Mohon tunggu...
Anshor Kombor
Anshor Kombor Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang terus belajar

Menulis menulis dan menulis hehehe...

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Obrolan Wong Cilik tentang Korupsi dan KPK

10 Maret 2015   03:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:55 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari lalu, seorang kerabat menjalani rawat inap di puskesmas. Ia hanya tinggal berdua dengan suaminya dan ndak memiliki anak. Karena itu, saya lantas turut menemaninya selama dalam perawatan. Sekurangnya saya bisa menjaganya, ketika suaminya harus mengurus keperluan terkait pengobatannya.

Termasuk saat tetamu datang menjenguk sewaktu-waktu. Sebab, kebiasaan yang masih bertahan hingga kini, para tetangga kampung akan menengok setiap warga yang sakit lebih-lebih opname di puskesmas. Kadang para sedulur dari kampung sebelah ikut pula berbela solidaritas. Bahkan, di antara pemuda sampai menginap dan pulang keesokan harinya.

Jika para tamu yang kebanyakan masyarakat kecil berkunjung, selalu ada saja yang diobrolkan. Tentu selain tentang perkembangan kondisi si pasien. Mulai dari urusan sawah, harga sembako di pasar, sampai masalah-masalah kenegaraan terkini. Bukan hanya itu, pemberitaan soal korupsi juga ndak luput dari perbincangan mereka. Seperti percakapan mereka yang saya ketahui semasa mendampingi kerabat tersebut belum lama ini.

”Omong-omong satu per satu harta kekayaan Pak X terus disita KPK ya, dik?” tanya salah seorang penjenguk kepada saya, berkenaan dengan kasus dugaan korupsi oknum pejabat daerah, di tengah bincang-bincang malam itu.

”Ya, begitulah” jawab saya singkat.”Aku sendiri menjumpai sebidang lahan yang cukup luas, ditancapi papan pengumuman, bahwa tanah itu disita KPK sekarang, dik” ujarnya lagi.
”Lahan di mana itu, kak?” tanya saya penasaran.

”Itu tanah di kawasan perbatasan kabupaten. Aku melihatnya saat dalam perjalanan balik dari luar kota tadi sore” balasnya ndak kalah antusias.

”Pokoknya, sekalian pihak yang terlibat, bakal kena KPK” sahut tetangga paruh baya yang kesehariannya hanya bertani.

”Ya, tinggal menunggu waktu saja kapan giliran yang lain” timpal pria lebih sepuh lainnya. Pembicaraan pun kemudian semakin ganyeng hingga menjelang tengah malam.

Dari obrolan para tamu macam itu, ternyata masyarakat bawah lumayan aktif mengikuti perkembangan mutakhir. Lepas dari opini tentang (dugaan) kriminalisasi, pelemahan, dan semacamnya yang sedang mengabuti KPK belakangan ini, tampaknya berita seputar aktualisasi pemberantasan korupsi menjadi topik menarik. Utamanya soal upaya civitas lembaga antirasuah, selalu menggugah antusiasme segenap wong ndeso yang jauh dari hingar-bingar panggung nasional. Roman wajah mereka selalu terlihat sedemikian bersemangat, kala membicarakan para elit dan politisi yang terjerat dugaan korupsi.

Itu pun baru greget yang terasa di kampung saya. Entah bagaimana di berbagai pedesaan dan perkampungan daerah yang lain. Padahal, liputan menjelang pelaksanaan eksekusi mati atas terpidana Bali Nine, perseteruan Ahok vs DPRD DKI Jakarta, dan hilangnya WNI di Turki sedang gencar-gencarnya di media massa. Sementara, kabar lanjutan menyangkut para komisioner KPK yang terbelit (dugaan) kasus berikut nasib institusi antirasuah tersebut, perlahan-lahan tergeser, bila ndak boleh disebut serasa kian lama makin senyap dan ndak jelas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun