[caption id="attachment_383139" align="aligncenter" width="456" caption="Ilustrasi: Prostitusi Kelas Atas (http://ksoo.com)"][/caption]
Berita hot mencuat ketika jajaran Satreskrim Polres Metro Jakarta Selatan, mengungkap dugaan kasus prostitusi online yang dibilang kelas atas, dengan menangkap wanita yang kabarnya artis berinisial AA dan lelaki bernama Robby Abbas alias Obie (RA) yang diduga mucikarinya dalam satu hotel mewah di bilangan Jaksel pada Jumat malam (8/5). Entah apakah hari itu Jumat Keramat atau Jumat Kuwalat.
RA dikabarkan pula menjadi germo dari 200 wanita (artis) yang siap melayani pelampiasan syahwat bertarif premium. Atau jangan-jangan berbandrol pertamax? Disebutkan tarifnya pada kisaran Rp 80-200 juta. Penggunanya yang pasti dari kalangan beruang (baca: duitnya banyak, bukan hewan dalam film kartun Masha di televisi lho) seperti disampaikan pihak kepolisian yang dilansir Kompas (10/5) kemarin. Tak hanya itu, dikatakan permintaan juga ada dari luar negeri. AA sendiri konon mematok bandrol Rp 80 juta untuk seronde permainan ranjang.
Walau begitu, ketika mengetahuinya dari siaran televisi, entah mengapa rasanya biasa-biasa saja. Terlebih setelah membaca beritanya dari situs-situs media online dan cetak. Dalam arti, sebagian artis dan model wanita yang nyambi sebagai pekerja dunia remang-remang kiranya bukan hal baru. Itu sudah menjadi pembicaraan dari mulut ke mulut sejak dulu, serta fenomena global yang terjadi di pelbagai negara.
Pelakon jagat hiburan di tanah air yang melakoni gawe ”plus-plus” mutakhir saja, bisa diintip pada buku-buku Moammar Emka semisal karyanya yang berjudul Jakarta Undercover (Sex in The City) yang rilis sampai tiga seri dan buku-bukunya yang lain. Begitu pula sisi temaram balada para selebriti kita yang mencari ”nafkah tambahan” dari bisnis seks eksklusif, intip saja dalam bukunya In Bed With Models keluaran tahun 2006 silam dengan edisi revisinya diterbitkan pada 2014 lalu. Tentunya dengan nama-nama mereka yang terbilang sangat privat.
Kompasianer senior bernama Matkodak pun sebelumnya telah pernah menyingkap gelinjang artis-model di balik kelambu esek-esek bahkan dengan beberapa modusnya. Dengan kata lain, ekspose kasus yang melibatkan RA dan AA, berikut pengembangannya terkait dugaan prostitusi online kelas atas, yang dibikin heboh dengan kemungkinan pemeriksaan terhadap pihak-pihak lain yang ikut terkait nanti tersebut, boleh dibilang hanya ”sekuel” dari kisah jadul. Biasanya temuan demikian produk jurnalisme investigatif media, layaknya tayangan-tanyangan dewasa televisi yang diam-diam menggeliat kembali di tengah malam belakangan ini.
Upaya publikasinya juga terasa binal dengan menyodorkan sisi-sisi yang seketika merangsang rasa ingin tahu. Antara lain, dari penyebutan inisial AA yang juga dinyatakan kalangan selebriti, untuk kemudian membikin publik menebak-tebak penasaran sendiri. Padahal, inisial menggoda AA tersebut bisa jadi hanya berarti Ah Aa’bisasaja. Lalu, tarif fantastis yang diungkapkan sebatas dalam kisaran Rp 80-Rp 200 juta telah sempat mengundang tanya di Kompasiana ini kemarin.
Sekalipun memang bandrolnya mencapai ratusan juta, masih belum sebanding manfaatnya bagi masyarakat dengan hukuman yang bakal diterima oleh pelaku. Utamanya bagi sang mucikari yang hanya kurungan penjara setahun empat bulan atau denda paling banyak lima belas ribu perak. Belum lagi, artis berinisial AA sendiri ndilalah kemudian dibebaskan karena statusnya hanya sebagai saksi, lantas berkicau menuliskan bantahan di akun Twitter yang diduga miliknya.
Tak ayal, beberapa media lantas masih perlu memertanyakannya. Walau memang tak sedikit yang menelannya mentah-mentah, lalu menggelindingkan opini. Sedangkan pemberitaan situs Kompas cukup kristis mengorek keterkaitan AA, sangkaan prostitusi (online) dan RA, dengan keterangan dari pihak berwajib lebih jauh. Misalnya, lebih memerjelas bahwa ketika penggerebekan, ternyata AA sedang berada di salah satu kamar di hotel tersebut. Sementara si mucikari sedang menunggu AA di lobi hotel tempat penangkapan. Terkait ekspose bahwa RA memiliki 200 artis yang biasa melayani permintaan ”bobo berbayar” sudah dibantah oleh RA sendiri dalam berita malam satu stasiun televisi kemarin.
Yang rada menggelikan, saat AA ditemukan di dalam kamar dan RA masih di lobi hotel, bukti yang diinformasikan antara lain pakaian dalam wanita berupa bra bermotif renda warna hitam dan ponsel BlackBerry berwarna putih (Tempo). Bagaimana ceritanya? Apa ketika ditangkap dalam kamar itu, AA sudah dalam keadaan siap ”tempur” dengan seluruh pakaiannya sudah terlepas, atau barang dalemannya itu hanya diminta? Lepas dari semua hal yang mungkin patut dipertanyakan, kita tunggu dan nikmati saja bagaimana cerita selanjutnya yo? Eng ing eeeng...
Referensi bacaan:
Kompas Target Mucikari RA | Tempo Betulkah AA adalah Amel Alvi | Kompasiana Pengalaman Matkodak
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H