Masih dalam suasana hari guru tiba-tiba saya teringat pada istilah guru bangsa.  Beberapa nama sering kita dijuluki sebagai guru bangsa. Nama-nama tersebut diantaranya: HOS Tjokromaminoto, pendiri Serikat Islam, K.H. Dewantara, pendiri Taman Siswa, K.H. Ahmad Dahlan, pendiri  Muhammadyah, K.H. Hasyim Al As'Ary, pendiri Nahdatul Ulama dan masih banyak yang lain.
Bila melihat biografi mereka, para guru bangsa memiliki cerita yang luar biasa dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Mereka membawa pengaruh besar terhadap bangsa ini. Cerita para guru kita itu telah dibahas dalam berbagai forum dan sudah diulas oleh para ahli sejarah dan pendidikan.
Ide-ide dan pikiran para guru bangsa telah menginspirasi perjalanan bangsa ini. Mereka telah meletakkan dasar-dasar yang kuat bagi perkembangan bangsa ini. Pelajaran-pelajaran yang mereka berikan membuat bangsa ini mampu melewati berbagai halangan dan rintangan yang dihadapi bangsa yang kita cintai ini. Termasuk pembelajaran mengenai kemajemukan bangsa.
Pada hakikatnya, setiap masa hadir atau muncul orang-orang yang memeliki kelebihan untuk menjadi panutan bangsa. Â Para guru bangsa yang telah kita sebutkan itu telah hadir pada masanya. Terbukti mereka mampu memberi pencerahan-pencerahan untuk kekokohan bangsa Indonesia.
Nah, sekarang semestinya bangsa ini butuh sosok-sosok yang mampu mengayomi anak bangsa. Terlebih melihat situasi dan kondisi bangsa kita saat ini. Sebagai anak bangsa kita tidak boleh menutup mata melihat saat ini ada sedikit friksi-firksi dalam memandang arah bangsa kita ini ke depan. Â Mungkin barangkali karena perbedaan-perbedaan politik dan lain sebagainya.
Tentu saja guru bangsa adalah orang-orang yang mampu memberi solusi-solusi terbaik bila ada permasalahan yang dihadapi bangsa. Guru bangsa itu mampu berdiri di atas semua golongan. Setiap kata-katanya bijak dan tidak berindikasi menyakiti apalagi memberi kata-kata yang cenderung bisa memecahbelahkan  bangsa yang majemuk ini.
Selain itu guru bangsa selalu hidupnya ikhlas dan tidak terbersit sedikitpun dalam pikirannya untuk memperoleh keuntungan pribadi dari apa yang dilakukannya. Guru bangsa tidak pernah memikirkan kepopuleran pribadinya sehingga tidak takut untuk menyampaikan kebenaran meskipun pahit rasanya. Meskipun melawan arus dengan yang berkuasa. Bahkan, dengan ketegasannya itu dimusuhi oleh semua orang termasuk penguasa negeri. Termasuk kemudian akan dicebloskan dalam terali besi.
Intinya, seorang guru bangsa tidak peduli apa-apa. Dia tetap "istiqamah" dan  terus berbuat tanpa peduli meski dicemoohi banyak orang. Tetapi dalam ketegasannya itu tetap lembut menghadapi berbagai masalah. Sehingga pada akhirnya orang-orang yang memusuhinya itu kembali sadar dan kemudian ingin mengoreksi setiap kesalahannya.
Melihat perkembangan terkini bangsa ini, Â sangat membutuhkan sosok yang dapat dijadikan guru bangsa. Â Seseorang yang tidak berdiri di atas satu golongan maupun kepentingan politik. Selalu memberi kesejukan dan tidak pernah membuat polimik-polimik yang membuat antar anak bangsa semakin saling mencurigai.
Saat ini memang, perkembangan teknologi  informasi cukup pesat. Sosial media merupakan media yang semakin dimanfaatkan oleh berbagai lapisan masyarakat. Mulai dari pelajar sampai politisi elit bangsa dan tokoh-tokoh masyarakat lainnya. Semuanya dapat menggunakannya secara leluasa. Melalui sosial media, semuanya mampu menyampaikan pendapatnya dan dipubikasi ke khalayak ramai.
Apa yang terjadi? Terkadang ada-ada saja yang membuat bersinggungan antara satu dengan yang lainnya. Bahkan isu-isu negatif menjadi viral dan ramai dibicarakan orang. Sehingga terkadang masalahnya biasa-biasa saja kemudian menjadi luar biasa. Terkadang sampai-sampai dapat menghancurkan nilai-nilai persatuan.