Sebab, track record bu Risma pada awal-awalnya sebagai wali kota Surabaya, yang banyak mendapat pujian adalah di bidang sosial. Orang tidak lupa dengan keberaniannya menutup salah satu tempat prostitusi terbesar di Asia Tenggara, Doli. Begitu pula aksi sapu jalanan, bersih kebun kota, memungut sampah saat demo dan juga mengatur lalu lintas.
Nah, bila bukan posisi mensos yang kosong saya kira posisi menteri lain kurang "greget". Â Semisal Menristek atau MenPUPR atau katakanlah MKP, meskipun bisa atau mampu (apalagi sudah ditugaskan partai) tetapi kurang sesuai.
Ketiga, bila memang PDIP mau buka kans bu Risma jadi Gubernur DKI, posisi mensos juga paling cocok. Karena "aksi" sosial Ibu mensos kini  sedang dinantikan oleh rakyat di seluruh Indonesia.Â
Mungkin aksi lain yang lebih dahsyat di Jakarta akan kita saksikan di masa-masa mendatang. Terkhusus saat dekat pemilihan Gubernur. Bila pilkada Jakarta ditunda, bukan tidak mungkin Bu Risma jadi PLT.
Semua itu tidak boleh dikatakan tidak bila faktor "lucky" bu Risma ada.
Terakhir saya ingin katakan, saat ini Ibu Risma bukan lagi Wali Kota Surabaya. Tetapi sudah jadi seorang menteri. Meskipun pada dasarnya santai dan keibuan. Tetapi beberapa sorotan kamera yang terlihat sosok Ibu Risma sangat emosional. Termasuk pernah ada suara "bentak-bentakan"
Kalau ditanya apakah Ibu Risma mampu bekerja untuk Indonesia, saya jawab bisa. Karena dalam bekerja dibantu oleh deputi dan staf-stafnya. Tergantung Ibu Risma mampu memilih staf yang bekerja dengan baik atau tidak.
Hanya satu pertanyaan saya: "Mampukah Ibu Risma setelah jadi menteri menahan emosi, saat berhadap dengan orang yang tidak sejalan dengannya sebagai seorang menteri?" #djhst.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H