Mohon tunggu...
Anshor Kombor
Anshor Kombor Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang terus belajar

Menulis menulis dan menulis hehehe...

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Memelihara Harapan Baik di Tengah Kegaduhan Politik

19 Maret 2015   00:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:27 3
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Negara dan pemerintahan masih terserimpung ruwet silih berganti. Keruwetan sepanjang perkembangan mutakhir saja, begitu mbulet dan serasa tak gampang diretas ujung pangkalnya. Seiring rentetan peristiwa yang bukan hanya menyisakan jelaga polemik, tapi juga kehebohan yang sungguh berisik.

Taruhlah dari masalah pergantian tampuk kepemimpinan lembaga kepolisian berikut episode lanjutannya. Kemudian soal kisruh APBD siluman DKI Jakarta yang menjadi rasan-rasan nasional. Berikutnya mengenai eksekusi mati terpidana kawanan pengedar narkoba internasional. Lantas, kebisingan tentang hilangnya para sedulur di Turki –berimbuh cap hendak bergabung dengan ekstrimis ISIS– hingga membikin anggota keluarga salah seorang WNI yang raib mencoba bunuh diri, lantaran santernya generalisasi pemberitaan bernada negatif hari-hari ini.

Lalu, persoalan tentang anjloknya nilai tukar rupiah. Disusul gonjang-ganjing internal partai beringin yang seolah perkara besar menyangkut hajat hidup rakyat. Bersambut dengan sewotnya kelompok legislator yang bersiap mengacungkan hak angket, pada Menkumham yang dianggap keliru menetapkan kebijakan terkait. Selanjutnya lamat-lamat soal wacana pemberian remisi kepada narapidana koruptor.

Belum kelar sampai di situ, menyeruak berita tentang nenek Asyani yang terbelit kasus atas laporan Perhutani beberapa waktu lalu. Nenek itu sedang menghadapi proses hukum di pengadilan terkini. Pemberitaannya juga boleh dibilang terlambat, walau menuai perhatian kalangan luas akhirnya. Dan entah apa isu-isu yang akan merebak nanti, sedangkan rangkaian perkara sebelumnya cenderung selalu akan perlahan senyap dari perbincangan publik dengan ending yang tidak jelas.

Ironisnya, antara ribut-ribut menyangkut urusan para elit di atas, kerap menampakkan kesenjangan dengan lapisan sosial bawah yang masih berjumpalitan melanjutkan kelangsungan hidup (kecuali mengenai kekhawatiran pelemahan KPK). Rakyat kebanyakan tampaknya begitu meresapi slogan pemerintahan Jokowi, bahkan sebelum motto tersebut ditebarkan terdahulu oleh Pakde Dahlan Iskan melalui Jawa Pos koran miliknya: kerja kerja kerja...

Kasus lenyapnya belasan WNI di Turki, ditambah entah berapa lagi WNI lainnya yang hilang serupa dan luput dari sorotan media misalnya, seakan menjadi serpihan potret besar realita betapa keseharian umumnya wong cilik seringkali luput dari perhatian. Kalau pun kemudian menuai atensi berbagai pihak, kondisi mereka sedang bermasalah atau dipermasalahkan. Sama halnya dengan kasus nenek Asyani dan sebagainya.

Di tengah keriuhan bahkan kenyaataan yang njelimet macam itu, rasanya upaya yang realistis untuk dilakukan serta dipertahankan, terutama oleh masyarakat kecil adalah memelihara harapan baik. Ikhtiar tersebut bukan hanya akan lebih melegakan, tapi juga menggelorakan spirit bahwa masih banyak yang bisa dikerjakan, tanpa harus berharap kepedulian pemerintah melulu. Terbukti banyak rakyat yang tidak berdaya, namun bisa tetap bertahan selama ini.

Menjaga harapan baik jauh lebih membugarkan, ketimbang terseret lebih-lebih tertular kesumpekan yang terus dipertontonkan, sehingga bukan mustahil ikut membangkitkan dorongan berbuat yang tidak baik. Apalagi, sampai mempraktikkannya dalam aksi kriminal hanya gara-gara sumpek dan kalut memikirkan keadaan, akibat tingkah para elit yang justru hanya bakal merugi sendiri. Ketika sampean terjerembab dalam masalah, jangan harap akan mendapat bantuan atau sekadar perhatian dari kaum elit.

Ini bukan motivasi, sebab motivasi yang maknyus saat bangkit dari dalam diri sendiri. Melainkan, sebatas fenomena empiris yang berulangkali tidak disadari utamanya oleh para elit yang suka ribut. Belum lagi, bisa dihitung jari persoalan yang diributkan dengan perjuangan hingga berjibaku, yang berorientasi peningkatan taraf kesejahteraan masyarakat luas.

Ringkasnya, terus sajalah berkarya, sembari memelihara harapan baik khususnya berkenaan dengan kemandirian menggapai pencerahan masa depan. Bila memang ada hal penting dan genting yang kudu disuarakan, jangan pernah ragu menyuarakannya demi menjaga pula harapan banyak orang, tanpa harus tersandera kegaduhan dan keruwetan politik.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun