Di desa Mojosari, pembuatan kripik adalah kegiatan yang sangat populer dan tradisional. Pertama, para petani di desa Mojosari menanam beragam jenis umbi-umbian seperti ubi, singkong, dan talas. Mereka dengan hati-hati memilih umbi-umbian yang berkualitas tinggi dan segar untuk dijadikan bahan dasar kripik. Setelah itu, umbi-umbian tersebut dikupas dan dipotong tipis menggunakan pisau tajam.
Selanjutnya, potongan umbi-umbian direndam dalam air garam selama beberapa waktu untuk menghilangkan kelembaban. Setelah direndam, potongan umbi-umbian dijemur di bawah sinar matahari terik. Proses pengeringan ini membutuhkan waktu yang cukup lama, tergantung pada suhu dan kelembaban udara. Ketika potongan umbi-umbian telah kering sempurna, mereka siap untuk digoreng.
Terakhir, potongan umbi-umbian yang telah dikeringkan dimasukkan ke dalam wajan berisi minyak panas. Mereka digoreng hingga berwarna keemasan dan renyah. Setelah digoreng, kripik dikeringkan untuk menghilangkan kelebihan minyak. Setelah dingin, kripik siap untuk dinikmati. Di desa Mojosari, kripik ini sangat terkenal karena rasanya yang gurih dan renyah, serta aroma yang menggugah selera.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H