Mohon tunggu...
Djamaluddin Husita
Djamaluddin Husita Mohon Tunggu... Lainnya - Memahami

Blogger, Ayah 3 Putra dan 1 Putri. Ingin menyekolahkan anak-anak setinggi yang mereka mau. Mendorong mereka suka membaca dan menulis (Generasi muda harus diarahkan untuk jadi diri sendiri yang berkarakter).

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Mengenang Program Dos, CW dan Disket Besar

2 Juli 2011   07:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:00 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sewaktu SMA saya sudah diajarin dasar-dasar komputer oleh guru matematika saya. Saat itu yang diajarkan bagaimana angka-angka yang konversikan sehingga menjadi sistem komputer. Pada saat itu komputer memang belum begitu familiar dan yang kita tahu hanya istilahnya saja. Jangankan saya dan kawan-kawan, guru sayapun belum pernah melihat komputer.


Saat awal-awal kuliah begitu pula, komputer masih menjadi benda yang sangat menakjubkan. Tentu saja bila kita pergia setiap rumah kost abang leting, yang ada hanya terdengar suara ketikan mesin ketik bersahut-sahutan sedang membuat skripsi. Tentu saja, diantara suara mesin ketik yang bersahut-sahutan itu terdengar sumpah serapah kakak mahasiswa semester akhir karena satu lembar mendapat coretan dari dosen (apalagi harus ditambah konsep dan sebagainya) mereka harus mengetik ulang satu sekripsi. Kalau tidak, maka halaman skripsi tidak sesuai lagi. Karena terlalu capek mengetik, ada juga alternatif kata-kata yang tidak dicoret disesuaikan kemudian difoto copy. Bila dibandingkan dengan era laptop akhir-akhir ini mahasiswa masa lalu cukup melelahkan terutama saat membuat tugas-tugas atau skripsi.


Saya pribadi pernah mengalami itu, karena awal-awal kuliah belum pernah tahu komputer. Saat dosen memberi tugas membuat piper terpaksa bermain dengan suara-suara mesin tik yang meskipun pada awalnya cukup berima, tetapi juga akhirnya cukup membuat telingga sakit.


Saya betul-betul memegang (buka komputer) komputer saat kuliah semester dua. Karena ada mata kuliah komputer. Saat itu benar-benar klasik, komputer masih hitam putih. Program yang diajarkan adalah Dos dan CW (aduh saya lupa program satu lagi untuk membuat tabel). Saat itu, kami harus menyediakan 2 disket. Disket pertama untuk Dos dan disket kedua program CW dan Program membuat tabel itu. Lalu juga harus ada disket untuk menyimpan data hasil ketikan. Masih sangat teringat hasil ketikan melalui program CW, saat diprint hampir sama dengan hasil ketika mesin ketik biasa.


Pada saat itu, ketika mau buka komputer terutama untuk mengetik maka yang harus disket besar yang berisi program dos harus dimasukkan terlebih dahulu ke dalam komputer. Setelah program dos aktif, setelah di ketik a:> atau b:>, baru kemudian main program cwnya. Setelah program CW terbaca, maka kita siap untuk mengetik.


Dulu, meskipun istilah virus sudah ada namun yang membuat kita terkadang pusing tujuh keliling adalah karena begitu sering disket rusak. Mungkin digunakan terus menerus, jadi rusak dan tidak dapat dibaca. Bila begitu, yang nampak dilayar komputer adalah kedap kedip saja. Kalau tidak ada stok lain terpaksa cari keteman yang lain. Terpaksa harus ke rumah teman atau kemana saja, apalagi saat itu belum juga ada alat komunikasi sepertti HP saat ini. Selain itu juga tempat disket di komputer (Floppy) begitu sering rusak. Bila sudah rusak seperti itu yang terdengar hanya kresek-kresek saja.


Paling kurang satu tahun lebih saya menikmati keadaan itu. Terus terang, meskipun tidak ada komputer sendiri dan mengetik menggunakan jasa rental cukup membuat saya dapat bertahan hidup tanpa harus banyak mengirim surat ke kampung, yang isinya di sini sehat di sana sehat, tujuan utama kirim uang cepat-cepat (meskipun kebiasaan menulis surat tidak berhenti total). Alhamdulliah banyak orang menyuruh saya untuk mengetik saya itu. Promosi saya pada teman-teman saat itu, kalau salah-salah konsep, kalau saya bisa perbaiki maka akan saya perbaiki.


Karena banyak order dari teman-teman akhirnya saya mampu membeli komputer hitam putih. Lalu kemudian dari komputer hitam putih sampai mampu membeli komputer multi warna dengan program pertama saat itu windows (kalau nggak salah) 95. Saya masih ingat tahun 1998, ketika piala dunia sepakbola. Karena sibuk mengetik praktis saya tidak sempat menonton siaran langsung piala dunia saat itu. Karena saat mereka pulang nonton jam 4 pagi saya baru menyelesaikan order. Mungkin hanya siaran ulang yang sekali-sekali saya saksikan. Pernah terbentik dalam pikiran saya saat itu, kalau ada piala dunia sekali lagi saya tidak boleh disebukkan lagi dengan mengetik seperti ini.


Terus terang, berkat disket besar, program DOS dan CW, saya dapat membantu adik kuliah. Lalu biaya transportasi ke Bandung melanjutkan kuliah tanpa harus meminta pada orang tua. Satu lagi, saat saya mau berangkat, komputer saya (yang sudah multi warna itu) saya jual dan dibayar dengan 2 mayam (kurang lebih 6 gram) emas dalam bentuk cincin dan sampai sekarang cincin itu masih ada***(DJH). www.husita.net

http://www.husita.net">

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun