Mohon tunggu...
Djamaluddin Husita
Djamaluddin Husita Mohon Tunggu... Lainnya - Memahami

Blogger, Ayah 3 Putra dan 1 Putri. Ingin menyekolahkan anak-anak setinggi yang mereka mau. Mendorong mereka suka membaca dan menulis (Generasi muda harus diarahkan untuk jadi diri sendiri yang berkarakter).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menonton Pertandingan Futsal Antar Umat Beragama di Aceh

18 Oktober 2010   01:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:21 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sebenarnya saya tidak sengaja menonton pertandingan itu yang berlangsung pada hari sabtu, tepatnya dilapangan futsal Aceh Sport Center daerah Beurawe, Kota Banda Aceh. Kebetulan saja saya dengan seorang teman yang sedang minum segelas Kopi di sebuah warung kopi yang tidak jauh dari tempat itu didatangi seorang teman mengajak kaminonton pertandingan futsal. Katanya, ada pertandingan futsal antar umat beragama di sana.

Karena ada kata-kata antar umat beragama, maka kemudian setelah kami sama-sama menghabiskan kopi segera bergegas ke sana. Di sana saya lihat ada kepala kantor kementerian agama yang akan membuka kegiatan tersebut. Meskipun kami tidak sempat acara pembukaannya, tetapi setelah tahu yang datang, saya berpikir: “O, nampaknya kegiatan ini penting karena harus dibuka secara resmi oleh pejabat tingkat provinsi”. Dan dalam hati saya mengatakan, ini pasti kegiatan yang dilaksanakan oleh kementerian agama provinsi Aceh dalam rangka membina kerukunan umat beragama di sana.

Tetapi perkiraan saya itu salah, sebab esoknya (hari minggu, 17/10), setelah saya membaca di koran Harian Serambi Indonesia, salah satu koran lokal di Aceh ternyata pelaksananya bukan hanya oleh kementerian agama saja, tetapi hasil kerja sama antara Kemenag Agama Aceh dengan salah satu ormas Islam di sana yang dikenal dengan sebutan Rabithah Taliban Aceh. Meskipun namanya Taliban, nampaknya tidak ada sangkut pautnya dengan Taliban yang ada di Afghanistan. Ada delapan tim yang bertandingan dalam pertandingan itu, yaitu Tim Pemuda Kresten Protestan, Tim Pemuda Kresten Katolik, Tim Pemuda Nahdathul Ulama, Tim Pemuda Budha, Gerakan Pemuda Anshor, Tim Pemuda Muhammadiyah, Pemuda Hinda dan tim Rabithah Taliban sendiri.

Seperti yang telah saya sebut bukan pertandingan futsalnya yang menarik. Tetapi embel-embel antar umat beragamanya itu yang membuat saya dan penonton lain menarik. Meskipun pertandingannya serius dan ngotot, namun sama-sama menjunjung sportifitas. Meskipun beda agama,tetapi aroma persabatan sangat kental terasa.

Seperti yang dikutip Harian Serambi Indonesia, ketua panitia Tgk. Asqalani mengatakan, pertandingan persahabatan ini dalam rangka meningkatkan hubungan komunikasi dan kerukunan umat beragama di Kota Banda Aceh khususnya dan Aceh pada umumnya. Pihaknya berharap melalui pertandingan itu bisa terjalin komunikasi antar pemuda lintas agama dan bisa mencegah bila ada celah konflik.

Meskipun di Aceh selama ini dikenal sebagai daerah otonomi khusus yang diberi wewenangmenerapkan syariat islam. Namun bukan berarti di sana tidak ada penduduk yang beragama lain. Disana juga ada sejumlah agama lain yang dapat hidup rukun. Bahkan tetangga saya sendiri, hanya berselang satu rumah, adalah penganut agama kristen protestan. Tidak ada permasalahan dalam kehidupan kami sehari. Bahkan ketika keluarnya meninggal seluruh warga komplek mendatangi untuk menyampaikan ucapan belangsungkawa. Dan pelaksanaan syariat Islam pun hanya ditujukan kepada orang-orang yang beragama Islam saja.

Dan, memang meskipun sebelum ada MoU HelsinkiAceh selalu berada dalam konflik. Tetapi tidak pernah sedikitpun konflik itu berhubungan dengaan konflik antar umat beragama. Bahkan, ada seorang yang keturunan cina mendukung kelompok GAM pada saat itu. Bahkan di kota Banda Aceh ada satu tempat yang dikenal dengan Cina Townnya Aceh yaitu daerah Peunayong, yang selama Aceh dalam keadaan berkonflik di daerah tergolong cukup aman. Juga, di daerah lain seperti Aceh Tenggara, kota Sabulussalam yang komunitas non muslim banyak juga tidak pernah ada gejolak antar umat beragama. Mudah-mudahan ini akan terjaga selamanya di Aceh

Sehingga sebaiknya apa yang telah diprakarsai Rabhitah Taliban Aceh itu dapat menjadi inspirasi bagi daerah lain untuk dapat sesering mungkin mengadakan kegiatan seperti itu. Sehingga dengan begitu, akan selalu terjalin komunikasi baik  antar umat beragama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun