Mohon tunggu...
Djamaluddin Husita
Djamaluddin Husita Mohon Tunggu... Lainnya - Memahami

Blogger, Ayah 3 Putra dan 1 Putri. Ingin menyekolahkan anak-anak setinggi yang mereka mau. Mendorong mereka suka membaca dan menulis (Generasi muda harus diarahkan untuk jadi diri sendiri yang berkarakter).

Selanjutnya

Tutup

Politik

Anas Korban “Manutan” Peserta Kongres?

21 Mei 2010   04:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:04 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_146283" align="alignleft" width="298" caption="Logo Partai Demokrat"][/caption]

Hari ini partai demokrat akan memulai melaksanakan kongresnya. Selain pembuatan AD/ART, penetapan struktur partai, dan program kerja partai. Pemilihan ketua umum menjadi yang paling menarik. Kenapa dikatakan menarik, karena dibandingkan dengan pemilihan Ketum pada kongres sebelumnya, tidak ada iklan di TV setiap dari para kandidat. Tetapi pada kongres kali ini, ada tiga kandidat yang telah menjual dirinya melewati media televisi.

Menurut saya, meskipun iklan-iklan dari para kandidat bermunculan di beberapa stasiun TV, namun dapat kita yakini, pada akhirnya pemilihan ketua tidak akan seru juga. Sebab hal ini dikarenakan calon ketua umum itu begitu penurut. Bila ada instruksi dari “Bapak” agar masing-masing calon bekerja sama saja. Bila ada warming semacam itu, saya pikir mereka akan menguburkan “hidup-hidup” idealisme untuk menjadi calon ketum. Satu persatu calon ketum yang kurang mendapat restu dari “Bapak” akan mengundurkan diri atau paling kurang mengarahkan pendukungnya untuk memilih calon yang lebih mendapat restu.

Kenapa kita berasumsi seperti itu? Hal ini tidak terlepas dari klaim-klaim mereka selama ini. Semua kubu ketum mengatakan bahwa masing-masing mereka telah mendapat restu dari Cekeas.Kita melihat, ada indikasi dari semua ketum merasa takut bila mereka dianggap tidak ada restu dari Cekeas.

Meskipun demikian, kita juga berharap agar para calon ketum lebih mengedepankan idealisme mereka masing-masing. Tidak seperti selama ini yang kita dengar lewat debat-debat di TV selalu pembicaraan para setiap kabu calon ketum tidak jauh dari persoalan restu-restuan. Sehingga seakan-akan kapasitas mereka yang kita lihat selama ini hilang begitu saja.

Anas di Korbankan?

Melihat track record Anas selama ini banyak yang menyakini bahwa kapasitasnya menjadi ketua umum partai democrat tidak dapat diragukan lagi. Selain pernah menjadi ketua umum PB HMI, Anas juga pernah menjadi anggota KPU.Dalam struktur kepengurusan sebelumnya, Anas juga menduduki posisi penting sebagai ketua bidang politik. Hal ini diyakini Anas memiliki koneksitas yang cukup tinggi dengan DPC-DPC di seluruh Indonesia. Akan tetapi, terlepas dari itu, satuhal yang tidak menguntungkan Anas adalah karena bila dibandingkan dengan calon-calon ketua yang lain, Anas lebih muda. Dalam hal-hal seperti ini terkadang usia menjadi hal yang sangat menentukan. Apalagi tradisi partai democrat selama ini, seperti yang kita katakana tadi, para anggtotanya kebanyakan terlalu bersikap “manut”.

Karena itu, demi partai, pada akhirnya Anas akan diplot menjadi sekretaris saja sementara ketua umum akan ditunjukkan Andi Mallarangeng yang lebih tua. Bila terjadi “kompromi” pada sesi pemilihan ketua umum maka komposisi seperti ini dianggap yang paling ideal untuk kemajuan partai democrat ke depan.

Anas Kalah Sistematis?

Sebagai partai besar saat ini, saya pikir pada kongres kali ini partai democrat tidak akan melakukan kompromi seperti yang dilakukan dalam kongres pemilihan Ketum PAN beberapa saat yang lalu. Tetapi Anas akan dikalahkan (dikondisikan) kalah. Pemilihan tetap saja berlangsung apalagi pemilihan kali ini melakukan teknologi e-voting.Akan tetapi para peserta kongres telah terlebih dahulu diwanti-wanti (dimanutkan) untuk tidak memilih Anas. Biar tidak kelihatan tidak “main-main”, sebagian peserta juga akan memilih Anas dengan jumlah yang tidak banyak. Untuk partai Demokrat, logika seperti ini realistis karena kita tahu bahwa satu-satu partai yang ada di Indonesia yang menjunjung tinggi “pencitraan” adalah Partai Demokrat.

Apakah skenerio seperti ini akan terbukti. Mari kita nantikan beberapa saat lagi. Selainnya terserah pada anggota kongres. "Selamat Berkongres Ria"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun