Mohon tunggu...
Djamaluddin Husita
Djamaluddin Husita Mohon Tunggu... Lainnya - Memahami

Blogger, Ayah 3 Putra dan 1 Putri. Ingin menyekolahkan anak-anak setinggi yang mereka mau. Mendorong mereka suka membaca dan menulis (Generasi muda harus diarahkan untuk jadi diri sendiri yang berkarakter).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dahsyatnya Efek Ilustrasi Gambar

2 Juli 2010   02:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:09 712
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_182853" align="alignleft" width="400" caption="sbr. Foto: http://stat.k.kidsklik.com/data/photo/2010/06/28/1735235620X310.JPG"][/caption]

BEBERAPA hari ini kita dikejutkan dengan hilangnya Majalah Tempo edisi 28 dari peredaran. Salah satu penyebabnya diyakini karena ilustrasi gambar pada cover majalah tersebut mengambarkan polisi gendut ditarik oleh 3 ekor babi gemuk. Tentu saja ilustrasi tersebut dinilai memiliki konotasi negative terutama bagi institusi polri.

Sebenarnya dalam dunia jurnalistik, pemuatan ilustrasi gambar dalam suatu tulisan bukan hal yang luar biasa. Sebab pemuatan ilustrasi gambar kerapkali kita temukan di sejumlah koran-koran atau majalah. Salah satu tujuannya adalah untuk menarik peminat pembaca. Karena dengan ilustrasi gambar itu, para pembaca sudah dapat disugguhkan tentang apa tulisan yang dimuat itu. Sehingga para pembaca penasaran untuk membacanya secara tuntas. Apalagi gambar ilustrasi tersebut sedikit berbau kontroversi.

Berkaitan dengan pemuatan ilustrasi gambar yang dianggap kontroversi seperti peristiwa yang menimpa majalah tempo tersebut bukan sekali dua kali saja terjadi. Dan itu bukan hanya dialami oleh Majalah Tempoe saja, banyak juga majalah atau media massa lain (baik media cetak maupun elektronik) yang membuat ilustrasi-ilustrasi seperti itu.

Tetapi perlu dicatat juga bahwa ilustrasi gambar yang dimuat pada media massa tidak selalu berkonotasi negatif. Banyak juga yang bermakna positif yang mengangkat sisi baik sehingga ilustrasi gambar yang dimuat pada suatu media massa itu menguntungkan pihal-pihak tertentu alias tidak permasalahkan.

Bahkan ada koran-koran atau majalah tertentu yang membuat ilustrasi seseorang tokoh fiktif yang mengambarkan sosial budaya dari tokohn fiktif yang diilustrasikan itu. Misalnya, cerita “Pak Tuntung” yang dimuat pada salah satu koran nasional. Atau, misalnya salah satu koran di Aceh yang mengambarkan salah satu tokoh fiktif “Gam Cantoi”. Berkaitan dengan TokohGam Cantoi ini menurutZulfikar Akbar dalam salah satu tulisannya di kompasiana, di Aceh Tokoh Kartun “Gam Cantoi” lebih populer dari pada Gubernur (Baca: http://sosbud.kompasiana.com/2010/04/16/aceh-dan-kartun-yang-lebih-populer-dari-gubernur/).

Oleh karena itu, ilustrasi gambar yang dimuat dalam suatu media memiliki efek yang sangat dahsyat sekali. Bila ilustrasi itu berkonotasi negative, efeknya bukan hanya sebagai penyebab terjadi persinggungan antar komponen masyarakat dalam suatu negara. Akan tetapi lebih dari itu, akibat ilustrasi gambar yang dianggap berkonotasi negative dapat juga menyebabkan retaknya hubungan bilateral antara satu negara dengan negara lain. Tidak jarang, dalam hal-hal tertentu dapat menjadi pemicu perang antar negara.

Kenapa munculnya banyak ilustrasi gambar di sejumlah media massa yang terkadang kerapkali menuai kontroversi?

Hal itu tidak terlepas dari kebebasan yang dianut oleh sebuah negara. Terutama kebebasan dalam mengeluarkan pendapat. Dan, ini sangat berkaitan dengan system demokrasi yang dianut oleh negara itu. Bahkan dikatakan, salah satu indicator keberhasilan penerapan system demokrasi oleh sebuah negara bila pemerintah tidak melarang rakyatnya untuk mengeluarkan apa saja pendapatnya. Apalagi dikatakan dalam alam negara yang menganut paham demokrasi perbedaan pendapat itu adalah hal yang lumrah.

Dikatakan, media massa seperti koran, majalah atau yang sejenis dengannya merupakan tempat penampungan semua aspirasi masyarakat.Jadi semua yang dimuat dalam media massa itu adalah peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan apa yang terjadi dalam masyarakat.

Dalam membawa aspirasi masyarakat, kerapkali hal ini bersinggungan dengan pihak penguasa terutama penguasa yang dikenal otoriter dan korup. Sebab tidak jarang, media massa itu juga menyampaikan kepada masyarakat hal-hal yang menyimpang yang terjadi dalam suatu pemerintahan negara. Terutama yang berkaitan dengan ketidakadilan dan korupsi. Informasi ini perlu disampaikan dengan tujuan agar pemerintah lebih transparan dalam menjalankan roda pemerintahannya.

Salah satu cara media massa dalam menyampaikan informasinya kepada masyarakat adalah dalam bentuk ilustrasi-ilustrasi gambar. Tak jarang, bila ilustrasi gambar itu, dengan transparan menggambarkan kebrobrokan suatu institusi pemerintah, terkadang hal ini dianggap kontroversi. Seperti yang terjadi baru-baru ini yang dialami oleh majalah tempo.

Tentu saja, dengan dimuatnya ilustrasi-ilustrasi gambar seperti itu, pihak media massa pun mampu meraup keuntungan luar biasa dari segi financial. Karena majalah atau koran tersebut pasti akan diburu oleh para pembacanya. Dengan demikian, pihak media kembali mencetak ulang edisi yang diburu itu. Memang ilustrasi gambar begitu dahsyat efeknya.

Dengan demikian, harus diakui juga bahwa dahsyat tidaknya efek ilustrasi gambar itu sangat tergantung pada siapa illustrator di belakangnya. Jadi, ilustratorpun bukan orang sembarangan. Karenanya, menjadi illustrator itu lebih sulit dibandingkan dengan penulis berita. Bersiap-siaplah anda untuk menjadi illustrator yang handal.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun