Mohon tunggu...
Djamaluddin Husita
Djamaluddin Husita Mohon Tunggu... Lainnya - Memahami

Blogger, Ayah 3 Putra dan 1 Putri. Ingin menyekolahkan anak-anak setinggi yang mereka mau. Mendorong mereka suka membaca dan menulis (Generasi muda harus diarahkan untuk jadi diri sendiri yang berkarakter).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Piyu Padi: “Saat Ini Bukanlah Saat untuk Menangis”

11 November 2010   03:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:42 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_74616" align="alignleft" width="346" caption="Sbr. Talkshow Mata Najwa Metrotv"][/caption]

Dalam talkshowMata Najwa yang di tayang metrotv tadi malam (11/9) yang bertajuk “Merangkul Indonesia” berkaitan dengan penangganan bencana yang terjadi di Indonesia saat ini. Dalam talksaw tersebut menampilkan beberapa nara sumber termasuk para gitaris tertanama Indonesia. Kenapa mereka dijadikan narasumber ini memang tidak terlepas atas inisiatif mereka sebagai gitaris mengadakan konser amal dalam rangka membantu para pengungsi bencana yang terjadi di Indonesai. Dari beberapa nama tersenbut, salah satu diantaranya adalah Piyu, gitaris kondang andalan group musik padi.

Dalam wawancara singkat yang dipandu Nazwa Shihab itu ada satu hal yang paling menarik untuk menjadi bahan renungan bagi yaitu pernyataan Piyu Padi yang menyatakan bahwa saat ini (berkaitan denganbencana itu) bukanlah saatnya untuk menangis. Bagi saya apa yang dinyatakan Piyu itu memiliki makna yang cukup mendalam. Sebab dalam menangulangi bencana terutama membantu para pengungsi itu bukan hanya memperlihatkan kesedihan lewat tetesan air mata. Tetapi, makna yang dapat diambil dari pertanyaan Piyu Padi itu, bagaimana kita mampu melakukan sesuatu yang nyata dan cepat untuk mereka para pengungsi saat ini.

Menurut saya, kita bukan tidak bolehikut prihatin bila terjadi suatu bencana seperti becana gunung berapi yang sangat dahsyat itu. Tetapi bagaimana dengankeprihatinan itu kita mampu berbuat semampu kita untuk menolong mereka yang memang cukup memprihatinkan.

Kita harus sadari bahwa menjadi korban bencana alam itu bukanlah pilihan. Tetapi bencana itu memang terjadi dengan sendirinya. Misal bencana meletusnya gunung berapi di Jawa Tengah itu, meskipun kita akui sudah dideteksi dalam kurun waktu yang cukup lama, tetapi memang sampai saat belum dapat diketahui dengan pasti kapan gunung berapi itu meletus yang mengakibatkan bencana kepada masyarakat yang ada di daerah itu. Begitu pula bencana tsunami yang melanda mentawai baru-baru ini, juga termasuk banjir bandang di Wasior Papua Barat.

Sebagaimana kita ketahui bersama, akibat bencana itu bukan hanya banyak harta benda yang hilang, tetapi juga jiwa dan raga manusia melayang. Saya tidak mampu membayangkan, bagaimana perasaan mereka saat ini. Kesedihan meraka bukan hanya karena kehilangan segala-galanya, namun mereka terpaksa harus mengungsi.

Sampai saat ini akibat banjir di wasior papua barat dan juga korban bencana di mentawai betapa banyak orang-orang yang kehilangan tempat tinggal, harus mengungsi dan tinggal ditempat yang kurang layak.Belum pengungsi yang jumlahnya ribuan akibat gunung berapi di Jawa Tengah itu. Apalagi mereka itu masih berusia anak-anak atau balita. Dan berapa ribu orang dari mereka itu, yang harus meninggalkan bangku sekolah untuk pergi mengungsi ditempat yang aman.

Melihat kenyataan seperti itu, memang pernyataan Piyu Padi itu adalah tamsilan yang sangat tepat. Dalam arti, kita yang tidak mengalami bencana bukan hanya menangis mengeluar air mata saja. Tetapi yang perlu action kita, apa yang dapat kita lakukandengan berbagai cara semampu kita membantu mereka yang saat ini sangat membuntuhkan uluran tangan kita.

Saya kira, bila melihat para korban yang cukup banyak itu, sebagai rakyat harus bisa mengambil inisiatif sendiri untuk membantu mereka. Sebab nampaknya mengharapkan gerak cepat dari pemerintah, sepertinya harus kita lupakan dulu. Pemerintah sebagaimana yang banyak dikritik orang, cukup lambat dalam urusan yang seperti ini.

Semestinya, seperti kata Piyu padi pada kesempatan itu, bahwadalam menanggani bencana ini pemerintah mengatakan pada rakyat, bahwa ini tugas mereka, rakyat tidak perlu terlibat. Tetapi menurut Piyu, nampaknya pemerintah kita sudah angkat tangan. Apalagi saat ini, kitapun tidak bisa berharap pada partai-partai politk yang ada. Mereka ini sangat sulit bergerak kecuali sudah dekat pemilu. Tetapi pada saat ini, siapa yang harus bergerak cepat, kecuali kita semua sebagai rakyat.

Relawan

Dalam hal membantu korban bencana, kita harus salut dan mengangkat topi tinggi kepada mereka yang saat ini menjadi relawan. Para relawan ini, apakah mereka ini berasal dari TNI/Polri, terutama mereka yang dengan ikhlas ikut membantu karena panggilan jiwanya. Bukan karena ada perintah dari atas atau siapun,tetapi melalui inisiatif sendiri mendaftar pada lembaga-lembaga tertentu dengan tujuan utama membantu para korban bencana itu.

Lihatlah, apa yang dilakukan oleh para relawan itu. Sebagian mereka terkadang tidak peduli bahkan itu dapat berakibat fatal pada dirinya. Mungkin dalam hati para relawan ini berkata sama seperti yang Piyu Padi ucapkan itu: “Saat ini Bukanlah Saat untuk Menangis”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun