Menurut Jurubicara KPK Johan Budi hari ini kepada sejumlah media massa (Senin, 13/06) Muhammad Nazaruddin mantan bendahara umum partai demokrat KPK kembali mangkir panggilan KPK untuk yang kedua kalinya. Menurut Jubir KPK itu, Nazaruddin tidak memberi konfirmasi apa-apa terkait ketidakhadirannya memenuhi panggilan KPK yang kedua itu.
Seperti yang diberitakan, sejak 23 Mei 2011 yang lalu sampai saat ini M. Nazaruddin masih berada di Singgapura melakukan perawatan kesehatan. Konon katanya, Nazaruddin mengindap penyakit jantung. Memang kalau sedang sakit, apalagi sakit parah, dari sudut pandang humanisme kita patut bersabar menunggu yang bersangkutan sembuh. Tidak mungkin seorang sakit parah, apalagi sakit jantung harus dipaksakan menghadapi masalah yang sangat pelik. Bisa-bisa itu akan berakibat fatal.
Hanya saja, karena tidak ada konfirmasi dari yang bersangkutan mengenai kepastian sakit jantungnya, atau hasil check up rumah sakit tidak pernah dipublikasikan ke publik, maka tidak salah bila banyak orang yang berspekulasi macam-macam. Termasuk spekulasi tentang kemungkinan, saat ini M. Nazaruddin bukan sedang berobat tetapi sedang melakukan operasi plastik.
Barangkali bila Nazaruddin tidak tersandung masalah hukum apalagi kasus korupsi orang tidak akan membuat rumor macam-macam. Sebab, bukan tidak ada koruptor di Indonesia, yang tidak melakukan operasi plastik. Sebab saja, dulu ada yang namanya Eddy Tanzil, yang sampai saat ini belum ditemukan. Konon, katanya Eddy Tanzil menghilang dan sampai saat ini seolah-olah lenyap di permukaan bumi ini karena hasil operasi plastik.
Bagi koruptor semuanya bisa dilakukan, karena memang memiliki banyak duit. Apalagi duit itu bukan semata-mata hasil kuras keringat sendiri. Jadi, dengan mudah, berapapun biaya yang akan dikeluarkan untuk melenyapkan identitas diri bukanlah sebuah persoalan.
Berkaitan dengan Nazaruddin. menurut beberapa pernyataan, seperti misal apa yang disebutkan Yusuf Kalla, sebagaimana yang dikutip sejumlah media nasional, perginya M. Nazaruddin ke Singgapura karena ada kemungkinan ketakutan. Bisa jadi ketakutan itu menyangkut keselamatan jiwa dan raganya, karena (mungkin) Nazaruddin, sebagai yang dikemukakan Denny JA, direktur eksekutif LSI sebagaimana yang dikemukan di metro tv (12/06), memegang kunci kotak pandora, yang disana berisi berbagai misteri berkaitan dengan jabatan dan sepakterjangnya selama ini. Ketakutan itu bisa juga karena dia tidak mungkin terbebas dari berbagai dakwaan, karena (mungkin) memang semua praduga selama ini benar adanya.
Secara psikologis, seseorang yang merasa takut akan mpengaruhi jiwa yang kemudian mempengaruhi akal sehat seseorang. Rasa takut akan membuat seseorang tidak berani bertanggungjawab. Menghindari untuk bertanggungjawab biasanya seseorang akan berlari terbirit dan kemudian akan bersembunyi. Bila bersembunyi dilakukan dalam bungker bawah tanah atau paling kurang di belakang lembari. Pada zaman canggih ini, untuk bersembunyi itu dapat dilakukan dengan cara operasi plastik. Saya kira, bagi orang-orang yang berduit apalagi yang diperolehnya dengan carayang tidak wajar, bukan mustahil itu dilakukan.
Karena rasa ketakutan seperti yang ditengarai itu, apakah M. Nazaruddin memiliki kemungkinan untuk bersembunyi dibalik wajah plastik? Apa yang akan terjadi???? Mari kita tunggu kenyataannya ke depan (DJH).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H