Imunisasi terbukti merupakan metode yang paling efektif dari segi biaya dalam mencegah kematian akibat penyakit menular pada bayi dan anak-anak. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Shattock, et al. (2024), imunisasi diperkirakan telah mencegah kematian akibat penyakit menular pada 146 juta anak-anak yang berusia di bawah 5 tahun dan di antaranya 101 juta bayi yang berusia di bawah 1 tahun. Meskipun imunisasi merupakan upaya yang paling efektif dalam mencegah kematian pada anak, pelaksanaan imunisasi di Indonesia masih belum mencapai hasil yang memuaskan. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, terjadi penurunan persentase cakupan imunisasi dasar lengkap pada anak berusia 12-23 bulan secara nasional. Pada tahun 2018, persentase imunisasi dasar lengkap mencapai 57,9% (Riskesdas, 2018), tetapi pada tahun 2023 terjadi penurunan menjadi 35,8% (SKI 2023).
Permasalahan kurangnya cakupan imunisasi juga terjadi di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor terutama di Desa Cibeureum. Berdasarkan data yang diambil dari Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Cisarua, cakupan imunisasi lengkap di Kecamatan Cisarua adalah 51,9% sedangkan cakupan imunisasi lengkap di Desa Cibeureum sebesar 43,8%. Hal ini masih jauh dari target yang ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 yakni 80%. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan cakupan imunisasi dasar lengkap di Desa Cibeureum. Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia yang tergabung dalam Kelompok 1 Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) melakukan upaya tersebut dengan melaksanakan intervensi kesehatan yang berbasis bukti dan disesuaikan dengan konteks lokal. Intervensi tersebut bertajuk KANGEN (Kenali Gejala Setelah Imunisasi Anak).
KANGEN diawali dengan studi pendahuluan sebagai upaya untuk menentukan prioritas masalah dan mengidentifikasi penyebab masalah kesehatan yang ada di Desa Cibeureum. Penentuan prioritas masalah dilakukan dengan berdiskusi bersama pemangku kepentingan desa, wawancara mendalam pada warga Desa Cibeureum serta survei secara door-to-door. Hasil diskusi dengan pemangku kepentingan memunculkan isu cakupan imunisasi dasar lengkap yang disebabkan adanya penolakan untuk melakukan imunisasi. Wawancara mendalam dilakukan untuk mengetahui sudut pandang masyarakat mengenai permasalahan imunisasi dasar lengkap. Berdasarkan hasil wawancara, adanya penolakan untuk melakukan imunisasi disebabkan karena kurangnya pemahaman masyarakat akan manfaat imunisasi, adanya trauma, serta kurangnya dukungan keluarga. Maka dari itu, Kelompok 1 PBL melakukan studi lebih lanjut dengan melakukan survei kepada masyarakat dengan cakupan imunisasi rendah di Desa Cibeureum, yakni Kampung Coblong dan Kampung Tegalbatu. Hasil survei juga menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat di Kampung Coblong dan Kampung Tegalbatu belum melakukan imunisasi dasar lengkap, belum mempunyai pemahaman yang cukup terkait imunisasi, serta kurangnya dukungan keluarga terhadap ibu yang hendak melakukan imunisasi. Hasil studi pendahuluan menjadi dasar bagi program intervensi berupa penyuluhan kepada ibu-ibu di Kampung Coblong dan Kampung Tegalbatu yang memiliki balita.
Kegiatan intervensi yang dilakukan berupa penyampaian materi promosi kesehatan mengenai “Gejala Setelah Imunisasi Dasar Lengkap”. Materi promosi kesehatan yang disampaikan berupa desain grafis yang dibuat dalam bentuk PowerPoint dan brosur, serta video yang berisi penjelasan dari PJ Program Imunisasi dan PJ Promosi Kesehatan Puskesmas Cisarua, dan testimoni dari salah seorang ibu dengan baduta yang telah melakukan imunisasi dasar lengkap. PowerPoint dan video ditayangkan ketika pemateri sedang melakukan promosi kesehatan, sementara brosur diberikan kepada ibu-ibu sebelum pemateri memulai menyampaikan promosi kesehatan untuk dibaca terlebih dahulu.
Hasil yang didapat pasca pemberian intervensi cukup memuaskan dengan adanya peningkatan pemahaman para peserta intervensi yang dinilai berdasarkan hasil pre-test dan post-test. Selain itu, didapatkan pula beberapa temuan menarik setelah adanya intervensi salah satunya adalah pentingnya peran kader dalam menyebarluaskan informasi terkait imunisasi dasar lengkap pada masyarakat serta mengaktifkan kegiatan di posyandu. Temuan lain adalah adanya perubahan perilaku dari seorang ibu yang awalnya menolak untuk datang ke penyuluhan dan bertemu langsung dengan petugas kesehatan menjadi mau dan tertarik untuk hadir dalam intervensi. Meski KANGEN hadir dalam waktu yang singkat di Desa Cibeureum, kami berharap dapat meninggalkan dampak yang baik bagi warga Desa Cibeureum terutama dalam meningkatkan pemahaman ibu mengenai imunisasi dasar lengkap.
Referensi
Badan Kebijakan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. 2023. Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 Dalam Angka.