Tak bisa disangkal lagi, sekolah merupakan salah satu institusi yang didirikan dengan tujuan untuk mendidik anak-anak agar mereka menjadi cerdas. Berlandaskan teori-teori pendidikan dan perkembangan anak, maka diciptakan berbagai bentuk sekolah dengan berbagai jenjang sesuai tingkatan dan kemampuan anak.
Di negara kita maka muncullah institusi pendidikan mulai dari pra sekolah (Paud), TK, SD, SMTP dan bahkan sampai perguruan tinggi. Ada sekolah umumdan ada juga sekolah yang menitik berat pada pendidikan agama atau pada jurusan-jurusan tertentu. Baik yang disubsidi negara (sekolah negeri) maupun oleh pihak swasta melalui yayasan-yayasan pendidikan yang didirikan.
Bermunculan sekolah di mana-mana dengan berbagai macam bentuk tidak terlepas karena kebutuhan setiap orang tua untuk memperoleh pendidikan yang layak bagi anaknya. Tentu saja ini tidak terlepas dari dinamika perkembangan zaman. Sehingga mau tidak mau setiap orang tua berlomba-lomba memasukkan anaknya ke sekolah-sekolah yang ada itu.
Khusus di negara kita, muncul berbagai permasalahan berkaitan dengan dunia pendidikan kita. Sorotan yang paling tajam terutama berkaitan dengan mutu pendidikan, bukan hanya tingkat sekolah tetapi sampai mutu pendidikan di perguruan tinggi masih banyak yang dipertanyakan. Meskipun berbagai cara untuk meningkatkan mutu pendidikan telah juga diusahakan. Namun permasalahan itu sampai saat ini belum tuntas-tuntas juga.
Banyaknya sorotan tajam berkaitan dengan mutu pendidikan kita cukup beralasan. Fakta-fakta yang ada, misalnya rangking pendidikan masih berada diurutan yang tidak mengembirakan. Bukan hanya dilevel dunia, tetapi bahkan dikawasan Asia Tenggara pendidikan kita masih di bawah Malaysia. Ini menjadi sangat ironi, sebab pada awalnya Malaysia belajar dari Indonesia.
Pertanyaan banyak orang adalah apa yang terjadi dengan dunia pendidikan kita? Alasan yang diyakini karena sumber daya manusia dalam hal ini guru belum memadai seperti yang diharapakan. Banyak yang mengatakan, guru-guru yang ada masih belum mampu melakukan inovasi-inovasi dalam rangka melaksanakan proses pembelajaran yang benar. Sehingga proses pembelajaran tidak sesuai dengan perkembangan zaman terkini.
Selain itu juga faktor sarana dan prasarana yang belum memadai. Itu bukan gedung yang belum lengkap tetapi termasuk buku-buku penunjang yang justru telah memperoleh izin dari mendiknas juga masih jauh dari harapan. Banyak yang menilai buku-buku yang ada isinya masih berparadigma pendidikan masa lalu. Anak didik cenderung diarahkan untuk menghafal ilmu-ilmu yang ada dalam buku. Sehingga banyak anak-anak terbunuh kreativitasnya. Atau ada yang menganggap banyak sekolah bukan untuk mencerdaskan tetapi sebagai lembaga pembodohan bagi anak didik.
Sebenarnya anggapan seperti itu tidak hanya terjadi saat ini saja. Jauh sebelumnya seorang filosof pendidikan Inggris Margaret Mead pernah mengungkapkan rasa tidak percaya terhadap sekolah. Dia mengatakan, nenekku menginginkan aku memperoleh pendidikan, karena itu aku dilarang sekolah. Maksudnya, bila ingin memperoleh pendidikan maka tidak boleh sekolah. Karena sekolah dianggap tidak bisa memberi pendidikan kepadanya.
Tentu saja bagi mereka yang merasa prihatin dan tidak percaya dengan dunia pendidikankita sekarang ini bisa jadi prinsip yang dikemukan Margaret Mead dapat diterapkan. Bukankah banyak orang menyoroti bahwa dunia pendidikan saat ini tidak mendidik dan tidak mencerdaskan?
Bila memang demikian, bagaimana cara anak membuat anak-anak kita cerdas seperti yang diinginkan? Salah satu caranya adalah dengan mendidik sendiri anak-anak kita. Tentu kita tidak perlu secara ekstrim seperti yang diungkapkan Mead tadi. Mungkin, sekolah diperlukan untuk formalitas saja. Tetapi untuk mencerdaskan anak menjadi tanggungjawab orang tua sendiri.
Caranya menurut saya tidak terlalu susah. Pertama, sebagai orang tua perlu menyediakan waktu setiap hari kepada anak-anaknya. Kedua, membimbing anak-anak kita sebagaimana yang kita inginkan. Misalnya, pelajaran IPA, mungkin di sekolah tidak pernah melakukan praktek jadi kita lakukan percobaan sederhana sesuai dengan materi yang diajarkan. Masalah sosial lebih mudah lagi, kita bawa anak-anak kita untuk bersosialisasi. Mungkin bisa jadi ke tempat-tempat yang kumuh dan sebagainya sehingga rasa empati anak terhadap lingkungan.
Saya punya keyakinan, untuk mendidik anak agar cerdas seperti yang kita inginkan banyak hal yang dapat dilakukan oleh orang tua. Kecuali memang kita tidak mau melakukannya. Bila kita mampu melakukannya buat apa anak-anak disekolahkan meskipun itu hanya formalitas saja. Kalau memang kita tidak mempercayai lagi sekolah.
Mengenai permasalahan sekolah seperti yang menjadi sorotan saat ini ternyata bukan hanya terjadi sekarang ini. Margaret Mead sudah menyoroti jauh-jauh hari. Lebih ekstrim lagi. Pepatah mengatakan: Tak banyak yang dapat diharapkan dari orang lain kecuali diri kita sendiri***(DJH)/ www.husita.net
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H