Mohon tunggu...
Anshor Kombor
Anshor Kombor Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang terus belajar

Menulis menulis dan menulis hehehe...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Menanti Ending Pemberitaan Air Asia QZ 8501

13 Januari 2015   21:57 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:13 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelumnya, sebagai bagian sesama masyarakat pengguna layanan transportasi (udara) di negeri ini, saya tiada henti merasa ikut berduka cita atas jatuhnya pesawat Air Asia QZ 8501 beberapa waktu lalu. Mudah-mudahan para sedulur yang menjadi korban meninggal dalam peristiwa tersebut, diterima semua amal baiknya semasa hidup oleh Gusti Tuhan dengan sebaik-baik Penerimaan-Nya dan diampuni segala khilafnya semasa hidup dengan seringan-ringan Ampunan-Nya. Segenap keluarga yang ditinggalkan semoga juga senantiasa diberi ketabahan.

Berdasarkan perkembangan mutakhir, tampaknya pemberitaan tentang kejadian nahas itu terus berlanjut. Tak hanya karena proses evakuasi korban yang kiranya belum rampung, pencarian sisa-sisa badan pesawat yang masih terus dilakukan, dan seterusnya. Namun juga lantaran peristiwanya sendiri rasanya dianggap komoditas paling menarik (?) utamanya oleh media televisi. Lebih-lebih kejadiannya memang aktual sebagai bahan liputan.

Jika menyimak siaran layar kaca, pemberitaan terkait setelah jatuhnya pesawat Air Asia QZ 8501, seakan dibikin sedemikian dramatis. Ada stasiun televisi yang menayangkan nyaris setiap perkembangannya dari waktu ke waktu. Bahkan, ketika belum ada temuan baru dari upaya Basarnas dan team lain yang tergabung, karena proses di lapangan (terpaut pula dengan kondisi alam) memang tidak selalu memenuhi libido jurnalistik, media bersangkutan lantas mengulang-ulang reportase yang sudah lewat. Tak ubahnya sinetron dengan episode yang begitu panjang.

Lalu, sempat pula rilisannya terasa meracik opini tudingan mengenai dugaan bobroknya dunia penerbangan kita, berikut tendensi membidikkan berbagai kesalahan terhadap pemerintah. Barangkali sebab hal itu pula, seorang pramugari yang pernah menjadi korban (selamat) pesawat jatuh terdahulu, saat wawancara di salah satu stasiun televisi beberapa hari kemarin, mengingatkan agar segenap pihak tidak perlu gaduh mencari-cari kambing hitam. Melainkan, hendaknya lebih fokus bersama-sama menemukan kotak hitam. Alhamdulillah, Puji Tuhan, kotak hitam yang dicari berhari-hari ditemukan juga akhirnya kini.

Entah disadari atau tidak, hingga sekalian keluarga korban seolah tak punya kesempatan untuk sejenak meredakan kedukaan. Intensitas pemberitaannya juga serasa tidak memedulikan potensi efek trauma psikis bagi masyarakat luas terhadap layanan moda transportasi udara di kemudian hari. Kebanyakan orang bukan mustahil berasa ketir-ketir seandainya bepergian dengan menumpang pesawat sementara ini.

Tentu kita berharap pemberitaan tentang jatuhnya pesawat Air Asia QZ 8501 bisa segera berakhir dan tidak berlarut-larut. Walau demikian, kelanjutan proses penyelesaiannya, terutama pencarian korban yang belum ditemukan, juga bagian-bagian vital badan pesawat, kudu tetap berlangsung sampai tuntas tanpa harus selalu disorot kamera. Dengan begitu keluarga korban beserta masyarakat diharapkan pula bisa segera move on, guna menyambut esok dengan rutinitas keseharian seperti biasanya.

Ketika perhatian semua kalangan lebih tertuju pada masalah Air Asia melulu sekian pekan, bagaimana dengan kinerja para wakil rakyat, paling tidak selepas masa reses baru-baru ini yo? Lalu, sekurangnya apa kabar korban tragedi lumpur Lapindo? Apa kabar pula koruptor? Semoga kamera media tidak melewatkan untuk lebih tajam menyoroti bahan warta macam itu dan lainnya. Tentu bukan sebatas pengalihan isu, apalagi berbau tendensi politis.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun