Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (*SBY*) sepertinya tidak mampu menahan godaan dari dunia jejaring sosial. Setelah membuat akun di Twitter beberapa waktu yang lalu, Pak *SBY* kini telah memiliki akun di Facebook, Google Plus dan Youtube. Meskipun seorang Presiden muncul di akun sosial media bukanlah sesuatu baru sebab pemimpin dunia lain seperti Barack Obama juga telah memilikinya.
Pasti ada nilai positif dan negatif seorang pemimpin negara bergabung dengan masyarakat dunia maya. Sebab, pada hakikatnya dalam dunia maya, strata seseorang bukan menjadi masalah. Sebab, tidak berinteraksi secara dalam dunia nyata. Dunia maya, hanya berinteraksi melalui tulisan-tulisan. Bisa jadi, si penulis menganggap biasa-biasa saja, tetapi yang membaca bisa bebas menafsirkan apa saja.
Menurut saya, nilai positifnya seorang pemimpin yang memiliki akun di jejaring sosial media adalah bila mau menyampaikan informasi secara berimbang antara program-program pemerintah yang sukses dilaksanakan dengan program-program yang gagal dilaksanakan. Jadi, tidak hanya menonjolkan program yang berhasil saja. Apalagi, memuat keluh kesah atau “curhat” bila program gagal dilaksanakan. Sehingga dengan demikian terjalin komunikasi atau interaktif yang positif antara masyarakat dengan pemimpinnya.
Justru akan bernilai negatif, bila apa yang disampaikan tidak sesuai dengan fakta-fakta yang ada di lapangan dan hanya keluhan-keluhan saja. Apalagi hanya menonjolkan keberhasilan saja dengan mengaburkan fakta dan data kegagalan. Sehingga dianggap narsis belaka dengan akun sosial medianya. Sehingga akan muncul komentar-komentar negatif yang membuat interaksi negatif antara pemimpin dan masyarakat yang memiliki akun media sosial tidak sehat.
Berkaitan dengan keberadaan sejumlah akun *SBY* di jejaring sosial saat ini, saya kira, segala resiko yang bakal terjadi telah dipikirkan secara matang oleh Pak *SBY* sendiri dan oleh sejumlah pengelola akunnya. Sehingga apapun yang akan terjadi baik yang positif apalagi negatif sudah siap dihadapi dengan hati dan telinga yang dingin.
Karena *SBY* telah memulai berinteraksi lebih dengan massa media sosial. Maka rasanya tidaklah afdhal bila tidak bergabung dengan media sosial yang dapat menyampaikan ide-ide, inspirasi, berbagai masalah kebangsaan secara komprehensif. Bukan pada jejaring sosial seperti twitter dan facebook, dimana informasi yang akan disampaikan sangatlah terbatas. Meskipun, di facebook ada fitur catatan, namun biasanya pengguna malas membacanya karena tidak begitu interaktif.
Saya kira, salah satu media sosial yang sudah memberi peluang secara bebas dan luas untuk saling berinteraksi sesama anggotanya adalah kompasiana. Biar tidak kepalang tanggung, semestinya, *SBY* juga melirik media sosial ini. Karena di kompasiana dapat menyampaikan informasi secara utuh dan lengkap kepada masyarakat.
Karena itu, sebaiknya *SBY* juga membuat akunnya di Kompasiana menjadi kompasianer. Pertimbangannya, selain kompasiana menyediakan laman yang besar untuk menyampaikan segala program-program pemerintah secara utuh juga dapat dikatakan kompasiana sudah merakyat. Hampir semua golongan masyarakat di seluruh pelosok Indonesia sudah ada di kompasiana. Kemudian tulisan-tulisan yang dipostingkan masyarakat akan menjadi masukan berharga bagi pemerintah. Sebab kadangkala ada informasi yang disampaikan itu, benar-benar penting dan terkadang datang dari sumber primer, di mana informasi itu tidak terjangkau oleh wartawan.
Lagi pula, kompasiana adalah media sosial yang disediakan oleh anak bangsa sendiri. Jadi dengan begitu, *SBY* turut serta ikut memajukan media sosial dalam negeri (baca: tidak impor).
Karena itu kita berharap, pada suatu saat *SBY* mau melaunchingkan juga akun kompasiananya, apalagi di sini, *SBY* tidak sendiri. Sudah ada Pak Marzuki Ali, Pak Anas Urbangigrum (mantan ketum demokrat), Pak Yusuf Kalla (Mantan Wapres), Pak Prof. Yusril Ihza Mahendra (mantan sekretaris Kabinet) dan masih banyak analis tersohor yang lain. (Mungkin, bisa jadi sudah ada staf ahli kepresidenan yang duluan jadi kompasianer, dengan nama samaran).
Bila *SBY* bergabung, saya punya keyakinan setiap tulisan yang ada diakun Bapak, baik yang ada “tanda bintang” (*SBY*), maupun tidak pasti akan menjadi Head Line (HL). Karena pasti pengelola kompasiana tidak mungkin tidak meng-HL-kan postingan yang ada di akun *SBY*. Karena, apa yang disampaikan itu pasti penting untuk kemaslahatan bangsa dan negera ini.
Namun begitu, tidak ada jaminan juga bila tulisan-tulisan yang ada pada akun *SBY* nantinya tidak dikelupas habis-habisan dan dikomentari secara yang nakal oleh para kompasianer. Tetapi itu tidak jadi permasalahan. Sebab, semuanya adalah bagian dari dinamika demokrasi.
Bila Pak *SBY* jadi kompasianer, pasti kompasianer yang lain sangat senang sekali. Mereka pasti ikut bangga, karena *SBY* sebagai presiden juga mau menjadi kompasianer. Paling kurang dalam rangka mewujudkan program “Indonesia Menulis”. Kita tunggu saja..(DJ****6713).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H