikuti mereka. Di UKS, Adis masih terbaring tak sadarkan diri. Aku duduk di sampingnya, menunggu dia siuman.

Ketika akhirnya Adis sadar, dia memandangku dengan tatapan yang kosong dan berkata, "Kamu siapa?" dengan suara berat seperti laki-laki. Aku langsung terlonjak. Adis tertawa terkekeh, suaranya seperti tawa kuntilanak yang sering aku dengar di film-film horor. Tubuhku gemetar, dan tanpa berpikir panjang, aku mulai melantunkan Ayat Kursi. Beberapa kali aku mencoba mengusap wajahnya, tetapi dia malah menepis tanganku.

Kami bergulat di ranjang UKS, dan aku ingat pesan dari guru silatku, bahwa cincin yang aku pakai memiliki kekuatan. Tanpa berpikir panjang, aku mencabut cincin itu dan memindahkannya ke jari Adis. Seketika, Adis jatuh pingsan lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun