langit ternganga membuntal derai sendu
di atas punggung Ibukota tampak kian lesu
masih terngiang letup desingan peluru
hendak membungkam gelora nurani tanpa jemu
laju waktu memang telah sekian lama berlalu
semerbak kelopak kelopak cinta tak pernah layu
walau tersiram amarah, juga benci membelenggu
gadis Semanggi berbando Trisakti tertahan di bahu jembatan
bersama jiwa jiwa lembut peneguh kesetiaan
untaian kembang marsilea crenata di pergelangannya berhamburan
pucuk secabang bando Trisakti di kepalanya terenggut timah mematikan
terus beringsut menepis deraan butiran kematian
demi cinta pantang terhenti di tengah jalan
gadis Semanggi berbando Trisakti tak bertanya
di mana penjaga hati saat durjana merajam begitu rupa
juga detak detak belahan kasih di rahimnya mulai terasa
bertanyalah, mengapa langkah sejauh itu, hingga bertaruh nyawa?
tubuh tubuh bergelimpangan, mentari menatap nanar
entah berapa lenyap di tengah hingar-bingar
isak Pertiwi menitik, pilu menyesaki dada serasa lahar
terlalu perih seluruh kisah dibabar
di mana gadis Semanggi berbando Trisakti kini?
bagimu sekadar bertanya tak penting lagi
ketika cinta telah padam di relung kusam sanubari
Bawah Bendera Separuh Tiang, 13.5.2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H