Mohon tunggu...
Djamaluddin Husita
Djamaluddin Husita Mohon Tunggu... Lainnya - Memahami

Blogger, Ayah 3 Putra dan 1 Putri. Ingin menyekolahkan anak-anak setinggi yang mereka mau. Mendorong mereka suka membaca dan menulis (Generasi muda harus diarahkan untuk jadi diri sendiri yang berkarakter).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Human Error

4 Oktober 2010   06:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:44 868
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Istilah human error seringkali muncul bila ada kecelakaan lalu lintas. Apakah lalulintas darat, laut dan udara. Human error dimaksudkan sebagai kesalahan-kesalahan yang dilakukan manusia sehingga menimbulkan kecelakaan.

Meskipun istilah ini sebenarnya sangat universal bukan hanya terjadi pada kasus kecelakaan lalu lintas saja. Bisa jadi itu terjadi pada pengoperasian mesin-mesin industri besar dan industri rumah tangga.

Dan, sebenarnya bukan hanya berhubungan dengan itu saja, human error juga dapat terjadi dalam sistem sebuah organisasi termasuk organisasi pemerintahan. Bila sebuah orgnaisasi seperti pemerintahan para pemimpin salah mengambil kebijakan-kebijakan dan tidak sesuai dengan yang sesungguhnya dilakukan ini juga dapat disebut sebagai human error.

Memang sebagai manusia yang memiliki sifat khilaf dan pelupa, selalu mengalami yang namanya human error. Artinya, bila sekali terjadi kesalahan akibat kelalaian manusia dalam menjalankan tugasnya dan itupun tidak berakibat fatal barangkali ini dapat dimaaf. Akan tetapi bila itu terjadi berulangkali apalagi berakibat fatal yang menyebabkan kerugian banyak orang ini yang tidak dapat dimaafkan.

Contoh yang paling aktual saat ini adalah terjadinya kecelakaan kereta api yang mengakibatkan korban baik jiwa atau luka yang tidak sedikit. Herannya lagi bahwa kejadian-kejadian seperti itu sudah terjadi berulang kali. Apalagi, hal itu dinyatakan sebagai akibat dari human error dipihak operator yang kita maksudkan tadi. Namun demikian, pihak-pihak yang bertanggungjawab dalam hal ini tidak melakukan tindakan-tindakan nyata dan diumumkan kepada masyarakat kelalaian apa yang menyebabkan terjadinya kecelakaan yang mengharubirukan kita semua.

Saya kira, sebagai rasa rasa tanggungjawab yang besar, sebenarnya bukan hanya operator itu saja yang perlu dilimpahkan kesalahan-kesalahan. Namun, bagi mereka yang secara hirarkhi bertanggungjawab untuk itu meskipun kedudukannya sangat tinggi juga harus bertanggungjawab dan mengaku bahwa itu juga kesalahan dirinya.

Persoalan yang terjadi di Negara kita saat ini adalah seringkali kesalahan-kesalahan itu tidak ada pertanggungjawaban bahkan itu hanya sekedar pertanggungjawaban secara moral. Ironinya lagi, meskipun secara hierarki dia sebagai puncuk pimpinan tertinggi bertanggungjawab untuk itu, namun tidak mau melakukan itu. Padahal, bila bercermin pada budaya negara-negara lain, bila terjadi kesalahan-kesalahan seperti itu yang mengakibatkan korban jiwa yang cukup banyak, dengan serta merta sebagai bentuk pertanggungjawaban secara moral mereka akan mengundurkan diri. Tetapi, di Negara kita hal itu tidak mungkin akan terjadi. Bahkan, terkadang mereka mencari-cari alasan agar yang bersangkutan tidak disalahkan.

Itu adalah human error yang nyata bahkan dinyatakan sebagai hasil investigasi resmi. Bagaimana human error dalam sebuah kebijakan publik yang mungkin tidak langsung berakibat fatal seperti tabrakan kereta api itu namun terjadi secara perlahan-lahan dan merugikan masyarakat secara menahun? Pasti harapan itu akan jauh panggang dari api. Terpenting kedudukan aman yang lain buat apa dipedulikan. Meskipun akibat dari kebijakan itu akan membuat Negara ini diambang kehancuran. Rakyat hanya menjadi penonton setia menyaksikan perdebatan-perdebatan yang dipertontonkan setiap saat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun