Mohon tunggu...
Djamaluddin Husita
Djamaluddin Husita Mohon Tunggu... Lainnya - Memahami

Blogger, Ayah 3 Putra dan 1 Putri. Ingin menyekolahkan anak-anak setinggi yang mereka mau. Mendorong mereka suka membaca dan menulis (Generasi muda harus diarahkan untuk jadi diri sendiri yang berkarakter).

Selanjutnya

Tutup

Politik

Belajar dari Cara Anas Berpolitik

24 Mei 2010   11:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:00 1733
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_148944" align="alignleft" width="300" caption="Sumber Foto: http://cybernews.cbn.net.id/UserFiles/Image/cybernews/anas-2.jpg"][/caption]

Pertama-pertama kita ucapkan selamat kepada Anas Urbaningrum yang telah terpilih menjadi Ketua Umum partai democrat periode 2010 – 1015. Anas terpilih setelah menggalah dua kandidat lainnya yaitu Andi Malarangeng dan Marzukie Alie. Kepastian terpilih Anas setelah melewati pemilihan pada putaran kedua di Hotel Mason Pine, Bandung Barat, Minggu (23/5/2010), dimana Anas memperoleh 280 suara dan Marzuki Alie 248 suara dari 531 suara pemilih. Sementara Andi Malaranggeng yang disebut-sebut orang dekat Cikeas kandas pada putaran pertama.

Itulah politik, sulit untuk ditebak. Jangankan kita, Andi Malaranggeng saja tidak mampu membaca tanda-tanda zaman. Padahal sudah kita ketahui bahwa Andi Malaranggeng sebelumnya terkenal dan termasyhur karena dia sebagai pengamat politik lulusan Amerika. Seandainya AM dapat menebak dengan pasti iklim politik yang ada, maka kejadian tidak setragis itu.

Beda dengan Marzukie, meskipun tidak terpilih menjadi ketua Umum partai democrat, tetapi kekalahan yang dialami tidak setragis AM.Bila kita lihat perolehan angka yang diperoleh Marzukie tidak terlalu jauh berbeda atau tidak setelak AM. Artinya meskipun MA selama ini low profile tidak gembar-gembor seperti AM, tetapi mampu memperoleh dukungan yang tidak terlalu rendah bahkan membuat sport jantung kubu Anas.

Sebenarnya bila melihat latar belakangnya Anas maka sebenarnya saya punya keyakinan bahwa Anas akan memenangkan pertarungan itu. Tetapi kemudian menjadi sulit diprediksi bila melihat tradisi Partai Demokrat yang lebih cenderung mengusung politik pencitraan dan tradisi manut kepada ketua Pembina yang notabenenya Presiden RI saat ini. Saya perkirakan, bila Pak SBY sedikit saja secara eksplisit dukungannya kepada AM, maka cerita ini akan jauh berbeda. Akan tetapi hal ini tidak terjadi maka membuat banyak pengamat politik kecolongan. Inilah kemudian menguntungkan kubu Anas dan Marzuki Alie. Berkaitan  dengan ini, sebelumnya saya menulis di kompasiana dengan judul: Anas Korban “Manutan” Peserta Kongres ? (Baca: http://politik.kompasiana.com/2010/05/21/anas-korban-%E2%80%9Cmanutan%E2%80%9D-peserta-kongres/). Tetapi Pak SBY tidak memperlihatkan sikap itu pada peserta kongres.

Kenapa saya keyakinan Anas akan menang? Pertama, Anas adalah mantan Ketum PB HMI dimana para kader HMI selama ini memang sukses menjadi politisi ulung. Siapa yang meragukan Kader HMI sekaliber Akbar Tandjung dan juga Muhammad Jusuf Kalla?. Khusus Akbar Tandjung orang mengenalnya sebagai belut politik di Indonesia. Meskipun sudah tenggelam tetapi kemudian muncul lagi dan akhir-akhir ini Akbar Tanjung kembali terpilih menjadi ketua Dewan Pembina partai Golkar. Demikian juga dengan seniornya yang lain JK, seperti kita ketahui JK pernah menjadi wakil Presiden mendampingi SBY pada periode yang lalu. Melihat hal itu saya pikir, bukan mustahil tradisi itu akan dilanjutkan juga oleh Anas. Mungkin yang membedakan Anas dan kedua seniornya itu adalah Anas lebih kalem dibandingkan dengan dua seniornya di HMI itu.

Kedua, performa Anas selama ini beda dengan dua kandidat lainnya. Kelebihan itu justru dari sikap kalem dan santun yang diperlihatkannya. Sikap ini klop dengan Trade Marknya partai demokrat. Saya pikir sikap kalem dan santun itu bukan sikap yang dibuat-buat oleh Anas. Coba kita lihat pada perdebatan di sejumlah stasiun TV. Cara Anas meng counter lawan bicaranya beda dengan AM yang mengebu-ngebu. Bahkan AM bila berdebat di TV, terkadang langsung-langsung saja memotong pembicaraan lawan bicaranya. Dari ini kita dapat mengatakan bahwa kalem dan santunnya Anas memang tidak dibuat-buat. Kemudian menurut para pengamat, Anas juga dikenal sebagai politikus yang berfigur cerdas, piawai bererotika baik lisan maupun tulisan. Apalagi penampilannya kelihatan sederhana dibandingkan dengan lawan-lawan politiknya di Partai Demokrat.

Saya pikir cara Anas berpolitik memang layak ditiru oleh politikus generasi sekarang atau generasi yang akan datang. Sebab rakyat telah sangat bosan melihat mereka yang mengaku politisi yang cenderung memperkeruh air di dalam kolam bukan menyelesaikan masalah.

Berkaitan dengan itu, Anas telah memperlihatkan citra yang sebenarnya ketika pada detik-detik kemenangan dirinya merangkul kedua pesaingnya. Ini menandakan bahwa Anas tidak ingin ada perselisihan setelah dia terpilih menjadi ketua umum partai democrat.

Pemandangan yang kita saksikan selama ini adalah para lawan politik meskipun dalam satu partai memperlihatkan rasa "ketidaksenangan" kalau tidak boleh disebut rasa "permusuhan" dengan saingannya.  Mudah-mudahan apa yang diperlihatkan Anas bukan hanya sekedar pencitraan. Sehingga para politikus lain dan yang terpenting generasi muda dapat merenungi makna yang terkandung di dalamnya.

Anas telah memenangkan sebuah pertarungan. Pertanyaan kita kemudian apakah Anas mampu memenangkan pertarungan yang lebih besar lagi? Bukan hanya sekedar perjuangan untuk meraup suara terbanyak di pemilu yang akan datang. Tetapi bagaimana bertarung membela kepentingan rakyat. Bukan seperti selama ini banyak politisi bekerja atas nama rakyat tetapi kenyataannya hanya berjuang untuk kepentingan partai dan pribadinya sendiri.

Ada satu tantangan yang akan terus dihadapi Anas sebagai Ketum Partai Demokrat. Saya pikir ini adalah batu sandungan yang dapat menjadi ganjalan anas untuk mencuri hati rakyat yaitu masalah Century yang sampai saat ini masih ditunggu-tunggu penyelesaiannya oleh rakyat. Apakah Anas mampu mengatasinya dengan cara yang elegan dan tidak “neko-neko” seperti yang dicurigai rakyat selama ini? (Baca: http://politik.kompasiana.com/2010/05/19/bagaimana-anas-mengangkat-%E2%80%9Cbatu-sandungan%E2%80%9D-century-catatan-untuk-anas-urbaningrum/). Mudah-mudahan Anas mampu melakukannya. Karena memang rakyat sudah lelah menunggu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun