Mohon tunggu...
Djamaluddin Husita
Djamaluddin Husita Mohon Tunggu... Lainnya - Memahami

Blogger, Ayah 3 Putra dan 1 Putri. Ingin menyekolahkan anak-anak setinggi yang mereka mau. Mendorong mereka suka membaca dan menulis (Generasi muda harus diarahkan untuk jadi diri sendiri yang berkarakter).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nasionalisme Ala Kompasianer

20 Agustus 2010   10:54 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:51 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_233202" align="alignleft" width="350" caption="Sbr: Kompasiana"][/caption]

Merdeka! kata-kata itu seolah-olah tergiang di telinga saya ketika membaca tulisan-tulisan kompasianer dengan tema semangat kemerdekaan. Perasaan  saya, para kompasianer sedang menyapa saya dengan kata-kata itu.  Bak para pejuang kita dulu saat mengekspresikan semangat juang dan cinta tanah air dengan pekikan Merdeka! saat mereka berpapasan dengan teman-teman seperjuangannya.

Saya menilai apa yang ditulis oleh para kompasianer di kompasiana berkaitan dengan semangat kemerdekaan tidak semata-mata karena lomba dan mengharapkan sebuah hadiah. Apalagi hadiah yang disediakan hanya untuk dua orang pememang saja. Sementara animo menulis kompasianer dengan tema semangat kemerdekaan itu luar biasa  dan tidak sebanding dengan hadiah yang disediakan.

Dan, saya yakin para kompasianer menulis dengan tema semangat kemerdekaan itu tidak hanya mengharapkan hadiah saja.  Menurut saya ada hal lain yang ingin mereka tunjukkan, yaitu semangat kebangsaaan atau rasa nasionalisme yang tinggi terhadap bangsa yang dicintainya. Apalagi  selama ini tanpa ada iming-iming hadiahpun mereka tetap menulis di kompasiana dengan berbagai tema. Hanya saja tema yang diperlombakan dalam rangka memeriah HUT RI di kompasiana adalah semangat kemerdekaan, membuat banyak di antara kompasianer terfokus menulis tentang itu.

Ekspresi Rasa Nasionalisme

Rasa Nasionalisme dapat bermakna sebagai rasa cinta tanah air sehingga memiliki implikasi kepada munculnya rasa peduli terhadap bangsa dan negara. Bagi bangsa Indonesia  rasa nasionalisme ini sangat penting dan perlu terus ditumbuhkembangkan oleh setiap warganya.  Apalagi tantangan bangsa ini dari hari ke hari semakin komplek dengan berbagai modus  yang tentu saja bertujuan untuk merong-rong negara kita.  Atau paling kurang membuat negeri ini akan semakin terpuruk yang pada gilirannya banyak negara yang mengambil keuntungan dari situasi seperti itu.

Harus disadari bahwa  model penjajahan saat ini tidak sama seperti yang dirasakan oleh nenek moyang kita  dahulu. Bila dulu para penjajahan jelas  dan secara terang-terangan menanam kukunya di bumi pertiwi ini tetapi saat memiliki modus operandi yang berbeda dan tentu memiliki tujuan yang berbeda pula.  Modus operandi para penjajah saat ini adalah dengan cara membuat  negeri ini lemah dan tidak berdaya  sehingga dengan serta merta mereka dapat menguasainya dari berbagai bidangkehidupan seperti  bidang ekonomi (yang memang sudah sangat terasa) dan juga termasuk budaya leluhur bangsa (seperti yang dilakukan oleh Malaysia yang sangat menghebohkan itu), serta bidang-bidang lain yang kita sadari.

Sebagai bagian dari bangsa ini, para kompasianer juga menyadari keadaan  yang sedang dihadapi  bangsanya. Hal ini dapat kita simak dari berbagai postingan tulisan pada kompasiana terutama yang berkaitan dengan tema semangat kemerdekaan. Meskipun banyak diantaranya yang berisi kritikan-kritikan yang sangat pedas terutama ditujukan kepada pengelola negeri (pemerintah) yang mungkin dianggap tidak becus dalam mengurus negeri ini sehingga muncul permasalahan silih berganti. Tetapi, inti dari semua tulisan itu tetap menggambarkan rasa cinta tanah air yang begitu besar.

Berdasarkan semangat dan rasa cinta tanah air yang mereka gambarkan lewat tulisan-tulisan di kompasiana ini menunjukkan sebuah harapan bagi kita sebagai bangsa untuk tetap yakin dan optimis bahwa pada suatu saat nanti bangsa ini akan menjadi bangsa yang besar dan disegani oleh bangsa-bangsa lain di dunia. (Atau paling kurang tidak akan ada pelecehan-pelecahan lagi seperti yang selalu dilakukan oleh negeri jiran Malaysia  seperti kasus terakhir adalah peristiwa pembarteran petugas  penjaga laut kita dengan pencuri ikan  Malaysia).

Bahkan lebih dari itu menjadi sebuah negeri yang mampu mengatur dunia seperti yang dilakoni oleh negara-negara yang dianggap adikuasa selama ini.  Saya pikir sebuah harapan yang tidak mengada-ada belaka, bila semua komponen memiliki pandangan yang sama seperti itu.

Selain itu, semangat yang diperlihatkan oleh para kompasianer itu menjadi bukti bahwa  masih banyak anak bangsa ini yang ingin berbuat sesuatu untuk negeri yang dicintainya. Hanya saja mungkin mereka belum memperoleh kesempatan untuk berbuat lebih dari itu. Dan, bisa jadi kompasiana ini menjadi salah satu media bagi mereka untuk mengekspresi rasa nasionalisme yang  selama ini hanya tersimpan dalam dada.

Tak Boleh Menyerah

Pertanyaannya adalah apakah para pemimpin bangsa ini cukup  jeli dan mampu melihat setiap potensi-potensi ada termasuk semangat nasionalisme seperti itu? Pertanyaan ini cukup beralasan, sebab banyak anak bangsa saat ini yang ragu dan pesimis terhadap kemampuan para pemimpin bangsa untuk mengelola bangsa dengan baik, terutama dalam rangka mengelola potensi yang dimiliki oleh bangsanya sendiri.

Banyak pengamat menilai bahwa sebenarnya kegoyahan kita sebagai bangsa bukan disebabkan oleh semangat rakyat yang semakin luntur. Tetapi lebih disebabkan karena sikap pemimpin bangsa yang dinilai ingin menang sendiri dan cenderung lamban dalam menyelesaikan permasalahan yang ada.

Fakta yang ada memperlihatkan bahwa rakyat terkadang dibuat bingung dengan perilaku pemimpin bangsa yang dinilai hanya pintar beritorika dalam melihat berbagai permasalahan bangsa.  Sehingga bukan solusi konkrit yang diberikan namun hanya perdebatan-perdebatan  dengan argumen untuk  memaksakan rakyat  agar menganggap  mereka-merekalah yang paling benar.

Melihat apa yang terjadi selama ini terasa bahwa rakyat negeri ini tak ubahnya seperti anak ayam yang kehilangan induknya. Di mata rakyat kecil, mereka terkesan tak pernah dihiraukan untuk memberdayakan mereka agar bangkin dari kemiskinan. Padahal di mana-mana  mereka menjerit-jerit untuk memenuhi hajat hidupnya yang semakin hari bukan kemudahan yang mereka dapati namun justru kesulitan yang semakin kentara.

Namun demikian, dalam rangka memperingati HUT RI ke-65 ini kita semua perlu merenungi kembali apa yang mesti kita lakukan untuk negeri ini. Terus terang, sebagai bangsa kita tidak boleh menyerah begitu saja. Paling kurang semangat nasionalisme harus tetap kita jaga sambil terus berbuat sesuatu semampu kita.

Saya kira, apa yang diperlihatkan oleh sebagian kompasianer dalam memberi apresiasi terhadap setiap persoalan bangsa melalui tulisan-tulisannya di kompasiana ini merupakan salah satu cara untuk berbuat demi bangsa.  Itu adalah sesuatu yang luar biasa. Sebab ada yang mengatakan: "Sesuatu itu selalu dimulai dari kata-kata".  Mudah-mudahan pekikan Merdeka terus  menggema meskipun itu hanya ada dalam dada.  Dan, beginilah Nasionalisme ala Kompasianer. Merdeka!

20 Agustus 2010

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun