Mohon tunggu...
Husnanda Ayu
Husnanda Ayu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

looking for new insight

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Gagas Alat Bantu Praktikum Kimia Bagi Siswa Low Vision, Mahasiswa UNY Lolos Pimnas

20 Desember 2022   10:01 Diperbarui: 20 Desember 2022   11:46 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional yang disingkat PIMNAS merupakan kegiatan bergengsi di kalangan mahasiswa. Pada pelaksanaan PIMNAS ke-35 pada tanggal 30 November - 4 Desember 2022 yang digelar di Universitas Muhammadiyah Malang, Tim PKM UNY berhasil lolos melalui penelitiannya dalam PKM-VGK. PKM-VGK merupakan penelitian berupa video gagasan konstruktif yang bertujuan untuk memotivasi partisipasi mahasiswa dalam mengelola imajinasi, persepsi, dan nalar sebagai upaya pemecahan masalah secara konstruktif dalam bentuk konten media sosial.

Gagasan mengenai Laboratorium Kimia bagi Peserta Didik Low Vision karya lima mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) berhasil lolos dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) ke-35. Lima mahasiswa pembuat karya tersebut adalah Dewi Meiliyan dari Program Studi Pendidikan Luar Biasa (Ketua), Angki Pranamukti dari Program Studi Pendidikan Teknik Informatika (Anggota), Hilmy Azizah Retna dari Program Studi Teknologi Informasi (Anggota), Meilani Dwinta dari Program Studi Pendidikan Kimia (Anggota), dan Dika Ardiyanto dari Program Studi Teknik Manufaktur (Anggota).

Ketua tim, Dewi Meiliyan menjelaskan, penelitian yang diangkat yaitu berjudul "Haptic Chemistry Laboratory : Laboratorium Kimia Stokiometri untuk Peserta Didik Low Vision". Ide penggagasan Laboratorium Kimia bagi Peserta Didik Low vision berawal dari pemikiran adanya kesetaraan pendidikan bagi seluruh peserta didik terutama bagi peserta didik yang berkebutuhan khusus untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas menurut SDGs poin keempat. Dalam melaksanakan pembelajaran, anak berkebutuhan khusus membutuhkan akomodasi yang layak. Hal tersebut juga sesuai dengan yang diagendakan oleh WHO dan UNICEF mengenai asistif teknologi berupa produk literasi digital seperti Virtual Reality (VR).

Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa UNY ini berfokus pada peserta didik low vision. Low vision merupakan seseorang yang mempunyai kemampuan melihat yang terbatas untuk melakukan kegiatan sehari-hari, tetapi mereka tidak buta. Angka anak yang memiliki hambatan penglihatan di usia sekolah terus bertambah setiap tahunnya. Salah satu pelajaran yang dihindari oleh peserta didik low vision adalah pelajaran kimia. Hal ini dikarenakan belum ada alat akomodasi yang asesible bagi peserta didik low vision dalam melakukan praktik kimia. Padahal kimia di masa depan sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan manusia seperti makanan, minuman, dan obat-obatan. Keselamatan kerja saat praktikum membuat peserta didik low vision hanya mendapatkan ilmu dalam lingkup teori saja.

Haptic Chemistry Laboratory merupakan inovasi yang dibuat untuk mempermudah peserta didik low vision untuk melakukan praktik kimia terutama dalam materi stoikiometri.  "Penelitian dilengkapi haptic sensor, audio berbasis AI, dan kacamata VR" ucap Hilmy, salah satu anggota tim (14/12/2022). Sarung tangan dengan haptic sensor memberikan sensasi realistis sentuhan dan sebagai pengontrol saat berpetualang di metaverse. Kemudian, visuo-haptic memberikan informasi mengenai masa benda dan saat mengambil bahan kimia peserta didik dapat mengakses bentuk 3D senyawa dan Material Safety Data Sheet tersebut. Sistem akan mengatur level tekanan dan memberikan respon tekanan yang berbeda disetiap bagian tangan. Sensasi ini akan didukung oleh elemen audio dan visual yang untuk menghasilkan ilusi yang mendekati realistis bagi penggunanya. Ketika melakukan praktikum, kacamata VR memberikan data material praktikum dan menyesuaikan arah sumber cahaya serta terdapat arahan audio yang berubah sesuai konteks kalimat perintah untuk menggerakan benda dalam praktikum.

"Haptic Chemistry Laboratory harapannya tidak hanya membantu peserta didik Low Vision untuk mendapatkan kesetaraan dalam pendidikan saja, tetapi dapat dikomersilkan dalam metaverse sebagai opsi wahana yang edukatif" jelas Ketua Tim. Selanjutnya Haptic Chemistry Laboratory akan terus ditingkatkan dan dikembangkan untuk mendapatkan hasil yang lebih efektif lagi. Anggota tim, Dika menjelaskan, mahasiswa yang tergabung dalam tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) ini diberikan pendampingan yang baik dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dalam penelitiannya. "Selain tim yang suportif, Bapak Rendy selaku dosen pembimbing dan pihak UNY juga memberi perhatian yang cukup bagi tim kami sebelum dan saat Pimnas," ungkapnya (14/12/2022). Lolosnya tim ini diharapkan menjadi pemicu bagi mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) lainnya dalam mendorong kembali semangat penelitian menuju Pimnas tahun berikutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun