Hari ini adalah hari perdana UN 2015, dimulai siswa SMA dan sederajat yang digelar serentak. Jadwal pelaksanaannya 13-15 April secara nasional. Berlanjut dengan penyelenggaraan UN bagi siswa SMP rencananya 4-7 Mei nanti. Diteruskan giliran terakhir UN bagi siswa SD berikutnya mendatang.
UN kali ini dilaksanakan secara online di pelbagai daerah. Berdasar informasi mutakhir, gelarannya berbasis komputer di beberapa sekolah di 24 provinsi. Sedangkan ujian konvensional masih berlangsung di sekolah-sekolah lainnya di 33 provinsi. Bisa dibilang secara umum evaluasi akhir pendidikan tingkat nasional mengikuti kebijakan terbaru pemerintah sekarang.
Galibnya, perhatian hampir seluruh pemegang kekuasaan, hingga stakeholder terkait dan umumnya masyarakat di setiap daerah, tertuju pada kelangsungannya. Gubernur DKI Jakarta, Ahok, kabarnya turun memonitor. Walikota Jogja dikabarkan pula meninjau. Tak ketinggalan Wagub Jawa Barat melakukan pengamatan. Walikota Surabaya yang akrab disapa Bu Risma pun urun memantau serta menyemangati peserta UN agar jangan tegang. Dan pemantauan serupa bukan tidak mungkin juga dilakukan pimpinan beserta Dinas bersangkutan di daerah-daerah lainnya.
Ombudsman RI yang konon penginisiasi UN online pun ikut mengawasi, untuk menekan kemungkinan maladministrasi dalam realisasinya. Belum lagi, aparat kepolisian yang diterjunkan ke lapangan. Awak media jelas turut pula siaga mengawasi dengan segala perlengkapannya. Siap meliput apapun fenomena yang akan terjadi di sekitar lokasi ujian. Termasuk fakta-fakta tidak diharapkan yang akan mencuat sewaktu-waktu.
Jangan heran bila lazimnya suasana UN selalu menegangkan. Saking tegangnya, wajah para siswa cenderung tampak suntuk, terutama selama mengerjakan soal. Tak kecuali para guru yang mengawasi atau mendampingi pengawas dari luar sekolah yang ditugaskan. Nyaris susah menjumpai kesemringahan civitas lembaga pendidikan selama hari-hari ujian.
Dari serangkaian pengalaman tahun-tahun sebelumnya, pelaksanaan UN diwarnai bermacam pemberitaan. Belum lama tes pada hari pertama usai saja, kaprahnya segera muncul liputan-liputannya di media massa. Lebih-lebih jika ditemukan kejadian yang beraroma kecurangan. Sementara, penyelenggaraannya berbeda dengan ujian-ujian yang telah lewat, penerapannya berbasis online kini.
Mudah-mudahan gelaran UN tahun ini, tidak menyisakan terlalu banyak potensi yang bisa menuai pembicaraan berisik, sekalipun menjajal kebijakan terkini. Secara pribadi, saya amat bersyukur ketika aparat berwenang yang turut mengawasi telah berganti memakai busana sipil sekarang. Dulu, saya sempat menulis opini di surat kabar, saat mencermati efek petugas berwajib yang berjaga dengan pakaian dinas, bahkan masuk ke ruang ujian.
Hendaknya lebih dipahami, betapa pengawasan yang berlebihan meski berdalih mengantisipasi potensi kecurangan selama UN, justru mengakibatkan resistensi utamanya bagi para siswa yang mengikutinya. Bagaimana pun para siswa membutuhkan suasana kondusif yang tidak semakin membebani psikis mereka yang bukan mustahil berdampak hal-hal yang tidak diinginkan nanti.
Karena itu, segenap pihak hendaknya bisa lebih menahan diri atas segala peristiwa yang mengitari sepanjang gelaran UN beberapa hari ke depan. Ketenangan selama kelangsungannya seharusnya menjadi perhatian untuk lebih diindahkan bersama. Mengingat, para siswa telah cukup dibebani sejak persiapan UN jauh-jauh hari, dengan berbagai kesulitan yang mesti dihadapi. So, jangan berisik ADA UJIAN!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H