Hari ini (13/1) nama kampung pulo begitu terkenal di seantoro Indonesia. Sebab, hampir semua jaringan TV di Indonesia memberitakan tentang kampung pulo di Jakarta. Ada apa dengan Kampung Pulo? Jawabannya, menurut berita di TV daerah Kampung Pulo merupakan daerah yang paling parah Banjir di Jakarta.
Bagi saya, mendengar berita banjir di Jakarta bukan lagi berita yang luar biasa atau begitu menghebohkan. Sebab, bila musim hujan, Jakarta pasti banjir. Jadi, sudah menjadi berita yang biasa-biasa saja. Barangkali, akan menjadi berita yang luar biasa bila Jakarta tidak banjir, saat musim hujan. Itu pun perlu di pertanyakan, jangan-jangan di bawah tanah Jakarta sudah bolong membentuk sebuah danau penampung air hujan.
Hal yang menarik perhatian saya adalah mengenai nama Kampung Pulo yang disebut-sebut itu. Sebab, penyebutan kata Pulo di belakang kata Kampung itu persis sama dengan penyebutan Pulo di Aceh. Di Aceh, banyak sekali nama tempat termasuk nama gampong (kampung) yang dirangkai dengan kata-kata pulo. Sebagai contoh, penyebutan Pulo Aceh, Pulo Breueh, Pulo Nasi (di Aceh Besar), Gampong Ulee Pulo, Gampong Pulo Tinggi (Beberapa nama di Daerah Aceh Barat), Gampong Pulo Keurumbok, Gampong Pulo Kreh, Gampong Pulo Drien, Gampong Pulo ek Itek, Gampong Pulo Mesjid, pulo tanjong (Beberapa nama di daerah Pidie).
Kata pulo dalam bahasa Aceh dapat diartikan sebagai Pulau dalam bahasa Indonesia. Atau ada juga kata Pulo sebagai ganti penyebutan Tumpok (bahasa Indonesia tumpukan yang banyak). Misalnya dalam kalimat: “ka meu pulo broh bak tempat nyoe. Hana soe boh” (sudah bertumpuk sampah di sini. Tidak ada yang buang).
Perangkaian kata pulo dalam nama daerah di Aceh, bisa diartikan langsung sebagai pulau, seperti pulo Aceh, pulo breuh dan pulo nasi, memang ini daerah pulau yang berada ditengah lautan. Mendatangi pulo yang disebutkan itu harus menggunakan kapal kecil atau boat. Namun, seperti pulo Drien, Pulo Ek Itek, pulo kreh itu bisa diartikan bahwa di daerah itu banyak atau tumpukan yang banyak. Pulo Drien (daerah banyak durian), pulo ek itek (di daerah itu mungkin banyak kotoran itek), pulo kreh (banyak buah kemiri).
Mungkin posisi daerah yang hampir sama dengan Kampung Pulo di Jakarta yaitu daerah yang sama-sama terletak dipingiran sungai yaitu Gampong ulee pulo (di kecamatan woyla aceh barat). Mungkin, dinamakan demikian, bila kita lihat melalui sungai, memang daerah gampong ulee pulo tersebut persis seperti pulo, meskipun sebenarnya itu adalah sebuah daratan biasa yang bukan pulau.
Apakah penyebutan Kampung Pulo (khusus kata pulo) itu sama artinya dengan yang diartikan di Aceh? Pasti tidak bisa serta merta di klaim demikian. Karena, kata pulo bisa makna yang lain dalam bahasa daerah lain di Indonesia terutama dalam bahasa Betawi. Mungkin dalam bahasa Betawi punya makna tersendiri. Kecuali daerah Kampung pula memang yang tinggal adalah orang-orang Aceh. Atau paling kurang, yang mendiami pertama daerah itu adalah orang-orang yang berasal dari Aceh.
Konon, ada yang menyebutkan (entah benar atau salah, karena saya bukan ahli sejarah) kalau Fatahillah itu seseorang yang pernah belajar di Aceh atau malah ada yang menyebutkan dia itu orang Aceh (entahlah). Bila itu benar, ada sedikit benang yang bisa ditarik untuk dihubung-hubungkan....(Follow: @husita_dj).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H