(22/03/15) Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) daerah Semarang mengadakan aksi teatrikal di kawasan Car Free Day kota Semarang. Aksi ini melibatkan kader dari komisariat KAMMI se-Semarang yang kompak mengenakan seragam khasnya, yakni jaket merah kebanggaan. Aksi ini dimaksudkan untuk menyadarkan Presiden Jokowi yang seakan-akan tertidur pulas ketika penderitaan rakyat terjadi di mana-mana. Aksi dibuka dengan orasi dari ketua KAMMI Semarang, Muhammad Khanif Nasukha.
Aksi teatrikal diawali dengan tokoh pemeran pak Jokowi sedang tertidur pulas. Kemudian muncul tokoh pemeran petani yang sedang membawa cangkul, petani merasa menderita karena harga beras melambung tinggi tetapi petani tidak mendapat keuntungannya. Disusul pemeran rakyat miskin dengan pakaian compang-camping membawa derigen minyak yang kesusahan karena harga BBM naik turun tak menentu. Setelah itu ada tokoh pemeran ibu rumah tangga membawa keranjang belanja yang pusing dengan kenaikan harga barang-barang kebutuhan pokok. Ada pula beberapa pemuda yang memerankan kerusuhan sedang terjadi di mana-mana. Dengan semua kejadian yang telah terjadi, pak Jokowi masih saja tertidur pulas. Maka rakyat pun geram, lalu berusaha membangunkan pak Jokowi dengan menggoyang-goyangkan tubuhnya, namun tetap tak berpengaruh. Jalan terakhir pun ditempuh, pak Jokowi yang masih tertidur kemudian disiram air hingga akhirnya bangun juga. Ternyata sebenarnya pak Jokowi tidak tertidur, hanya saja ada pengaruh-pengaruh orang luar yang menutupi mata pak Jokowi, sehingga dengan mudahnya bekerja sama dengan asing, sedangkan rakyat sendiri menderita. Nilai rupiah pun anjlok bebas hingga mencapai 13.000 rupiah per dollar Amerika, ditunjukkan dengan aksi teatrikal kertas bertuliskan nilai rupiah yang diinjak. Tak lupa dengan adanya konflik antara KPK vs Polri. Rakyat terus berusaha menyadarkan pak Jokowi atas kegaduhan yang terjadi, namun selalu gagal karena ada pelindung-pelindung Jokowi yang terus menghalangi.
Aksi teatrikal pun diakhiri dengan pernyataan menuntut presiden Jokowi untuk bangun dan melihat penderitaan rakyat hingga akhirnya turun tangan mengatasi semua masalah yang sedang terjadi di negeri ini atau turun tahta dari jabatan presiden Republik Indonesia. Dilanjutkan pembacaan puisi dari salah satu kader KAMMI. Puncak acara adalah orasi yang disampaikan oleh Miqdad Haqqony.
Aksi teatrikal ini mengundang simpati segenap warga Semarang yang sedang beraktivitas di Car Free Day untuk turut serta menyaksikan aksi dan menyuarakan pendapatnya. Masyarakat diajak untuk ikut berpartisipasi aktif dengan cara voting memilih Jokowi untuk turun tangan atau turun tahta. Apabila memilih Jokowi turun tangan, maka diminta menempelkan kertas berbentuk hati atau love di papan kertas bertuliskan Jokowi turun tangan. Begitu pula jika menginginkan Jokowi turun tahta, maka menempelkan di papan bertuliskan Jokowi turun tahta.
Hasil voting dari partisipasi masyarakat yaitu, ternyata masih lebih banyak masyarakat yang peduli dan berharap Jokowi segera turun tangan mengatasi masalah negeri ini dibandingkan masyarakat yang memilih Jokowi untuk turun tahta. Artinya, banyak masyarakat yang masih optimis pada kepemimpinan pak Jokowi sebagai Presiden Republik Indonesia. Sehingga, harapannya pak Jokowi segera turun tangan dan bergerak menyelesaikan berbagai persoalan negeri yang sedang terjadi dan mementingkan kepentingan rakyat di setiap kebijakan yang diambilnya.
KAMMI Daerah Semarang bersama rakyat menuntut :
1.Segala macam permasalahan tersebut hanya dapat diatasi dengan kembalinya pemimimpin tertinggi Indonesia kepada fungsinya secara maksimal. Presiden Indonesia dituntut untuk lepas dari segala macam ketergantungan, tekanan, serta pesanan dan kembalinya turun tangan dengan segala macam kebijakan prorakyat guna menyelesaikan segala macam masalah.
2.Presiden Indonesia dituntut untuk bangun dan tidak bermalas-malasan untuk segera menyelesaikan permasalahan ekonomi. Menstabilkan harga kebutuhan pokok, membawa perekonomian nasional kembali kuat untuk disejajarkan dengan perekonomian internasional.
3.     Mengembalikan supremasi hukum kepada para penegak hukum yang telah diberikan mandat secara legal formal dalam konstitusi dan bukan hanya sekedar lembaga ad-hoc. Presiden Indonesia juga dituntut tegas untuk memberikan sanksi kepada segala macam penyelewengan, narkoba, korupsi dan kinerja Menteri yang amburadul.
sumber foto: www.kammisemarang.or.id
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H