Mohon tunggu...
Djamaluddin Husita
Djamaluddin Husita Mohon Tunggu... Lainnya - Memahami

Blogger, Ayah 3 Putra dan 1 Putri. Ingin menyekolahkan anak-anak setinggi yang mereka mau. Mendorong mereka suka membaca dan menulis (Generasi muda harus diarahkan untuk jadi diri sendiri yang berkarakter).

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Tradisi Meugang di Tengah Wabah Korona

21 April 2020   10:48 Diperbarui: 21 April 2020   10:57 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Meugang atau Mak Meugang adalah tradisi khas Ureueng (orang) Aceh. Tradisi ini sudah berbilang ratusan tahun yang dirayakan secara turun temurun di Aceh.

Bagi orang Aceh, meugang (khususnya menyambut bulan Ramadhan) sungguh sangat bermakna. Banyak cerita yang muncul,  utamanya adalah cerita kegembiraan, kebahagiaan sampai cerita romantis bagi pasangan yang baru menikah.

Selain itu, tentu cerita sedih juga muncul di hari baik dan bulan baik  (uroe get buleun get) itu.  Misalnya ada orang tua yang berpenghasilan pas-pasan, bela-belain (harus berutang) untuk beli daging agar pada saat meugang dapur dapat mengempul asap beraroma daging.

Begitu pula, ureung-ureung Aceh diperantauan baik yang sudah berkeluarga atau jomblo, terkadang harus mengurut dada bila saat meugang tak bisa balik ke Aceh. Apalagi ada kekasih (baca: tunangan) yang ditinggalkan dikampung. Pasti ada sesuatu yang  hilang bila saat meugang tak dapat pulang kampung, hanya sekedar bertemu dengan "Mak Tuan" dan Kekasih hati.

Dahsyatnya makna mak meugang bagi orang Aceh. Kadang tak bisa digambarkan dengan kata-kata.

Karena itu, saya yakin, menjelang Ramadhan tahun 1441 H atau bertepatan tahun 2020 M, semua ureueng Aceh sudah mempersiapkan segala sesuatu untuk Uroe Mak Meugang menyambut puasa tahun ini.

Namun persoalannya adalah,  tiba-tiba dan tanpa disangka-sangka, muncul  wabah Corona yanf menyebar ke seluruh pelosok dunia.

Kendati pada awalnya kita agak santai menanggapi Corona, karena punya keyakinan tidak akan muncul di Indonesia apalagi  Aceh.

Tapi faktanya, daerah yang dijuluki Serambi Mekkah tak luput dari serangan wabah yang mematikan itu.

Bahkan, pasien positif corona di Aceh ada yang meninggal dunia  Meskipun, pernah diumumkan di Aceh nol terinfeksi, karena pasien positif terakhir, beberapa waktu yang lalu dinyatakan sembuh.

Namun,  informasi terakhir (19/4/2020), diumumkan, paling kurang ada 7 orang positif Corona yang teridentifikasi di Aceh dan dirawat RSUZA Banda Aceh.

Artinya, masyarakat Aceh wajib waspada tinggi dan siaga 1 terhadap penyebaran Virus Covid-19, yang bisa saja dengan teman sendiri. Apalagi ada istilah Orang Tanpa Gejala (OTG).

Karenanya, pemerintah Aceh melalui PLT Gubernur telah menghimbau khususnya kepada ASN di Aceh untuk tidak pulang kampung alias mudik. Bahkan, konon, ada instansi di bawah pemerintah Aceh yang akan memberi sanksi bila ada pegawainya, baik ASN maupun honorer yang dari Banda Aceh pulang kampung.

SUASANA MEUGANG TAHUN INI

Saya punya keyakinan, meskipun di tengah wabah corona, sebagian besar masyarakat Aceh pasti  merayakannya. Sebab, seperti yang telah kita sebutkan pada awal-awal tulisan ini, mak meugang sudah menjadi budaya yang mendarahdaging bagi ureung Aceh.

Namun ada hal yang mengkhawatir bahwa akan terjadi pelanggaran protokol pencegahan covid-19. Salah satunya adalah Social distancing atau physical Distancing.

Kenapa tidak, biasanya meugang diawali dengan berbondong-bondong Masyarakat Aceh beli daging. Sebab, salah satu essensi meugang adalah menyantap masakan daging disetiap rumah. Ada adagium, tidak ada masak daging berarti tidak ada meugang.

Pengalaman selama ini, setiap meugang, hampir di seluruh sudut pasar-pasar di Aceh ada lapak penjual daging. Setiap lapak, pemandangan yang terlihat adalah orang-orang berdesakan.

Situasi seperti itu sangat mengkhawatirkan berkaitan dengan penyebaran virus corona. Bila tidak disiplin dengan langkah-langkah pencegahan corona, akan muncul cerita yang sangat mengerikan.

Apalagi, diperparah dengan masih adanya tabiat dari sebagian oran-orang kita yang "meremehkan" keadaan yang ada. Bahkan ada yang menganggap enteng, corona tidak apa-apa, meski sangat mematikan.

Kebiasaan lain setiap hari-hari meugang ada acara kumpul-kumpul. Bahkan, dikampung ada orang yang pulang dari luar Aceh. Karena, hari meugang, merasa tidak enak bila yang datang dari jauh tidak dijamu.

Padahal, sebenarnya, mereka yang baru datang dari luar daerah apalagi dari daerah episentrun Corona (termasuk medan dan sekitarnya) harus melaksanakan isolasi mandiri selama 14 hari.

Namun demikian, meskipun harus merayakan meugang, masyarakat harus disiplin.

Pertama, tetap menjaga jarak. Kedua, menghindari kerumunan. Ketiga, rajin cuci tangan dengan benar. Keempat, sebelum cuci tangan, tangan tak boleh menyentuh bagian muka. Karena, virus corona mudah terinveksi melalui bagian wajah. Kelima, terus menerus berdoa untuk dijauhkan dari segala mara bahaya.

LANGKAH ANTISIPATIF PEMERINTAH ACEH

Selain ada kebijakan pemerintah Aceh melarang pegawainya pulang kampung.
Sebaiknya juga pemerintah Aceh membuat semacam SOP atau langkah-langkah yang jelas dan disampaikan kepada masyarakat saat meugang berlangsung tahun  ini termasuk tata cara penjualan daging meugang.

Sebab dapat dipastikan, akan ada lonjakan pembelian daging meugang di seluruh Aceh meskipun ditengah wabah corona.

Salah satu langkah antisipatif pemerintah  adalah dengan menurun aparat keamanan pada lapak penjualan daging, untuk mengatur, agar masyarakat disiplin menjaga jarak saat membeli daging meugang.

Begitu juga, sebaiknya, pemerintah dapat mendelegasikan kepada pemerintah Kecamatan atau Gampong untuk  menentapkan lokasi khusus yang luas tempat penjualan daging meugang.

Misalnya di lapangan  sepakbola atau lokasi luas lainnya yang mudah terjangkau.  Sehingga antar pedagang daging dapat diatur jarak sedemikian rupa menghindari penumpukan pembeli.  

Selama ini kita saksikan, saat meugang, antara penjual dan pembeli selalu berdesakan. Hal ini yang harus dihindari saat wabah corona.

Terakhir, alangkah lebih baik, bila Pemerintah Aceh dan Pemerintah Kabupaten/kota, untuk meugang tahun ini,  memborong semua daging dari pedagang yang kemudian  mengantar ke rumah-rumah warga paling kurang 2 kg/KK untuk semua penduduk seantero Aceh. Saya yakin, cara ini paling ampuh melindungi masyarakat Aceh dari virus Corona.  Sehingga suasana menyambut bulan suci Ramadhan tak kalah menyenangkan meski dunia dilanda wabah Corona. Wallahu Ta'ala 'Alam (19/4/2020, #djhst).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun