Mohon tunggu...
Djamaluddin Husita
Djamaluddin Husita Mohon Tunggu... Lainnya - Memahami

Blogger, Ayah 3 Putra dan 1 Putri. Ingin menyekolahkan anak-anak setinggi yang mereka mau. Mendorong mereka suka membaca dan menulis (Generasi muda harus diarahkan untuk jadi diri sendiri yang berkarakter).

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Tanda-tanda PSSI Akan Kembali Kisruh

16 September 2011   07:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:54 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Belum begitu lama pengurus baru PSSI dibawah kepemimpinan Johar Arifin hasil kongres Solo Juli 2011 menjalankan tugasnya. Sepertinya sudah muncul gejala-gejala yang tidak kondusif. Paling kurang ada dua catatan penting yang akan memicu munculnya kembali kekisruhan di tubuh PSSI.

Pertama, masalah yang membelit timnas yang saat ini sedang menghadapi sisa laga di PPD ronde ketiga zona Asia. Seperti yang kita ketahui, setelah timnas gagal meraih kemenangan pada pertandingan melawan Irak 3-0 dan terutama setelah kalah dari Bahrain 0-2 dikandang sendiri muncul berita yang tidak mengenakkan. Pemicunya disebut-sebut karena pelatih timnas Wim Rijsbergen asal Belanda yang menyalahkan pemain setelah menelan semua kekalahan itu.

Kata-kata pelatih asal negeri kancir angin itu yang membuat semangat pemain runtuh setelah laga timnas dengan Bahrain adalah bahwa tim yang ada sekarang bukanlah tim dia. Karena timnas yang ada sekarang merupakan bentukan pelatih lama yaitu Alfred Riedle. Selain itu Wim juga mengatakan bahwa timnas yang ada sekarang tidak mampu bermain pada level Internasional. Akibatnya, sempat muncul kabar 7 timnas yang tidak mau kembali ke timnas bila masih dilatih Wim. Meskipun kemudian rumor tersebut dibantah oleh pengurus PSSI saat ini.

Berkaitan dengan ucapan Wim tersebut, banyak pengamat yang menyayangkannya. Karena sebagai pelatih tugasnya bukan hanya mengatur strategi dilapangan semata. Tetapi bagai seorang pelatih mampu memberi semangat kepada anak asuhnya sehingga tidak down setelah memperoleh kekalahan. Bahkan ada yang menyebutkan, pelatih ingin lepas tangan terhadap dua kekalahan tersebut.

Kemudian begitu pula para pengurus PSSI, bukan menyelesaikan masalah terhadap apa yang dihadapi Timnas. Malah kemudian menjadikan mantan pelatih Timnas Alfrd Riedle sebagai biang keroknya (kambing hitam) atas sikap beberapa pemain. Bahkan, penanggungjawab timnas Bernard Lembong dengan terang benderang memperingati keras Riedle pada sejumlah media. Lembong dengan gaya khas militer menyebutkan Riedle jangan sok jadi pahlawan.

Semestinya, pengurus PSSI dalam menghadapi hal ini tidak lantas bersikap seperti itu tetapi mereka harus melakukan refleksi diri. Apakah penunjukkan Wim sebagai pelatih nasional sudah benar atau belum.

Karenanya, apa yang dihadapi Timnas saat ini dapat menjadi pemicu akan munculnya kembali kekisruhan di tubuh PSSI.

Kedua, berkaitan dengan sistem kompetisi PSSI ala pengurus baru saat ini. Menurut berita, kompetisi PSSI yang akan berjalan dua bagian, yakni liga I dan Liga II. Sebagaimana Komite Kompetisi, Sihar Sitorus yang dikutip beberapa media massa menyebutkan bahwa PSSI telah memutuskan untuk merombak total format kompetisi nasional. PSSI akan membagi kompetisi profesional menjadi dua bagian, yakni Liga I dan Liga II.

Menurut PSSI, Liga I akan dibagi dalam dua wilayah dengan proyeksi jumlah kontestan sebanyak 36 klub. Saat ini, ke-36 tim yang telah lolos verifikasi PSSI masih menunggu verifikasi dari Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC). Kemudian, Liga II akan dihuni oleh 48 klub yang akan terbagi dalam 4 grup. Menurut berita, kompetisi kasta kedua ini masih kekurangan 14 klub. Rencananya, tim-tim yang tidak direstui AFC akan turun ke level ini.

Berkaitan dengan pembagian kompetisi seperti itu, diprotes keras oleh salah seorang Anggota Komite Eksekutis PSSI, yang menjabat Ketua Komite Hukum PSSI La Nyala Mataliti. Menurutnya, kompetisi PSSI akan dijalankan itu sangat bertentangan dengan statuta PSSI. Apalagi keputusan itu diambil berdasarkan rapat exco. Menurut Mataliti, di dalam statuta jelas 18 tim Liga Super, di bawahnya 16 tim Divisi Utama. Kalau mau diubah, silakan tapi lewat kongres,

Menurut saya, dua hal itu akan menjadi bibit baru munculnya kekisruhan baru dalam tubuh PSSI. Bila riak-riak seperti ini diabaikan begitu saja maka tidak tertutup kemungkinan tradisi “ribut” dalam tubuh PSSI tidak akan dapat dihilangkan. Apalagi bila Timnas kalah total dalam laga PPD zona Asia saat ini. Hal ini akan sangat rumit bila PSSI tidak mampu mempertanggungjawabkan atas penunjukkan Wim Rijsbergen sebagai pelatih yang dianggap sangat tergesa-gesa.

Harapan kita mudah-mudahan kekisruhan dalam tubuh PSSI tidak akan terjadi lagi. Sebab banyak orang yang bosan dengan hal-hal yang tidak begitu essensial dalam memajukan persepakbolaan nasional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun